Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#170

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(170)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Sampai dini hari itu masih juga ada yang datang ke tempat itu. Mereka pun datang dengan tanpa berkata-kata dan kemudian juga ikut duduk bersila seperti yang lain.
Bagi Jaka Tingkir, ia tidak sedang menyembah nyala api yang langka itu, namun dengan sikap itu, ia ingin mengagumi alam ciptaan-Nya. Dengan demikian pula ia juga mengagungkan nama-Nya. Namun demikian, tak dipungkiri, dari mereka yang datang itu ada pula yang mendewakan nyala api itu.
Sebelum matahari merekah di ufuk timur, Jaka Tingkir sudah turun untuk mencari sungai agar bisa berbersih diri.

Jaka Tingkir sempat menikmati keindahan api abadi itu di pagi hari. Ketika itu semakin banyak orang yang datang. Ada beberapa yang bersikap seperti orang-orang sebelumnya dengan duduk bersila, namun tak sedikit yang hanya sekedar melihat-lihat. Bahkan mereka banyak yang berbincang-bincang tentang berbagai hal.
Namun akhirnya Jaka Tingkir meninggalkan api abadi di Mrapen itu. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke kotaraja Demak Bintara. Ia memperkirakan pada sore hari sebelum matahari terbenam sudah sampai di tempat yang ia tuju, tempat kediaman Ki Ganjur.

Sementara itu, Pangeran Prawoto dan Kanjeng Sunan Kudus telah menerima utusan seorang senopati dan beberapa prajurit dari pasukan yang ikut berperang di tlatah Sunda Kelapa. Senopati itu mengabarkan bahwa Kanjeng Sultan Trenggono beserta seluruh pasukannya akan tiba kira-kira empat hari lagi.
“Kami sudah mendengar kabar tentang kemenangan itu, Paman Senopati. Kami memang menunggu kepastian kabar kedatangan seluruh pasukan yang menang perang……! Akan kami sambut sepantasnya di perbatasan kotaraja…..!” kata Pangeran Prawoto.
Mereka kemudian berembug untuk persiapan acara penyambutan pasukan yang menang perang.
Pangeran Prawoto segera menyampaikan wara-wara ke seluruh negeri perkiraan kedatangan seluruh pasukan yang menang perang.
Kawula Demak Bintara menyambut gembira kabar itu. Terutama mereka ayah-ibu dan saudara yang anggota keluarganya ikut dalam pasukan itu.
“Besuk aku akan ikut menyambut anak kita di perbatasan kotaraja, Ki……!” kata seorang embok yang anaknya ikut dalam pasukan yang akan datang itu.
“Kita bawa sawo bludru yang sedang berbuah lebat itu. Dialah dulu yang menanam bibit pohonnya…..!” kata sang suami.
“Kita bawa yang banyak, biar yang lain juga ikut merasakannya…..!” kata si embok.
Demikianlah, kabar itu cepat tersebar luas ke seluruh penjuru negeri. Sebagian besar dari kawula Demak Bintara ingin ikut menyambut pasukan dan sultan mereka yang pulang dengan kemenangan. Mereka bangga kepada sultan mereka yang selalu menang perang dalam setiap memimpin pasukan. Ketika melurug ke bang wetan, Kanjeng Sultan Trenggono beserta pasukannya juga menang perang. Dan kini ketika melurug ke bang kulon juga menang perang. Bahkan pasukan itu berhasil mengusir bangsa kulit putih dari bumi Jawadwipa.

Ketika Jaka Tingkir sedang mampir di sebuah warung, ia juga mendengar kabar akan datangnya pasukan yang menang perang. Jaka Tingkir juga berniat untuk ikut menyaksikan dan menyambut kedatangan Kanjeng Sultan Trenggono beserta seluruh pasukannya. Kesempatan itu pasti juga merupakan kesempatan yang langka untuk bisa disaksikan.
Di warung itu pembicaraan tentang rencana kedatangan Kanjeng Sultan beserta seluruh pasukan besarnya riuh diperbincangkan.
“Betapa bangganya menjadi seorang prajurit yang dikagumi oleh banyak orang seperti itu…..!” batin Jaka Tingkir. Hal tersebut membuat tekat Jaka Tingkir untuk menjadi seorang prajurit semakin kuat.
Tekat itu membuat langkah Jaka Tingkir menjadi semakin cepat. Ia ingin segera sampai di tempat tinggal Ki Ganjur. Dan ia tidak ingin beristirahat lagi dalam perjalanan.

Ki Ganjur dengan senang hati menerima kedatangan Jaka Tingkir. Terlebih setelah ia menerima surat dari Ki Ageng Sela, sahabatnya sejak masa muda. Ki Ganjur pun senang setelah tahu bahwa Jaka Tingkir adalah putra dari seorang dalang kondang, namun telah lama meninggal dunia, Ki Ageng Tingkir.
…………….
Bersambung……………

Petuah Simbah: “Banggalah menjadi seorang prajurit yang selalu siap membela bangsa dan negara.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *