Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Gendhuk Jinten.
Bayaputih masih mengintip dari balik gerumbul perdu. Ia benar-benar terpesona melihat lekuk tubuh Gendhuk Jinten yang terletak di kain basah itu. Ia hanya bisa menggerutu tak habisnya. Keberadaan wanita paruh baya itu benar-benar membuyarkan rencananya. Sapu tangan yang telah ia semprot dengan wewangian masih ia simpan di saku bajunya.
Rencana Bayaputih semula, jika Gendhuk Jinten tidak tertidur pun akan ia sergap dengan tiba-tiba. Dengan sapu tangan membekap hidung, pasti akan membuat Gendhuk Jinten tak berdaya. Dan kemudian akan ia bopong masuk ke hutan seberang sungai. Di sana ia akan leluasa berbuat sesuatu. Namun semua rencana menjadi ambyar berantakan.
Bahkan Bayaputih hanya bisa memandang dua punggung wanita yang meninggalkan tepian sungai. Setelah kedua wanita itu hilang di balik tikungan, Bayaputih segera melemparkan beluluk – pentil buah kelapa sebesar genggaman tangan ke arah rimbunnya pohon bambu. Lemparan itu adalah sebagai tanda Bayaputih memanggil Lasa yang menunggu tak jauh dari tempat itu. Lasa pun segera tanggap dan bergegas menjumpai Bayaputih.
“Huuuch…..! wanita tua bedebah…..!” gerutu Bayaputih ketika Lasa telah datang.
“Bagaimana Pangeran…..?” tanya Lasa.
“Heeem…..! Besuk harus terlaksana, kita tunda kepulangan kita…..!” kata Bayaputih.
“Siap menunggu perintah…..!” kata Lasa yang seorang prajurit sandi itu.
Sementara itu, para senopati Demak Bintara sedang mempersiapkan penyerangan ke kadipaten di brang wetan. Sultan Demak tak ingin gagal, harus disiapkan pasukan yang sungguh besar dan kuat. Namun jika pasukan Demak semua dikerahkan menuju brang wetan, keraton Demak bisa lemah dan setiap saat bisa diserang lawan yang tidak diduga. Oleh karena itu, Sultan Demak ingin mendatangkan pasukan dari seberang lautan, Palembang. Negeri Palembang memiliki pasukan yang kuat dan tangguh, lagi pula negeri itu jauh dari ancaman negeri lain. Pasukan Melayu sangat berpengalaman dalam perang besar. Sultan Demak telah mengutus senopati telik sandi untuk mencari Bayaputih agar segera pulang dan akan diutus untuk kembali ke Palembang. Senopati telik sandi telah mengutus tiga orang prajurit sandi untuk mencari Pangeran Bayaputih yang menurut kabar dalam perjalanan dari Pengging ke Prambanan atau sebaliknya.
“Salah seorang mencari di Pengging, yang lain melacak sampai di Prambanan…..!” perintah senopati telik sandi.
Yang bertugas ke Pengging adalah sejawat Lasa yang telah hafal seluk beluk kademangan Pengging. Ia pun hafal tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh Lasa maupun tempat menginapnya.
Lasa terkejut ketika sampai di penginapan telah ditunggu oleh sahabatnya sesama prajurit sandi.
“Sembah bakti, Gusti Pangeran…..!” salam prajurit sandi dari Demak itu.
“Ya aku terima…..! Mari masuk ke kamar……!” pinta Bayaputih.
Setelah saling berkabar keselamatan, prajurit sandi dari Demak itu segera menyampaikan perintah dari Sultan Demak.
“Perintah dari Baginda Sultan, Pangeran agar segera menghadap….!” kata prajurit sandi itu.
“Heeem…..! Baiklah…..!” kata Bayaputih yang sesungguhnya kecewa. Namun ia tidak mungkin menentang perintah raja yang juga merupakan ayahandanya sendiri. Jika ia tidak patuh, tentu akan mengurangi kewibawaan Baginda Sultan Demak itu.
“Adakah perintah khusus dari Baginda Sultan…..?” tanya Bayaputih.
“Hanya satu perintah Baginda Sultan, yaitu jangan menunda kepulangan….!” kata prajurit sandi itu.
“Besuk pagi kita kembali ke Demak….!” kata Bayaputih.
“Hari ini, kalian menyiapkan tiga ekor kuda agar cepat sampai di Demak….!” kata Bayaputih.
Meskipun Bayaputih telah merencanakan kepulangan besuk pagi, tetapi Bayaputih masih ingin bertemu dengan Gendhuk Jinten, syukur bisa berbincang barang sejenak. Atau mendapat kesempatan seperti yang diangankan itu datang kembali besuk pagi. Namun apapun yang terjadi, Gendhuk Jinten harus tahu siapa gerangan ayah dari bayi yang dikandungnya. Walaupun kemudian ia akan segera meninggalkan tlatah Pengging.
………………
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Hati-hati mengendali hasrat lelaki.”
(@SUN)