Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(294)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Sultan Hadiwijaya melanjutkan ceritanya kepada Ki Juru Martani dan Ki Pemanahan.
Saat suasana keraton sudah sangat sepi mencekam, Sultan Hadiwijaya kemudian berpura-pura tidur di bangsalnya. Pintu bangsal pun sengaja tidak dikunci agar memberi kesan Sultan Hadiwijaya tak tahan menahan kantuk sehingga tidak sempat mengunci pintu. Bahkan Sultan Hadiwijaya sempat mendengar dua orang masuk ke bangsalnya saling berbincang karena yakin bahwa sasarannya telah tertidur pulas.
“Ternyata terlalu mudah untuk membunuh Jaka Tingkir, Kakang….!” Berkata salah seorang dari dua orang yang masuk bangsal itu.
“Yaaa….., ia telah tertidur pulas…..!” Sahut yang lain.
“Kita ulang keberhasilan Ki Rungkut ketika membunuh Sunan Prawoto…..!” Sahut yang seorang.
“Kita bersama-sama menghujamkan keris kita…..!” Lanjut yang seorang lagi.
Telah terbayang di depan mata jabatan Adipati bagi kedua orang itu. Keris pusaka mereka pasti menghujam di dada Jaka Tingkir.
Sultan Hadiwijaya sempat memicingkan mata ketika dua orang itu berada di sisi kanan dan kiri tempat ia berbaring.
Sekejap kemudian terdengar dentingan dua ujung keris yang membentur ajian tameng waja yang telah diterapkan oleh Sultan Hadiwijaya dalam kesiagaan tertinggi.
“Tuiing tuiing…..!”
Dua orang yang sedang terperangah karena keris mereka tak mampu menghujam di dada Sultan Hadiwijaya, saat itu juga tendangan kuat dua kaki yang dilambari ilmu rog-rog asem menghantam lambung dua orang yang gagal menghujamkan keris.
Kedua orang itu pun langsung terkapar dan kedua keris mereka terlepas.
Kedua orang itu pun kemudian ditotok simpul syarafnya sehingga lumpuh untuk sementara.
“Ketika aku belum sempat bertanya sesuatu kepada kedua orang itu, Kakang Pemanahan telah masuk bangsal……!” Berkata Sultan Hadiwijaya mengakhiri ceritanya.
“Permainan Dimas Sultan sangat berbahaya, namun aku percaya bahwa hanya satu dua orang yang telah tuntas ilmunya yang akan mampu menembus ajian tameng waja…..!” Berkata Ki Pemanahan.
Ki Juru Martani belum sempat bercerita tentang kejadian di luar bangsal, ketika kemudian terdengar beberapa orang saling berbincang. Mereka, baik para prajurit jaga maupun para wanita yang berada di dapur telah terbebas dari pengaruh ilmu sirep. Mereka saling bertanya tentang keadaan mereka.
Sedangkan Sultan Hadiwijaya ingin menengok Kanjeng Ratu Cempaka yang sedang mengandung tua. Jika ia terbangun pasti akan kebingungan.
Bagi para prajurit jaga, mereka segera menyadari bahwa telah terjadi serangan dengan ilmu sirep.
Para prajurit itu sangat khawatir akan keselamatan Sultan Hadiwijaya. Mereka segera berlarian menuju bangsal Sultan.
Betapa terkejut mereka ketika melihat Ki Penjawi dan Raden Mas Danang Sutawijaya menunggui empat orang yang tidak mereka kenal, namun sudah tidak berdaya. Dan kemudian datang pula Ki Juru Martani dan Ki Pemanahan. Namun para prajurit itu tetap khawatir karena mereka tidak melihat Sultan Hadiwijaya. Namun mereka sedikit tenang karena tidak tampak kesedihan pada orang-orang dekat Sultan Hadiwijaya tersebut. Bahkan kemudian Raden Mas Danang Sutawijaya menyapa dengan tersenyum.
“Tenangkan hati kalian, semua selamat. Ini bukan salah kalian…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Syukurlah jika demikian Raden. Kami menunggu perintah….!” Berkata salah seorang prajurit jaga.
“Kembalilah ke tempat jaga….! Jaga jangan sampai terjadi kegaduhan. Katakan kepada siapapun yang bertanya bahwa semuanya aman……!” Berkata Ki Juru Martani.
Sultan Hadiwijaya telah kembali dari menengok sang istri yang benar-benar bingung karena telah berpindah tempat.
Namun Sultan Hadiwijaya bisa menenangkan sang istri, walau belum bercerita secara panjang lebar peristiwa yang sesungguhnya.
Agar tidak terjadi kegaduhan di malam yang telah menjelang pagi itu. Para tawanan di bawa ke sanggar. Di sana akan lebih leluasa untuk menanyakan segala sesuatu kepada mereka.
…………………
Bersambung…………
(@SUN)