Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#177

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(177)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Namun orang bercadar itu juga meloncat untuk mengejar Jaka Tingkir.
Tiba-tiba orang tersebut menyerang Jaka Tingkir. Jaka Tingkir hanya bisa menghindar untuk menyelamatkan diri. Namun orang tersebut terus menyerang dengan kecepatan tinggi. Jaka Tingkir tidak tahu apa sebabnya ada orang yang menyerang dirinya. Ia merasa tidak berbuat kesalahan apapun. Namun demikian, Jaka Tingkir tak ingin menjadi korban yang tidak tahu apa sebabnya. Oleh karena itu Jaka Tingkir sambil menghindar mengingatkan orang yang menyerangnya.
“Maaf Kisanak…..! Kisanak pasti salah sasaran…..!” kata Jaka Tingkir.
Namun orang bercadar itu tidak menjawab. Yang terjadi justru ia semakin gencar menyerang.
Pukulan dan tendangan bertubi-tubi dilancarkan oleh orang bercadar dan berpakaian serba hitam itu. Namun sejauh ini Jaka Tingkir masih mampu menghindarinya. Ketika Jaka Tingkir kesulitan untuk menghindar, ia terpaksa menangkis serangan lawan. Jaka Tingkir terkejut karena tangan penyerangnya itu bagaikan linggis besi. Perasaan nyeri di tempat tangan yang beradu. Tetapi tidak membuat Jaka Tingkir sampai tergetar.
Namun sang penyerangan itu rupanya terkejut pula karena ia sedikit meloncat surut.
“Heeemm….., anak ini memang berilmu tinggi, ia pantas menjadi murid Ki Ageng Sela…..!” batin orang bercadar itu.
Namun orang itu kemudian menyerang kembali Jaka Tingkir yang sedang termangu. Kini ia telah meningkatkan ilmunya dengan lebih cepat dan lebih kuat. Jika serangan itu dilancarkan kepada seorang prajurit setingkat lurah prajurit, tentu tak akan mampu menghindar, bisa jadi akan langsung terkapar di tepi kolam. Namun yang diserang adalah Jaka Tingkir murid Ki Ageng Sela yang telah komplit menyerap ilmu. Ia pun telah meningkatkan ilmunya pula dan membentengi dengan ilmu kebalnya. Ia mampu menghindar secepat ayunan tangan lawannya. Lawannya semakin heran, anak semuda ini telah berilmu tinggi. Ia kemudian meningkatkan ilmunya pula, serangan semakin gencar. Dengan tingkatkan ini, seorang senopati pada umumnya pun akan kesulitan mengatasi. Jaka Tingkir yang masih muda itu sungguh kerepotan meladeni gempuran lawannya. Dalam kesempatan yang sempit, lawannya berhasil memukul dada Jaka Tingkir. Jaka Tingkir yang telah membentengi dengan ilmu kebalnya itu terdorong surut, walau ia tak sampai terkapar. Lawannya semakin kagum, dengan hantaman yang mengenai dada dan telah dilambari dengan ilmunya itu, seseorang dengan tingkatkan seorang senopati pun pasti akan terkapar. Namun anak ini masih berdiri tegak. Tetapi ia yakin, anak itu merasa sakit akibat hantaman itu. Tetapi Jaka Tingkir tak ingin hanya selalu menjadi sasaran serangan.
Kemudian yang tidak diduga oleh orang itu adalah, lawannya justru yang kemudian menyerangnya. Ia yang kini sibuk menghindri serangan Jaka Tingkir. Ia pun berusaha jangan sampai hantaman lawannya yang masih muda itu mengenainya.

Sementara itu, Ki Ganjur yang telah selesai melaksanakan ibadah malamnya heran mendengar suara gedebag-gedebug dari arah kolam. Apa yang dikerjakan oleh Jaka Tingkir di waktu yang telah lewat tengah malam ini. Ia kemudian keluar menengok untuk melihatnya.
Ia terkejut ketika melihat Jaka Tingkir sedang berkelahi melawan seseorang yang berpakaian serba hitam dan bercadar. Ia sungguh sangat kagum kepada keduanya yang berkelahi dalam tataran ilmu yang tinggi. Bahkan Ki Ganjur sendiri kesulitan untuk mengikuti gerak keduanya yang bagai dua bayangan hitam yang bergerak sangat cepat. Ia sangat kagum kepada Jaka Tingkir yang mampu memberikan perlawanan dengan tingkat ilmu yang sedemikian tinggi.
Ki Ganjur heran, mengapa Jaka Tingkir terlibat perkelahian dengan seseorang yang bercadar. Seseorang yang bercadar pasti tidak ingin jati dirinya diketahui. Ia mencoba mengamati, kira-kira siapakah orang bercadar itu. Ia hampir mengenal semua orang di sekitar keraton Demak Bintara. Namun tidak mudah bagi Ki Ganjur untuk segera mengenalinya, karena malam yang gelap dan orang itu bercadar serta bergerak sedemikian cepat.
…………………
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Setiap orang berhak untuk mempertahankan diri dari serangan lawan.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *