Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#209

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(209)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Kanjeng Sunan Kudus beserta para pengiringnya tidak segera meninggalkan tempat itu. Bahkan mereka menunggu untuk memastikan bahwa mereka yang mengejarnya itu telah benar-benar tidak akan kembali lagi. Prajurit yang membawa bende pun telah berkumpul dengan mereka. Bende pusaka itu benar-benar membantu mereka untuk menghindari bentrokan. Beruntungnya, mereka yang dari kadipaten maupun warga kampung tepi hutan itu tidak tahu bahwa auman harimau itu hanyalah semu, bukan harimau yang sesungguhnya. Dan jika benar-benar terjadi bentrokan, tidak akan ada harimau yang sesungguhnya yang bisa menerkam manusia.
Setelah ditunggu beberapa saat, tidak ada tanda-tanda mereka akan kembali, maka Kanjeng Sunan Kudus beserta pengiringnya segera meninggalkan tempat itu. Mereka ingin masuk ke hutan yang lebih dalam dan sedikit berbelok ke arah timur. Mereka memperhitungkan jika ada perangkat kadipaten yang waskita, tahu bahwa suara itu hanyalah semu, bisa jadi mereka akan kembali mengejar dengan kekuatan yang lebih besar dan persenjataan yang lebih lengkap.
“Kita lewat arah timur, walau lebih jauh, namun kecil kemungkinan akan terkejar oleh mereka. Bukannya kita takut, namun untuk menghindari korban yang tidak perlu….!” Saran dari Kanjeng Sunan Kudus.
Mereka benar-benar berbelok ke arah timur. Mereka nantinya akan melewati Mrapen tempat api abadi. Mereka tidak terlalu tergesa-gesa karena tujuannya telah berhasil. Dengan meninggalnya Ki Ageng Pengging tidak akan ada lagi yang meneruskan pemerintahan di Penggih. Walau mereka pernah mendengar bahwa Ki Ageng Pengging memiliki saudara, yakni Ki Kebo Kanigara. Namun yang mereka dengar Ki Kebo Kanigara telah lama meninggalkan Pengging. Mereka juga pernah mendengar bahwa Ki Ageng Pengging memiliki seorang anak lelaki, namun anak itu pun pergi dan tidak banyak yang tahu keberadaannya. Tidak banyak yang tahu bahwa Ki Kebo Kanigara tinggal di padepokan tepi Rawapening. Tidak banyak yang tahu pula bahwa Mas Karebet putra Ki Ageng Pengging lebih dikenal dengan nama Jaka Tingkir dan pernah menjadi prajurit wira tamtama.

Sementara itu, rombongan yang mengejar Kanjeng Sunan Kudus beserta pengiringnya telah tiba kembali di pendapa kadipaten. Namun saat itu hari telah menjelang pagi. Mereka pun menceritakan apa yang terjadi di hutan yang kemudian disebut Alas Sima itu.
“Heeem…..! Mestinya kalian tangkap orang-orang itu. Auman harimau itu hanyalah semu…..!” Kata salah seorang perangkat kadipaten yang usianya telah sepuh.
“Apakah sebaiknya kita kejar kembali dengan kekuatan yang lebih besar……!” Sahut perangkat kadipaten yang tadi memimpin pengejaran.
“Aku kira tidak ada gunanya, mereka pasti sudah melewati tapal batas wilayah kadipaten Pengging. Belum lagi jika kalian berselisih jalan. Sebaiknya kita selenggarakan pemakaman Ki Ageng dengan sebaik-baiknya…..!” Kata perangkat kadipaten yang telah sepuh itu.
Akhirnya mereka memutuskan untuk tidak mengejar orang-orang yang diduga sebagai penyebab meninggalnya Ki Ageng Pengging.

Sementara itu, pada waktu yang tidak bersamaan dengan kisah meninggalnya Ki Ageng Pengging, namun masih dalam alur cerita yang terkait, yaitu tentang perjalanan Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir beserta Mas Manca, Mas Wila dan Ki Wuragil telah jauh meninggalkan padepokan tepi Rawapening telatah Banyubiru.
Mereka terhalang oleh Kali Tuntang yang airnya deras dan cukup dalam. Di tempat itu ada bekas jembatan kayu. Namun sepertinya telah hanyut diterjang banjir. Mereka pun kesulitan untuk menyeberangi sungai itu. Jika Jaka Tingkir hanya seorang diri, tentu tidak akan mengalami kesulitan untuk menyeberangi sungai itu. Namun kini mereka berempat.
Mereka kemudian menyusuri sungai untuk menemukan jembatan yang bisa untuk menyeberang. Atau mungkin ada tempat yang tidak terlalu lebar sehingga mereka bisa meloncat dengan galah bambu. Namun yang mereka temui adalah sebuah kedung yang cukup luas dan sepertinya airnya pun cukup dalam.
………………
Bersambung………….

Petuah Simbah: “Hindarilah bentrokan sehingga tidak timbul korban yang tidak perlu.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *