Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#28

Mereka senang, karena yang selama ini meresahkan pasar telah ada yang bisa mengalahkan. Selama ini, Gondel merasa tiada tanding, bahkan Ki Demang maupun Ki Jagabaya jika berhadapan satu lawan satu sulit untuk mengalahkannya.
Ki Tanu dan Gendhuk Jinten bareng dengan si penjual bibit telah meninggalkan pasar. Mereka belum jadi sarapan, jika ia sarapan di sekitar pasar tentu akan tidak nyaman.
“Kita sarapan di warung pojok dusun yang agak jauh dari pasar saja……!” kata Ki Tanu.
Gendhuk Jinten pun memahami maksud dari ayahnya.

Kini yang menjadi perbincangan di seluruh pasar adalah Ki Tanu. Sebelumnya, ia telah menjadi perbincangan karena mampu menyembuhkan orang yang dipatuk ular, dan kemudian mampu menyembuhkan orang yang sakit demam. Ki Tanu juga membuat kagum siapapun ketika mampu membuat gubuk di atas pohon hanya dalam satu hari. Dan kini, ia mampu melumpuhkan Lurahe Gondel dengan sangat mudah.
“Siapakah dia dan dari manakah…..? sepertinya seorang piyayi keraton….!” celetuk salah seorang di pasar itu.
“Putrinya itupun sangat cantik, mata kocak blalak-blalak, tidak pantas sebagai orang gunung…..!” sahut yang lain.
“Orangnya baik dan ramah, aku telah ikut sambatan dua kali….! Sekarang pondoknya sudah jadi. Dan sepertinya ia memborong bibit pohon buah berbagai jenis…..!” kata yang lain lagi.
“Pondok itu pasti akan menjadi asri dan rindang…..!” sahut yang lain yang juga pernah sambatan di pondok Ki Tanu.

Ki Tanu dan Gendhuk Jinten akhirnya sarapan di sebuah warung di pojok dusun agak jauh dari pasar. Si penjual bibit pohon buah pun diajak serta untuk bersama-sama sarapan. Walau sedikit sungkan, namun ia bersedia pula walau duduknya agak berjauhan.
“Putrinya cantik sekali, siapa Nduk namanya…..?” sapa si penjual makanan ramah.
“Jinten Bi…..! Jinten…..!” jawab Gendhuk Jinten.
“Nama yang cantik, secantik orangnya…..! Belum pernah mampir ke warung ini ya…..? Kok belum pernah lihat…..!”
“Ya Bi…..! Kami orang baru….!” jawab Gendhuk Jinten.
“Mau pesan apa Ndhuk…..? Di sini paling laris rawonnya…..!” tanya si penjual.
“Ya rawon saja, saya suka….! pakai kacang tolo, Bi…..?” tanya Gendhuk Jinten.
“Ya pasti, kacang tolo tidak ketinggalan….!” kata si penjual.
Rawon dengan kacang tolo adalah kesukaan Gendhuk Jinten, Ki Tanu pun pesan sama dengan putrinya, demikian pula si penjual bibit pohon buah. Warung yang cukup ramai, walau masih pagi, namun sudah ada beberapa yang jajan. Beruntung, mereka yang jajan itu belum mendengar kejadian di pasar, sehingga Ki Tanu tidak terganggu karenanya.

Ketika mereka hampir selesai sarapan, tiba-tiba datang seseorang dengan berkata kencang.
“Yuuu….! pasar geger…., pasar gerer….!” kata orang yang baru datang.
Ki Tanu memberi tanda untuk diam kepada Gendhuk Jinten dan si penjual bibit pohon buah.
“Heeh…! Ada apa kok geger geger…!”
tanya si penjual makanan.
“Gondel dihajar oleh seseorang sampai tak berdaya, sampai pingsan dan sekarang dibawa ke kademangan, padahal orangnya jauh lebih kecil…..!” kata orang yang baru datang itu.
“Siapa yang menghajar, ia pasti orang ampuh….!” kata si penjual makanan.
“Embuh…., wong saya tidak sempat melihat…..! tetapi katanya orang itu bernama Ki Tanu…..!” kata orang itu yang tidak tahu bahwa orang yang sedang dibicarakan ada di warung itu.
“Kalau Ki Tanu, aku pernah mendengar ceritanya….! Dia yang membuat pondok di luar kademangan, di pinggir kali…..!” kata si penjual makanan yang pernah mendengar cerita tentang Ki Tanu, namun belum pernah melihat orangnya.
Ki Tanu pun segera membayar makanan dan minuman yang mereka santap. Biarlah mereka tidak tahu bahwa ia adalah Ki Tanu yang sedang mereka perbincangkan.
Ketika mereka beberapa langkah meninggalkan warung, ada lagi dua orang yang akan jajan di warung itu. Namun keduanya berhenti sejenak sambil memperhatikan tiga orang yang baru saja keluar dari warung itu.
“Bukankah itu Ki Tanu yang tadi melumpuhkan Gondel dengan sangat mudah, dan itu putrinya….?” kata salah seorang dari mereka.
“Benar….! Itu Ki Tanu yang memborong bibit pohon buah…..! Itu bersama si penjual bibit pohon buah….!” sahut yang lain.
………..
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Mereka yang tidak menyaksikan langsung, biasanya bercerita lebih kencang dari pada yang melihatnya.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *