Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(198)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Kanjeng Sultan Trenggono yang sedang berbincang dengan Sunan Kudus itu mengingatkan, bahwa dahulu ayahandanya, Sultan Patah pernah mengutus Patih Wanasalam untuk mengingatkan Ki Ageng Pengging agar setia kepada Demak Bintara. Namun sampai saat ini, sejak Ki Ageng Pengging sepuh atau Ki Ageng Handayaningrat sampai Ki Ageng Pengging berikutnya yaitu Ki Ageng Kebo Kenanga, Pengging belum mau pasok upeti ke Demak Bintara. Oleh karena itu, Kanjeng Sultan ingin mengutus Sunan Kudus untuk pergi ke Pengging. Purbawasesa – kekuasaan sepenuhnya dipercayakan kepada Sunan Kudus untuk mengatasi Ki Ageng Pengging.
“Silahkan Kanjeng Sunan Kudus mengajak para prajurit pilihan untuk menyertainya. Mungkin Ki Pengging ingin mirong kampuh jingga – ingin berontak kepada Demak Bintara……!” Kata Kanjeng Sultan kemudian.
“Saya kira tidak perlu banyak prajurit, cukup tujuh prajurit saja dan bende pusaka yang aku bawa…..!” Jawab Kanjeng Sunan Kudus.
“Baiklah Kanjeng Sunan…..! Saya percayakan kepada kebijaksanaan Kanjeng Sunan Kudus yang juga sebagai seorang senopati agung Demak Bintara…..!” Lanjut Kanjeng Sultan Trenggono.
Hari berikutnya, Kanjeng Sunan Kudus beserta tujuh orang prajurit pilihan berangkat menuju ke Pengging dengan berjalan kaki. Ketujuh prajurit itu diakunya sebagai para santrinya Kanjeng Sunan Kudus dan berpakaian santri pula.
Sementara itu, Kanjeng Sultan Trenggono telah mempersiapkan pasukan yang besar untuk menyerbu telatah bang wetan. Kadipaten-kadipaten yang belum menyatakan setia kepada Demak Bintara ialah Pasuruan, Panarukan dan Blambangan. Blambangan termasuk kadipaten yang kuat sejak zaman Majapahit dahulu, zaman Minakjingga. Sejak dahulu, Blambangan tidak sepenuhnya tunduk kepada Majapahit dan kemudian kepada Demak Bintara. Sedangkan Pasuruan dan Panarukan merasa kuat karena di sana telah bercokol benteng pasukan Portugis.
Para prajurit baru belum akan diikutsertakan ke bang wetan. Mereka akan mendapat tugas untuk mengawal keraton. Para prajurit dari berbagai kadipaten telah dipanggil untuk berkumpul di keraton Demak Bintara. Namun pasukan dari tanah Pasundan tidak diikutsertakan karena jarak yang terlalu jauh.
Sementara itu, Jaka Tingkir telah mendapat gemblengan dari pamannya, Ki Kebo Kanigara. Ia digembleng bersama Ki Wuragil, Mas Manca dan Mas Wila. Walau ketiga murid Ki Kebo Kanigara itu telah terlebih dahulu berguru dan usianya pun lebih dewasa, namun Jaka Tingkir memiliki banyak kelebihan. Ketiganya tidak ada yang mampu menandingi ilmu Jaka Tingkir yang juga disebut Mas Karebet itu. Ki Kebo Kanigara bangga akan bakat yang didukung dengan ketekunan dan kecerdasan keponakannya itu. Namun jika Jaka Tingkir hanya berkutat di padepokan, tentu ilmu yang tinggi itu kurang bermanfaat untuk kehidupan yang lebih luas.
Apakah mungkin Jaka Tingkir yang telah terusir dari Demak Bintara itu bisa kembali melamar menjadi seorang prajurit? Batin Ki Kebo Kanigara. Tetapi Ki Kebo Kanigara masih ingin menggembleng keponakannya itu agar menjadi seorang yang digdaya. Namun Ki Kebo Kanigara tak lupa menanamkan nilai-nilai luhur budi pekerti dan nilai-nilai keadilan dan kejujuran.
Banyak ilmu yang telah diterima oleh Jaka Tingkir Mas Karebet dari pamannya, Ki Kebo Kanigara. Namun Jaka Tingkir masih merasa kurang dalam hal pendalaman kepercayaannya yang sekarang. Ki Kebo Kanigara memang tidak mendalami kepercayaan baru seperti yang dianut oleh Jaka Tingkir.
Pagi itu, Jaka Tingkir minta izin kepada pamannya untuk kembali menghadap Ki Gede Banyubiru. Yang telah ia dengar, Ki Gede Banyubiru tekun mendalami ilmu kepercayaannya itu dengan bimbingan seorang wali yang telah tersohor. Jaka Tingkir sebelumnya memang pernah diperkenalkan oleh Ki Wuragil dan Mas Manca kepada Ki Gede Banyubiru.
Saat nanti, Jaka Tingkir berharap bisa bertemu dengan wali tersebut dan akan berguru kepadanya.
“Berangkatlah, salam hormatku untuk Ki Gede Banyubiru…..!” Pesan Ki Kebo Kanigara ketika Jaka Tingkir akan berangkat.
Pagi itu Jaka Tingkir berangkat ke Banyubiru seorang diri.
………………
Bersambung…………
Petuah Sumpah: “Nilai-nilai budi pekerti luhur dan nilai-nilai keadilan dan kejujuran, semestinya selalu ditanamkan dalam setiap jenjang pendidikan.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.