Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#218

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(218)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Ki Kebo Kanigara sempat berkata kepada Ki Sura Kebo tentang kerbau bule, Kebondanu.
“Kakang……, mungkinkah suatu saat kerbau itu aku pinjam untuk aku tunjukkan kepada Kanjeng Sultan…..? Mungkin bisa sebagai sarana untuk mengambil hati Kanjeng Sultan Trenggana……!”
“Tentu saja boleh…..! Aku percaya kepadamu, Adi……!” Jawab Ki Sura Kebo.
Ki Kebo Kenigara tersenyum, namun ia masih belum yakin dengan gagasannya sendiri.
“Sebaiknya aku coba, semoga Jaka Tingkir bisa paham maksudku……!” batin Ki Kebo Kanigara.

Ki Kebo Kanigara kemudian mohon pamit, namun besuk atau besuk lusa akan datang lagi untuk meminjam Kebondanu.
Perjalanan Ki Kebo Kanigara kembali ke kedung Ploso berjalan dengan cepat. Ia berharap segera bertemu dengan Jaka Tingkir dan kawan-kawannya. Ia juga berharap tidak berselisih jalan dengan Jaka Tingkir dan ketiga kawannya.

Sementara itu, getek-getek yang ditumpangi Jaka Tingkir dan ketiga kawannya serta Bahurekso dan anak buahnya telah sampai di kedung Ploso.
Warga kedung Ploso tahu bahwa Bahurekso dan anak buahnya adalah para penyamun. Namun selama ini, gerombolan itu tidak pernah mengganggu warga di sepanjang sungai Tuntang termasuk warga di kedung Ploso itu. Bagi Bahurekso dan kawan-kawannya, sepanjang sungai Tuntang adalah kampung halamannya sendiri yang setiap saat mereka lalui.
Namun warga kedung Ploso heran, karena rombongan ini begitu banyak dan secara bersamaan. Mereka mengira gerombolan itu akan menyerbu ke suatu tempat. Namun warga kedung Ploso juga heran, karena tidak seperti biasanya dengan wajah-wajah sangar, tetapi kini dengan wajah ceria dan bercanda ria pula.
Mereka telah berloncatan turun dari getek-getek. Getek-getek pun di tambatkan di pepohonan tepian kedung.
Di tepian kedung itu mereka berkumpul.
Jaka Tingkir sempat berpesan lagi kepada mereka untuk tidak mengulangi perbuatan yang meresahkan orang banyak. Mereka diharapkan kembali ke kampung halaman masing-masing. Jaka Tingkir juga mengatakan bahwa dalam dua atau tiga pekan ke depan, ia dan kawan-kawannya akan tilik ke kedung Srengenge. Tempat tinggal dan gua di tepi kedung Srengenge itu sudah harus kosong, tidak boleh ditempati lagi. Jika ada barang-barang dipersilahkan untuk diambil, jangan ditinggal di tempat itu.
Ada beberapa yang kecewa dengan keputusan itu, namun mereka tidak mungkin melawan Jaka Tingkir dan kawan-kawannya. Mereka sudah tahu kesaktian dari Jaka Tingkir. Bahkan jika ia menghendaki untuk membunuh mereka semua tentu tidak akan menemui kesulitan. Namun kini mereka masih tetap hidup.
Namun demikian, banyak pula yang senang dengan keputusan itu. Mereka sudah jenuh dengan tindakan yang meresahkan banyak orang, namun tidak mendatangkan kepuasan. Seberapa pun hasil rampokan, tidak pernah membuat mereka puas. Bahkan akan segera habis untuk berfoya-foya namun tidak membuat bahagia. Banyak diantara mereka yang sejak lama ingin meninggalkan dunia kelam itu, namun selalu diancam oleh Lurahe Bahurekso dan Jalumampang, juga kawan-kawannya pula jika mereka ingin meninggalkan gerombolan itu.
Namun yang tampak pada mereka adalah wajah-wajah yang cerah. Itu pertanda bahwa mereka banyak yang tidak berkeberatan untuk menghentikan perbuatan tercela itu.
Jaka Tingkir akhirnya mohon diri dan mengucapkan terimakasih karena telah diantar dengan getek sampai di kedung Ploso ini.
“Kamilah yang berterimakasih kepada Raden sekalian karena kami masih diberi kesempatan untuk hidup. Dan sisa hidup ini akan aku jalani sebaik-baiknya dan jika mungkin bisa membantu sesama…..!” Kata Bahurekso.
Jaka Tingkir terharu dengan ucapan Bahurekso yang berwajah sangar dan garang tersebut namun mampu mengatakan niatnya untuk kembali ke jalan yang benar.
“Kau akan berhasil menjalani kehidupan baru nanti, Kakang Bahurekso. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat…..!” Kata Jaka Tingkir sambil menepuk pundak Bahurekso.

Jaka Tingkir dan ketiga kawannya segera melangkah meninggalkan Bahurekso dan anak buahnya.
……………
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Tidak ada kata terlambat untuk bertobat.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *