Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#37

gendhuk jinten

Sesekali orang-orang di warung itu masih membicarakan sosok Ki Tanu yang mereka kagumi. Bayaputih mendengar pula bahwa pondok Ki Tanu masih banyak dikunjungi oleh orang-orang yang mencari kesembuhan. Dan selama ini, Ki Tanu tidak pernah mau menerima imbalan apapun.
“Kemarin saya mengantar bibit pohon keluwak, karena di pekarangan Ki Tanu belum ada satupun pohon keluwak…..!” kata seseorang yang merasa anaknya telah sembuh berkat pengobatan Ki Tanu.
“Ki Tanu memang tidak mau diberi imbalan apapun, namun jika dibawakan bibit pohon apa saja, dia sangat senang…..!” sahut yang lain.
“Tetanggaku dulu membawakan bibit sawo beludru, dan sekarang telah tumbuh subur. Apapun yang ditanam di pekarangan Ki Tanu pasti tumbuh subur…..!” kata yang lain pula.
“Dia tidak asal tanam, tetapi disiapkan lobang galian yang di beri pupuk kandang yang sudah jadi…..!” seloroh yang lain.
“Ki Tanu pernah berkata bahwa nantinya, siapun boleh memetik aneka buah di pekarangan itu, namun tidak boleh dibawa pulang. Harus dimakan di tempat itu…..!” seloroh yang lain.
“Ha ha ha ha…..! kalau boleh dibawa pulang, seneng kau Kang…..! bisa dijual…..! ha ha ha ha……!” sindir yang lain.
Bayaputih semakin kagum terhadap Ki Tanu yang berpikiran maju, pantas jika kademangan Pengging cepat maju dan berkembang.
Namun Bayaputih putih berdebar-debar ketika seseorang memuji kecantikan Gendhuk Jinten.
“Heeem….., aku pernah mengembara ke berbagai tempat, namun belum pernah bertemu dengan seorang gadis yang secantik Gendhuk Jinten putri Ki Tanu itu……!” seloroh seseorang.
“Ha ha ha ha….., pantesan kau rajin ke pondok Ki Tanu…..! Ternyata…. oh ternyata hanya ingin melirik Gendhuk Jinten…..! Ha ha ha ha……!” kelakar temannya.
“He he he he……! Ada pemandangan indah, sayang jika dilewatkan…..!” sahut kawannya tak mau kalah.
“Ha ha ha ha……! Ayo sehabis jajan ini, kita ke sana…..!” celetuk yang lain lagi.
“Cociiik…..! Aku setuju…..!” sahut kawannya.
Bayaputih semakin penasaran terhadap anak Ki Tanu yang sedang menjadi perbincangan itu.
“Heeem…..! Aku harus mendapatkan gadis itu….! Entah bagaimana caranya…..!” batin Bayaputih.

Sementara itu, Lasa telah sampai di pekarangan Ki Tanu. Di sana ada beberapa orang yang sedang melihat-lihat berbagai tanaman yang tumbuh subur di pekarangan itu. Baik tanaman sayur, tanaman umbi-umbian, tanaman pangan dan juga pohon aneka buah semuanya tumbuh subur, enak dipandang. Bahkan ternak kambing dan perikanan pun tak luput menjadi perhatian mereka yang berkunjung. Mereka tergerak tekadnya untuk melakukan di pekarangannya sendiri.
Lasa juga melihat beberapa kali orang-orang membawa orang sakit ke pondok Ki Tanu. Dengan demikian, Lasa meyakini bahwa Ki Tanu ada di pondok, mungkin juga Gendhuk Jinten ada di pondok pula untuk membantu ayahnya.
Lasa pun sempat berbincang-bincang dengan pengunjung yang lain.
“Sekarang banyak tamu, tetapi besuk pasti sepi, karena besuk pagi Ki Tanu akan diajak Ki Demang untuk memberi penyuluhan di kabekelanku yang lumayan jauh dari tempat ini….!” kata orang yang sedang berbincang dengan Lasa tersebut.
“Di kabekelan di mana, kisanak…..?” tanya Lasa sekedar berbasa-basi.
“Di padukuhan Pereng….! Aku sengaja datang ke sini untuk meyakinkan kebenaran cerita yang aku dengar. Dan ternyata memang benar seperti yang aku lihat di sini….!” jawab orang itu.
Bahwa besuk pagi Ki Tanu akan meninggalkan pondok, adalah merupakan kabar menyenangkan bagi Bayaputih. Lasa pun segera bergegas meninggalkan pondok Ki Tanu untuk mengabarkan kepada Bayaputih yang sesungguhnya adalah seorang pangeran.
Lasa pun sebelumnya telah mendengar cerita bahwa Gendhuk Jinten setiap pagi pasti mencuci di sungai dan kemudian mandi di belik yang ada pancurannya di lereng di tepi sungai itu. Bahkan cerita yang ia dengar, Gendhuk Jinten sering melepas lelah di bangku di bawah pohon gayam sambil menunggu jemuran kering.
“Aku harus segera menemui sang pangeran……!” batin Lasa.
………..
Bersambung………

Petuah Simbah: “Orang yang ahli dan mumpuni pasti dicari banyak orang.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *