Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#14

petuah simbah genduk jinten

Keesokan harinya, Ki Tanu dan Gendhuk Jinten telah diantar oleh Ki Demang dan Ki Jagabaya serta beberapa perangkat kademangan termasuk Ki Ulu-ulu yang mengurusi urusan air dan tanah.
Sedikit agak jauh dari kademangan, namun tanahnya subur dan di tepian kali yang tidak terlalu deras. Meski demikian, Ki Tanu harus babat gerumbul perdu serta pohon-pohon liar yang tak bisa diharapkan hasilnya.
“Tempatnya masih liar seperti ini, Ki Tanu…..! Apakah Ki Tanu tidak berkeberatan…..?” tanya Ki Demang setelah berkeliling beberapa saat.
“Terimakasih Ki Demang…..! Ini adalah tantangan yang harus aku atasi….! Saya kira tantangan ini jauh lebih ringan jika harus maju di medan perang…..!” kata Ki Tanu.
“Silahkan semampu Ki Tanu, seberapapun luasnya, kami tidak berkeberatan…..!” tawaran Ki Demang.
“Terimakasih Ki Demang…..! Tentu kami hanya secukupnya saja, Ki Demang…..!” kata Ki Tanu.
“Jika Ki Tanu memerlukan warga untuk gotong royong membantu membuka lahan dan mendirikan bangunan, jangan sungkan-sungkan menghubungi kami…..!” tawaran Ki Demang.
“Terimakasih Ki Demang, Ki Demang dan para perangkat kademangan sungguh sangat baik menerima kami…..!” ucap Ki Tanu.
“Semoga tempat ini menjadi makmur dan reja……..!” harapan Ki Demang.

Setelah beberapa saat di lahan yang diserahkan kepada Ki Tanu dan putrinya itu, Ki Demang dan para perangkat kademangan segera mohon diri.
” Marilah Ki Tanu dan Gendhuk, kita kembali ke kademangan. Di tempat ini belum ada gubuk untuk beristirahat…..!” ajak Ki Demang.
“Terimakasih Ki Demang, mumpung hari cerah, kami akan mulai bersih-bersih lahan semampu kami, Ki Demang. Jika nanti sudah ada tempat untuk berteduh, kami akan bermalam di sini, namun jika belum siap, kami akan bermalam lagi di banjar kademangan…..!” kata Ki Tanu.
“Baiklah, terserah mana yang terbaik untuk kalian…..!” kata Ki Demang.
“Tetapi alangkah baiknya jika Gendhuk Jinten tinggal di kademangan dahulu, besuk jika sudah mapan silahkan menemani Ki Tanu…..!” lanjut Ki Demang Pengging.
“Anak ini sudah terbiasa berprihatin, Ki Demang. Ia tak akan mengeluh walau menjalani kehidupan yang berat…..!” kata Ki Tanu sambil melirik putrinya.
Gendhuk Jinten pun mengangguk kecil pertanda setuju dengan kata-kata ayahnya.
“Terimakasih pula bekal makanan yang telah dibawakan oleh Nyi Demang…..!” kata Ki Tanu yang telah diberi bekal secukupnya untuk hari itu.

Ki Demang dan para perangkat kademangan pun segera meninggalkan dua orang bapak dan anak tersebut. Mereka masih memperbincangkan Ki Tanu dan putrinya yang akan membuka lahan dan membangun tempat tinggal.
“Tentu sebuah pekerjaan yang berat, apalagi sepertinya Ki Tanu itu seorang priyayi yang tak pernah memegang cangkul…..!” seloroh Ki Ulu-ulu.
“Kita wajib membantu, Ki Ulu-ulu…..! Besuk kita kirim beberapa warga untuk bergotong-royong….! Mungkin bisa bergilir empat orang – empat orang setiap harinya…..!” pinta Ki Demang.
“Baik Ki Demang, besuk saya yang mengaturnya…..!” jawab Ki Ulu-ulu.

Ketika berkeliling tadi, Ki Tanu sambil mengamati, sekiranya ada tempat yang cocok untuk membuat sekedar gubuk sederhana. Dan ia menemukan empat batang pohon yang hampir membentuk segi empat. Sekiranya empat pohon itu bisa sebagai tiang hidup penyangga gubuk sederhana yang menggantung.

Telah diperhitungkan oleh Ki Tanu bahwa ia akan memerlukan berbagai macam alat pertanian dan pertukangan. Tidak sia-sia ia ketika mampir di Pasar Kliwon untuk membeli barang-barang tersebut, walau belum komplit tentunya. Cangkul, parang, sabit, gergaji dan kapak telah ia beli. Kekurangannya akan ia beli di pasar Pengging suatu saat. Masalah uang dan emas berlian, Ki Tanu tidak ada masalah. Jika berhemat akan bisa mencukupi kebutuhan hidup sampai anak cucunya kelak. Namun Ki Tanu tidak mau bermalas-malasan menghabiskan uang dan mas berlian. Ia harus bekerja agar tidak dicurigai oleh siapapun. Bahkan Gendhuk Jinten pun tidak ia beritahukan bahwa dalam kantong bengkungnya tersimpan uang logam dan mas berlian.
Ki Tanu ingin menjalani kehidupan sederhana sebagai seorang juru sembuh dan seorang petani.
………..
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Walau bergelimang harta benda dan saldo rekening diatas sepuluh digit, tetaplah harus hidup sederhana, secukupnya.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *