Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#88

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.

Gendhuk Jinten.

Sedangkan Ki Tanu sendiri telah berjalan cukup jauh. Ki Tanu sudah meninggalkan banjar padukuhan sejak ayam jago berkokok untuk kedua kalinya. Di pagi yang masih gelap itu, menempuh perjalanan justru membuat badan menjadi segar. Ki Tanu berjalan di belakang para bakul yang akan menuju ke pasar desa. Dengan obor di tangan, para bakul berjalan beriringan sambil berbincang dan diselingi senda gurau, alangkah bahagianya mereka. Namun Ki Tanu tidak akan singgah di pasar itu karena hari masih terlalu pagi. Ki Tanu berencana singgah di pasar Gawok yang pernah ia kunjungi ketika berkelana beberapa puluh tahun yang lalu. Ki Tanu masih ingat ketika di pasar Gawok dahulu pernah menangkap seorang perempuan setengah baya yang mengutil dagangan seorang bakul wade. Hampir saja wanita itu dihakimi oleh para pengunjung pasar. Namun dilerai oleh Ki Tanu, dan wanita itu diserahkan kepada lurah pasar.
Namun yang tidak diduga oleh Ki Tanu, ketika ia telah keluar dari pasar Gawok itu, ia diserang oleh dua lelaki sangar yang tidak ia kenal. Beruntungnya, Ki Tanu memiliki bekal yang lebih dari cukup untuk menghadapi dua orang penyerangnya itu. Ketika itu, dengan mudah Ki Tanu melumpuhkan dua lelaki sangar penyerangnya. Kedua orang itu ditotok simpul sarafnya oleh Ki Tanu sehingga keduanya bagai lumpuh.
“Jika aku ingin membunuh kalian tentu hal yang mudah, tetapi aku ingin kau kembali ke jalan yang benar….!” kata Ki Tanu ketika itu, yang saat itu ia menggunakan nama Teja.
“Ampun…. ampuuun Deeen….! Kami ingin hidup….!” kata kedua lelaki sangar saat itu.
Ki Tanu masih ingat ketika itu, kemudian banyak orang yang menyaksikan, dan datang pula lurah pasar dan wanita pengutil.
Yang membuat Teja geram saat itu adalah bahwa salah seorang lelaki garang itu adalah suami dari wanita pengutil. Dan lurah pasar pun sepertinya akrab dengan mereka bertiga.
“Kalian berdua akan lumpuh sampai besuk pagi….! Namun jika kalian tidak menghentikan kejahatan ini, aku akan datang dan membuat kalian lumpuh selamanya…..!” ancam Teja saat itu.
“Ampun Deeen….., ampun….. kami sudah kapok…..!” kedua lelaki sangar itu mengiba-iba.
“Juga kau wanita pengutil….! jika kau tidak menghentikan kebiasaanmu itu, aku bisa berbuat apapun kepadamu….!” ancam Teja.
“Heee kau lurah pasar….! Jika kau bersekongkol dengan para penjahat ini, aku bisa melaporkan kau kepada Ki Demang Gawok…..!” ancam Teja pula.
Lurah pasar itu pun bersujud-sujud minta ampun.
Ketika itu Teja yang tak lain adalah Raden Tanu Teja segera meninggalkan mereka dengan satu pesan. “Suatu saat aku akan datang ke tempat ini untuk membuktikan penyesalan kalian….!”

Ki Tanu tersenyum sendiri mengingat kejadian belasan tahun silam. Dan sampai saat ini, Ki Tanu belum berkunjung ke pasar Gawok itu. Oleh karena itu, Ki Tanu tergelitik untuk mengunjungi pasar Gawok yang termasuk pasar yang ramai. Ia ingin mengenang saat-saat itu dan ingin bertanya apakah masih ada yang ingat dengan kejadian saat itu. Dengan demikian, Ki Tanu mengurungkan niatnya untuk singgah di kabekelan Sala yang pernah ia singgahi pula.
Karena keinginannya itu pula langkah Ki Tanu menjadi semakin cepat. Ia ingin segera sampai di pasar Gawok.
Sebelum tengah hari ia akan sampai di pasar Gawok.

Sementara itu, Lasa telah bercerita kepada Bayaputih bahwa tadi malam ia telah mengamati keadaan di pondok Ki Tanu. Bahwa di sana juga ada peronda yang menjaga pondok Ki Tanu. Lasa juga telah mendengar bahwa Gendhuk Jinten tidak sendiri di pondok itu, namun ada dua wanita yang menemani.
“Awasi saja di sekitar kebun buah, aku akan seperti dahulu, mengintai dari seberang sungai….! Siapa tahu kesempatan itu datang pula…..!” kata Bayaputih.
Ketika matahari sepenggalah, Bayaputih telah menuju ke seberang sungai. Saat seperti itulah dahulu Gendhuk Jinten mencuci dan mandi di tepi sungai.
Sedangkan Lasa berpura-pura sebagai pengunjung kebun buah. Ia bertemu pula dengan beberapa pengunjung yang lain.
……………
Bersambung………

Petuah Simbah: “Perbuatan yang mendatangkan kenikmatan sesaat, cenderung untuk diulangi walau itu melanggar norma kehidupan.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *