Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#127

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging.

Namun demikian, pasukan Majapahit itu tidak siaga di perbatasan negeri, tetapi di perbatasan kota raja. Jadi pasukan itu hanya berjaga-jaga jika pasukan dari Demak Bintara memasuki kota raja. Sedangkan pasukan Demak Bintara masih berada jauh dari kota raja tersebut. Bahkan pasukan besar itu tidak bermaksud untuk memasuki telatah Majapahit.

Sementara itu, Ki Ageng Pengging telah sampai di keraton Majapahit. Ia diterima dengan ramah oleh kerabat keraton yang kebanyakan ada para sepupunya. Ki Ageng Pengging sendiri merasa lebih dekat dengan kerabat keraton Majapahit daripada dengan kerabat keraton Demak Bintara. Walau sesungguhnya, kerabat keraton Demak Bintara adalah masih saudara pula. Jika terjadi perselisihan antara Majapahit dengan Demak Bintara, Ki Ageng Pengging lebih cenderung untuk berpihak kepada Majapahit.
Ki Ageng Pengging bangga ketika menyaksikan pasukan Majapahit telah siaga segelar sepapan untuk mempertahankan negerinya dari ancaman pasukan lawan. Ia pun memberikan dorongan semangat agar Majapahit bangkit kembali menjadi negeri yang besar seperti pada zaman Mahapatih Gajah Mada. Ia berjanji bahwa Pengging siap membantu perjuangan Majapahit.

Sementara itu, Sultan Trenggono telah mengutus Sunan Ngudung beserta beberapa ulama dan senopati terpilih untuk mendahului pergi ke Kediri. Mereka diutus untuk mengupayakan jalan damai tanpa ada peperangan antara Kadipaten Kediri melawan Kasultanan Demak Bintara. Mereka dipesan untuk menghindari telatah Majapahit yang ditengarai telah menyiapkan pasukan. Jika terjadi gesekan tentu bisa mengakibatkan berkobarnya nyala api peperangan.

Sementara itu, Ki Ageng Pengging telah meninggalkan keraton Majapahit. Ia berencana untuk membentuk pasukan di Pengging. Selama ini, Pengging belum memiliki prajurit sendiri. Yang ada adalah para taruna penjaga keamanan Pengging.
Ia meninggalkan keraton Majapahit dengan tidak memacu kudanya. Seakan Ki Ageng Pengging itu ingin menikmati perjalanannya kembali ke Pengging.
Dalam pada itu, setelah keluar dari telatah Majapahit, dari arah yang berlawanan, Ki Ageng Pengging melihat rombongan beberapa orang berkuda. Ia kemudian memperlambat laju kudanya dan sedikit menepi untuk memberikan jalan rombongan tersebut. Ia tidak tahu rombongan siapakah mereka itu. Namun sepertinya ada seseorang yang berpakaian seorang ulama.
Ki Ageng Pengging mencoba menghitung mereka. Mereka ada delapan orang dengan kuda masing-masing.
Rombongan pun berlalu dan Ki Ageng Pengging tidak terlalu perduli, karena di perjalanan berpapasan dengan siapa pun adalah hal yang lumrah. Namun demikian, Ki Ageng Pengging heran karena ada salah seorang dari mereka yang memperhatikannya.
Baru beberapa langkah kuda mereka berlalu, seseorang dari rombongan itu menghentikan kudanya.
“Kiai Guru….! Sepertinya aku kenal orang itu….! Sebaiknya kita hentikan….!” kata salah seorang dari rombongan itu. Ia adalah salah seorang senopati pilihan yang menyertai Sunan Ngudung.
“Boleh…..! Silahkan, siapa tahu ia bisa membantu kita…..!” kata orang yang disebut Kiai Guru yang tak lain adalah Sunan Ngudung.
“Hei Kisanak….! Berhenti….!” kata senopati Demak Bintara tersebut.
Tanpa prasangka Ki Ageng Pengging pun menghentikan laju kudanya.
Senopati Demak Bintara itu sempat berbisik kepada Sunan Ngudung; “Hati-hati Kiai…..! Dia adalah kaki tangan Majapahit…..! Dialah Ki Ageng Pengging yang tak pernah pasok upeti ke Demak Bintara…..!” bisik senopati itu sebelum meloncat turun dari kudanya. Senopati itu dahulu adalah seorang prajurit sandi yang pernah ditempatkan di Pengging. Ia mengenal betul wajah Ki Ageng Pengging walaupun sekarang berpakaian sebagai orang biasa.
Mereka pun kemudian berloncatan turun dari kuda-kuda mereka, demikian pula Ki Ageng Pengging.
Mereka pun kemudian saling sapa dan memperkenalkan diri.
Ki Ageng Pengging tidak bisa mengelak bahwa ia adalah Ki Ageng Pengging Handayaningrat karena ada yang mengenalinya.
…………
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Penyamaran tidak selamanya akan berhasil.”
(@SUN)

**Kunjungi stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *