Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#241

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(241).
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Jaka Tingkir menduga, saat ini sang paman, Ki Kebo Kanigara sedang bertapa di puncak gunung Merapi. Jika ternyata benar, pasti akan sangat berbahaya bagi pamannya itu. Ia tahu persis letak tempat pamannya itu bertapa, yakni tak jauh dari aliran lahar gunung itu. Jika gunung itu mengeluarkan ‘wedus gembel’ yakni awan panas atau bahkan lahar pasti tak akan ada seorangpun yang mampu bertahan, sesakti apapun orang itu. Namun demikian, Jaka Tingkir tetap berharap, semua itu tidak menimpa sang paman. Ia berharap, saat ini sang paman tidak sedang bertapa di puncak gunung itu.
“Suatu saat aku harus mengunjungi tempat itu…..!” batin Jaka Tingkir.

Di pagi harinya, pasar-pasar heboh tentang hujan abu. Kabar yang mereka dengar, di daerah Sela maupun Pengging, hujan abu cukup tebal. Tentu semakin dekat dengan puncak Merapi hujan abu semakin tebal.

Dalam pada itu, Ki Pamanahan yang di masa mudanya disebut Bagus Kacung atau Mas Manahan serta Ki Panjawi dan Ki Juru Martani saat itu masih bertempat tinggal di Sela. Sejak mangkatnya sang guru, Ki Ageng Sela, mereka merawat padepokan itu. Namun saat itu, hujan abu sungguh sangat tebal, ternak dan sayur-sayuran hampir semuanya mati. Udara pun menjadi tidak sehat. Oleh karena itu, Ki Pamanahan untuk sementara mengajak untuk mengungsi ke Manahan tempat asal dari Bagus Kacung tersebut. Ki Juru Martani sendiri kini sebagai kakak ipar dari Ki Pamanahan.
Ki Pamanahan ingin menunggui sang istri dan putranya yang masih kanak-kanak, Mas Danang. Namun anak itu sering pula dipanggil Jebeng.

Mereka, Ki Juru Martani, Ki Pamanahan dan Ki Panjawi juga sudah mendengar bahwa Mas Karebet Jaka Tingkir telah diangkat kembali menjadi lurah wira tamptama di Demak Bintara. Mereka juga telah mendengar kisah Jaka Tingkir dengan Dadung Awuk dan Kisah Kebondanu di hutan Prawata.
“Semoga Mas Karebet bisa membawa diri di keraton, ia memiliki bekal yang lebih dari cukup sebagai seorang prajurit…..!” Kata Ki Juru Martani suatu saat.
“Semoga peristiwa Dadung Awuk tidak terulang kembali…..!” Sahut Ki Panjawi.
Mereka pun telah mendengar bahwa saat ini pasukan Demak Bintara yang sangat besar tengah melawat ke bang wetan. Mereka pun tahu bahwa Kanjeng Sultan gemar menegakkan wibawa negeri dengan mengirim pasukan ke kadipaten-kadipaten yang tidak setia kepada kekuasaan Demak Bintara. Selama ini dengan cara itu Demak Bintara semakin kuat dan luas.
Namun mereka belum mendengar apa yang terjadi saat ini Panarukan dan sekitarnya. Namun mereka mendengar bahwa pasukan Blambangan adalah pasukan yang tangguh.

Sementara itu, satu bregada prajurit dari pasukan Demak Bintara di bang wetan telah mendahului kembali ke kotaraja Demak. Mereka menunggang kuda pilihan agar cepat sampai di keraton. Mereka ingin segera mengabarkan gugurnya Kanjeng Sultan Trenggana.
Sementara itu, para senopati yang menyertai Kanjeng Sultan Trenggana bersepakat untuk mundur, kembali ke Demak Bintara. Mereka membawa serta jasad Kanjeng Sultan.
Mereka, hampir seluruh prajurit dalam pasukan itu kembali ke Demak Bintara dengan wajah muram. Mereka belum benar-benar berperang sebagai seorang prajurit pilihan, namun harus mundur sebagai pasukan yang kalah perang. Mereka pun menyesalinya gugurnya Kanjeng Sultan dengan cara yang sangat sepele. Mereka pun mengutuk pasukan lawan yang tidak berani beradu muka dengan pasukan Demak Bintara. Mereka yakin, jika terjadi perang terbuka, pasukan Demak Bintara pasti akan unggul. Namun hal itu tidak terjadi karena kelicikan pasukan lawan. Walau bagi pasukan lawan itu bukanlah suatu kelicikan, namun kecerdikan.
Namun demikian, tidak sedikit dari para prajurit yang kecewa itu melampiaskannya dalam perjalanan kembali. Tak sedikit yang berbuat tidak pantas bagi seorang prajurit.
Kadipaten-kadipaten yang dilalui oleh pasukan itu juga ikut berkabung atas gugurnya Kanjeng Sultan. Namun tak sedikit yang kecewa dan marah atas perilaku para prajurit Demak Bintara yang tidak pantas.
……………
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Orang yang frustasi bisa berbuat apa saja dan yang tak terkendali.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *