Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#27

Beberapa orang terkejut dengan kemunculan orang itu. Mereka telah mengenal bahwa orang itu adalah Ki Tanu yang membuat pondok di tepi sungai, karena mereka ikut sambatan – gotongroyong. Beberapa orang mengkhawatirkan keselamatan dari Ki Tanu, karena mereka tahu bahwa orang yang disebut Lurahe itu sungguh bengis jika kemauannya tidak dituruti. Perawakan orang itu pun jauh lebih besar dari Ki Tanu. Dengan demikian, ia pasti memiliki tenaga yang lebih kuat. Kata-kata dan tindakannya pun kasar. Ia sulit untuk dinasehati, bahkan oleh Ki Jagabaya sekalipun.
“Aku orang baru di kademangan ini, Ki Tanu namaku…..!” kata Ki Tanu.
“Ha ha ha ha……! kaukah Tanu yang dipuji-puji banyak orang itu…..! Kini karena kesombonganmu akan menenggelamkan namamu…..! Di hadapanku kau tidak ada artinya, ha ha ha ha ha ha…..!” sesumbar Lurahe tersebut.
“Aku hanya ingin mencegah tindakan sewenang-wenang terhadap penjual bibit tanaman pohon ini…..!” kata Ki Tanu.
“Kau mau apa….? Melawan aku…..?ha ha ha ha…..! Itu kayak timun musuh durian….! Pergi, jangan ganggu aku….! bentak Lurahe.
” Tidak…..! akulah membeli bibit pohon buah itu, jika paman ini celaka, aku bisa dianggap penyebabnya…..!” dalih Ki Tanu.
Ki Tanu tidak ingin membuat keributan di pasar itu. Jika ia berkelahi dengan mengadu olah kanuragan tentu akan membuat pasar itu gempar. Ia pun telah memiliki rencananya sendiri.
“Pergi…..! atau aku patahkan lehermu…..!” bentak Lurahe.
“Tidak…..!” jawab Ki Tanu singkat.
Berbarengan dengan itu, sebuah ayunan tangan yang kuat dan cepat mengarah ke kepala Ki Tanu. Ki Tanu hanya merunduk kecil, sekejap kemudian, sebuah hantaman keras menerjang dagu Lurahe. Dagu adalah titik terlemah dari wajah seseorang. Lurahe pun langsung sempoyongan, dan jatuh terjerembab di tanah. Ki Tanu kemudian menotok simpul syaraf Lurahe, sehingga ia akan pingsan untuk waktu yang cukup lama.
“Sebaiknya ada yang mengundang Ki Jagabaya atau perangkat kademangan yang lain…..! Orang ini akan aku serahkan kepada beliau…..!” kata Ki Tanu.
Orang-orang pun kagum kepada orang yang disebut Ki Tanu itu. Banyak yang tak sempat melihat gerakan Ki Tanu, ketika tiba-tiba Lurahe telah terjerembab di tanah. Jika ia bukan seorang yang sakti mandraguna tentu tak akan mampu melakukannya, apalagi terhadap Lurahe yang disegani oleh seisi pasar.
“Ada apa ini……!” kata Ki Jagabaya yang telah tiba di tempat tersebut, karena sebelumnya sudah ada yang memberi tahu.
“Oooh…..! mari Ki Jagabaya, maaf saya membuat keributan di sini…..!” kata Ki Tanu.
“Heeemmm…..! pasti Gondel itu yang membuat ulah lagi…..!” kata Ki Jagabaya menyebut nama paraban orang yang disebut Lurahe tersebut.
“Dia mau merebut uangku, Ki Jagabaya….! Beruntung ada kisanak ini……!” kata si penjual bibit pohon buah sambil menunjuk Ki Tanu.
“Ya aku mengerti, pasti Gondel yang berbuat ulah, tidak kapok-kapoknya dia…..! Apakah dia sudah tidak berdaya, Ki Tanu….?” tanya Ki Jagabaya.
“Ya benar Ki Jagabaya…..! ia akan pingsan untuk waktu yang lama. Namun jika aku kehendaki, sekarang pun bisa siuman….!” kata Ki Tanu.
Ki Jagabaya kagum terhadap Ki Tanu tersebut, walau sejak semula ia telah yakin bahwa Ki Tanu adalah seorang yang berilmu, bukan saja hanya soal pengobatan, tetapi juga olah kanuragan dan jayakasantikan.
“Jangan dibuat siuman, akan aku masukan kerangkeng di kademangan, biar kapok dia…..!” kata Ki Jagabaya.
“Akulah yang mengucapkan terimakasih kepada Ki Tanu, karena tidak mudah untuk melumpuhkan orang ini……!” kata Ki Jagabaya.
Ki Jagabaya dan beberapa orang kemudian membawa Lurahe Gondel ke kademangan. Ia diangkut dengan gerobak dorong milik penjual sayur.
“Kang, pinjam gerobaknya ya….., nanti biar segera dikembalikan…..!” kata Ki Jagabaya.
“Baik Ki Jagabaya……! Dia itu mau nikah yang kelima kalinya lhoo…..! Gadis pilihannya sekarang adalah Si Sarkem, anak kidul kali…..!” kata si penjual sayur.
“Wuooo, pantesan…..! Dia butuh duit banyak…..!” seloroh salah seorang diantara mereka.
Gelak tawa dan bergeremang mengiringi kepergian Ki Jagabaya yang membawa Lurahe Gondel ke kademangan.
…………..
Bersambung………

Petuah Simbah: “Tuntutan yang banyak dan mendesak membuat seseorang menjadi gelap mata.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *