Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#219

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(219)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Jaka Tingkir dan kawan-kawannya berjalan biasa seperti orang pada umumnya yang bepergian jauh. Mereka berjalan tidak terlalu cepat namun juga tidak terlalu lambat.
Setelah beberapa saat meninggalkan kedung Ploso, mereka terkejut ketika ada seseorang dengan caping lebar duduk di tepi jalan di bawah pohon munggur yang besar.
Setelah agak dekat, terdengar orang bercaping lebar itu berdehem dua tiga kali. Namun Jaka Tingkir segera mengenali bahwa yang bercaping lebar itu adalah pamannya, Ki Kebo Kanigara.
“Marilah, berteduh di tempat ini dahulu, ada yang ingin aku bicarakan…..!” Kata orang bercaping lebar yang tak lain adalah Ki Kebo Kanigara.
Mereka pun kemudian berteduh di bawah pohon yang cukup rindang itu.
Mereka duduk di akar-akar pohon yang menjalar kuat di pangkal pohon.
“Bagaimana guru bisa mengetahui bahwa kami lewat jalan ini…..?” Bertanya Mas Manca.
“Aku melihat kalian di kedung Srengenge, dan aku tahu apa yang terjadi di sana. Aku pun melihat kalian numpak getek mengikuti arus kali Tuntang. Perhitunganku tepat, pasti kalian akan berhenti di kedung Ploso itu…….!” Kata Ki Kebo Kanigara.
“Jadi Paman menyaksikan semuanya……?” Bertanya Jaka Tingkir.
“Tidak semuanya…..! Tetapi aku setuju dengan keputusan Tingkir yang tidak membunuh Bahurekso maupun anak buahnya. Bahkan aku juga mendengar bahwa mereka telah bertobat dan akan kembali ke kampung halaman masing-masing……!” Kata Ki Kebo Kanigara.
“Yaaa….., demikianlah Paman…..!” Kata Jaka Tingkir.
Ki Kebo Kanigara kemudian menceritakan bahwa Kanjeng Sultan sedang tidak berada di keraton, tetapi sedang masanggrah – berkemah di pinggir hutan Prawata. Diceritakan pula bahwa Kanjeng Sultan bersama gusti permaisuri, putri kedua yakni Kanjeng Ratu Kalinyamat, putra ketiga yakni Pangeran Timur dan putri bungsu yakni Nimas Cempaka. Mereka dikawal oleh dua bregada prajurit pilihan pengawal raja. Bahwa Ki Kebo Kanigara telah melihat langsung di pinggir hutan Prawata tersebut.
Jaka Tingkir tertarik dengan cerita dari pamannya itu, terutama setelah mendengar bahwa Nimas Cempaka ada bersama Kanjeng Sultan di pinggir hutan Prawata.
“Jika demikian, kita menghadap Kanjeng Sultan di pesanggrahan saja, Paman…..!” Kata Jaka Tingkir yang sesungguhnya lebih tertarik untuk bisa bertemu dengan Nimas Cempaka daripada menghadap Kanjeng Sultan.
“Itulah yang aku maksudkan. Kalian harus bisa menghadap Kanjeng Sultan di pinggir hutan Prawata itu…..!” Kata Ki Kebo Kanigara.
“Apakah kita sopan menghadap Kanjeng Sultan di pinggir hutan……?” Kata Ki Wuragil.
“Kalian harus mempunyai cara, tidak dengan tiba-tiba kalian menghadap…..!”
Kata Ki Kebo Kanigara.
“Cara apakah itu, Guru…….?” Mas Wila yang bertanya.

Ki Kebo Kanigara kemudian menceritakan rencananya kepada ketiga muridnya. Kebondanu milik Ki Sura Kebo yang nanti akan menjadi sarana untuk menghadap Kanjeng Sultan.
Namun Jaka Tingkir-lah nanti yang diharapkan berperan. Jaka Tingkir tentu saja bersedia dengan senang hati, terutama nanti akan berkesempatan untuk bisa melihat Nimas Cempaka. Sedangkan ketiga kawannya agar ikut mengawasi jika terjadi sesuatu. Ki Kebo Kanigara sendiri nanti yang akan ikut mengawasi dari kejauhan.
“Kita akan bersama-sama singgah di rumah Kakang Sura Kebo……!” Kata Ki Kebo Kanigara kemudian.

Menjelang petang, mereka telah sampai di rumah Ki Sura Kebo. Ki Sura Kebo dengan senang hati menerima kedatangan tamu-tamunya. Ki Kebo Kanigara kemudian mengenalkan para muridnya. Ki Sura Kebo tidak mengira bahwa anak muda yang bernama Mas Karebet itu adalah Jaka Tingkir yang namanya pernah ia dengar. Anak muda yang pernah menjadi seorang lurah wira tamtama namun kemudian harus terusir dari istana karena membunuh Dadung Awuk. Ki Sura Kebo percaya bahwa anak muda itu pasti berilmu tinggi.
Ki Sura Kebo tidak berkeberatan ketika Ki Kebo Kanigara benar-benar meminjam kerbau bule yang diberi nama Kebondanu itu.
Ki Kebo Kanigara mempersiapkan rencana itu dengan penuh perhitungan agar tidak justru salah langkah.
…………….
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Segala rencana harus dipersiapkan dengan matang agar berlangsung sesuai rencana.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

One thought on “Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#219

  1. Hermina 05/02/2023 at 12:29

    ceritanya bikin penasaran..
    ga sabar menunggu lanjutannya..
    Tks pak St. Sunaryo
    Semoga sehat selalu

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *