Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#184

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(184)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Jaka Tingkir tidak ingin hanya berdiri menyaksikan para calon prajurit berlari mengelilingi alun-alun, tetapi ia ikut berlari bersama mereka. Senopati Brajamusti-lah yang berdiri di tepi alun-alun untuk menyaksikan mereka yang mengikuti pendadaran. Mereka, para calon prajurit itu jumlahnya lebih dari tiga ratus orang.
Jaka Tingkir telah berlari dengan kecepatan sedang di paling depan. Para calon prajurit yang berbaris di deretan depan segera mengikuti Jaka Tingkir.
Senopati Brajamusti kagum dengan cara Jaka Tingkir yang ikut berlari bersama para calon prajurit. Ia percaya bahwa Jaka Tingkir akan mampu mengatur ketahanan tubuhnya sehingga ia tidak akan kelelahan di pertengahan jalan.
Namun dari sekian banyak calon prajurit itu, ada pula beberapa yang bergeremang. Mereka menyepelekan lurah wira tamtama yang masih terlalu muda itu. Mereka juga heran, mengapa harus berlarian mengelilingi alun-alun seperti anak kecil saja. Mereka yang merasa telah memiliki bekal olah kanuragan inginnya langsung uji tarung antar mereka. Atau bahkan didadar langsung oleh lurah wira tamtama itu. Jika itu terjadi, beberapa orang merasa yakin akan mampu mengalahkan anak muda itu.
“Haaah….., ini permainan apa mesti berlarian kayak anak kecil…..!” Gerutu salah seorang yang berperawakan gagah dan telah cukup dewasa.
“Kita ikuti saja apa kemauan anak kecil itu, Kakang Dadung…..!” Sahut salah seorang calon prajurit yang telah mengenal orang yang dipanggil Dadung itu.
“Kita ini sudah berguru puluhan tahun masih diuji dengan berlarian seperti ini…….!” Kata orang yang dipanggil Dadung itu.
“Ya sudahlah, kita ikuti saja…..!” sahut kawannya yang ternyata satu perguruan dengan orang yang dipanggil Dadung itu.
Namun demikian, Jaka Tingkir tidak mendengar apa yang diperbincangkan oleh orang-orang itu. Saat itu Jaka Tingkir telah berlari jauh di paling depan.
“Ayo kita tunjukkan bahwa kita bukan orang kemarin sore yang ingin menjadi seorang prajurit. Tunjukkan bahwa bekal kita lebih dari cukup untuk menjadi seorang prajurit…..!” Kata Dadung yang bernama lengkap Dadung Awuk.
“Ayo aku setuju…..!” Sahut kawannya.

Dadung Awuk bersama lima orang kawannya segera berlari cepat mendahului barisan di depannya.
“Ayo kejar aku……!” Tantang Dadung Awuk sambil mendahului peserta yang lain.
Namun tidak ada yang menanggapi tantangan Dadung Awuk selain lima orang kawan seperguruannya.
Beberapa saat kemudian, mereka berenam telah bisa mengejar Jaka Tingkir yang ada di paling depan. Bahkan kemudian mereka mendahului Jaka Tingkir, sedangkan Dadung Awuk selalu di samping Jaka Tingkir dengan sikap mengejek. Namun Jaka Tingkir tidak menanggapi ulah beberapa calon prajurit itu. Ia percaya bahwa mereka pasti akan menjadi catatan bagi para prajurit yang membantunya. Lima orang kawan Dadung Awuk telah melesat jauh di depan. Sedangkan Dadung Awuk selalu di samping Jaka Tingkir, seakan dia merasa sejajar, bahkan lebih dari Jaka Tingkir yang masih muda itu. Jaka Tingkir tetap tidak menegur ulah dari orang yang selalu di sampingnya itu. Bahkan kemudian Dadung Awuk berulah dengan berlari mundur di samping Jaka Tingkir. Ia ingin menunjukkan bahwa ia mampu mengimbangi larinya Jaka Tingkir dengan berlari mundur.
Namun hampir semua calon prajurit selain kawan Dadung Awuk tidak senang dengan ulah orang itu. Mereka menganggap, sikap orang yang selalu di sampingmu lurah wira tamtama itu terlalu sombong. Demikian pula lima orang yang telah mendahului mereka.

Mereka mengelilingi alun-alun sudah hampir tiga putaran. Beberapa orang tercecer di belakang. Bahkan beberapa orang itu telah disusul oleh kawan-kawan Dadung Awuk.
“Istirahat saja jika sudah tidak kuat…..!” Ejek kawan-kawan Dadung Awuk kepada para calon prajurit yang didahuluinya. Namun para calon prajurit itu tidak menanggapi ejekan dari sesama calon prajurit.

Dadung Awuk yang bosan berjejer dengan lurah wira tamtama segera berlari kencang menyusul kawan-kawannya.
…………………..
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Ada ungkapan Jawa; umuk ambruk – yang artinya orang yang sombong akan ambruk oleh ulahnya.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *