Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#165

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(165)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Mbok mertua dari Mbok Bakul telah menyiapkan hidangan makan malam sepantasnya. Ia tahu siapa yang singgah dan menginap di rumahnya itu. Anaknya yang tadi mengantar anak muda itu juga sudah menceritakan apa yang terjadi di warungnya. Bahkan diceritakan pula bahwa anak muda itu telah memaksa membayar jajanannya dengan berlebih.
“Nanti jika ditinggali uang jangan diterima Mbok…..!” kata anaknya tadi sebelum kembali ke warungnya.
“Tentu tidak akan aku terima karena ini bukan penginapan…..!” kata ibunya.

Sementara itu, pasukan Sultan Trenggono telah meninggalkan benteng yang telah terbakar. Namun sebelumnya telah membereskan jasad-jasad prajurit Portugis yang tewas dalam kebakaran itu. Walau jasad-jasad itu jasad musuh, namun tetap harus dimakamkan secara pantas.
Kini pasukan besar itu telah berkumpul di Sunda Kelapa. Gabungan pasukan itu telah memenuhi alun-alun Sunda Kelapa, bahkan sampai meluber di sekitarnya.
“Jika kita bersatu, kita bisa mengusir musuh walaupun musuh itu bangsa kulit putih yang memiliki senjata ampuh yang tidak kita mengerti…..!” kata Pangeran Fatahillah.
“Oleh karena itu, kita jangan sampai dipecah-belah sehingga ringkih…..!” kata Sultan Trenggono.
“Benar Kakangmas Sultan, biarlah wilayah bang kulon aku galang kesatuan dan persatuan bagi seluruh JawaDwipa ini…..!” lanjut Pangeran Fatahillah.
“Aku percaya Dimas Fatahillah. Untuk bang tengah sepertinya tidak ada masalah, tetapi beberapa kadipaten di ujung timur pulau ini masih belum mau bergabung dengan Demak Bintara. Blambangan, Panarukan dan Pasuruhan, menurut laporan senopati prajurit sandi justru telah menggalang kekuatan……!” kata Sultan Trenggono.
“Kami siap mengirim pasukan berapapun yang dibutuhkan untuk menggempur kadipaten-kadipaten di ujung timur pulau ini…..!” kata Pangeran Fatahillah.
“Itu akan aku pikirkan kemudian, dalam waktu dekat kami akan segera kembali ke Demak Bintara untuk memperkuat pasukan di pusat pemerintahan…..!” kata Sultan Trenggono.
Jarak yang akan ditempuh dari Sunda Kelapa sampai ke Demak Bintara bukanlah jarak yang dekat untuk pasukan yang besar dan berjalan kaki, mungkin memerlukan waktu beberapa pekan. Namun perjalanan itu akan ditempuh dengan riang gembira karena telah menang perang dan hampir sama sekali tidak ada korban yang jatuh.

Sementara itu, Jaka Tingkir telah meninggalkan penginapan dengan perasaan senang. Ia telah diterima dengan baik oleh suami-istri yang telah sepuh itu. Ia memang berencana untuk melewati Mrapen, tempat api yang menyembur dari dalam tanah dan tak pernah padam. Walaupun ia senang mengembara, namun belum pernah sampai ke tempat itu. Mungkin satu hari perjalanan sudah sampai di tempat itu. Ia ingin bermalam di sekitar api yang tak pernah padam itu.
Jalur jalan yang ditempuh oleh Jaka Tingkir sudah mulai ramai walau tidak seramai Pengging – Banyubiru.
Jaka Tingkir tidak terlalu terikat oleh waktu sehingga ia berjalan dengan santai dan sering berhenti jika ada yang menarik perhatian.
Jaka Tingkir memerlukan mampir di warung yang cukup ramai di pasar Kedungjati. Ia sengaja duduk di pojok untuk menghindari banyak pertanyaan yang mungkin terlontar dari pengunjung yang lain.
Warung yang cukup riuh dari pengunjung yang bersendagurau dan berbincang. Sepertinya mereka telah terbiasa jajan di warung itu dan saling mengenal.
“Hee sudah dengar belum….? Pasukan kita di bawah pimpinan Kanjeng Sultan sendiri telah berhasil mengusir musuh bangsa kulit putih dari bumi Sunda Kelapa….!” kata seseorang yang telah mendengar kabar itu.
“Wuiih….. hebat benar Kanjeng Sultan Trenggono yang berhasil mengusir musuh…..!” sahut yang lain.
“Itu sebagai pembalasan atas gugurnya Kanjeng Adipati Ukur di tanah sabrang lor……!” timpal yang lain.
Jaka Tingkir tertarik dengan kabar itu, bahwa pasukan Kanjeng Sultan Trenggono telah berhasil mengalahkan lawan. Dengan demikian ia berharap bahwa Kangjeng Sultan segera kembali ke keraton Demak Bintara. Dan ia dengan segera akan mengikuti penjaringan calon prajurit.
………….
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Galanglah persatuan dan kesatuan untuk negeri ini. Jauhkan dari perseteruan yang bisa memecah belah bangsa ini.”
(@SUN).

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *