Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#242

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(242).
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Tindakan para prajurit yang tidak pantas di setiap kadipaten-kadipaten yang mereka lalui itu menjadi bibit renggangnya kadipaten-kadipaten itu dengan pusat pemerintahan Demak Bintara nantinya. Karena tidak sedikit dari para prajurit itu yang menjarah ramah-rumah yang mereka lalui. Bahkan juga mengganggu wanita-wanita yang mereka temui.
Para prajurit itu semula berharap, jika menang perang akan bisa menjarah kadipaten-kadipaten yang ditaklukkan. Namun itu semua tidak terjadi, sehingga kemudian mencari sasaran lain.

Sementara itu, di keraton Demak Bintara menjadi gempar setelah menerima kabar tentang gugurnya Kanjeng Sultan Trenggana. Mereka tidak mengira sama sekali bahwa Kanjeng Sultan akan gugur. Mereka menjadi sangat bersedih karena gugurnya Kanjeng Sultan bukan di arena pertempuran. Kanjeng Sultan gugur karena ulah seorang prajurit muda yang tak mampu menahan gejolak amarahnya.

Dalam pada itu, Nimas Cempaka pingsan setelah mengetahui gugurnya sang ayah yang ia hormati dan banggakan. Sampai beberapa waktu Nimas Cempaka tidak kunjung siuman. Jaka Tingkir yang mengetahui keadaan Nimas Cempaka segera bergegas mengunjunginya. Namun demikian, Jaka Tingkir tidak berani langsung menyentuh Nimas Cempaka. Mbok Emban juru pijatlah yang merawat Nimas Cempaka.
“Gusti Putri……, sadarlah gusti……, ini gusti lurah Tingkir ada di sini……!” Bisik Mbok Emban sambil memejit-mijit Nimas Cempaka.
Mbok Emban beberapa kali menyebut nama Jaka Tingkir, karena ia tahu hubungan yang dekat antara Nimas Cempaka dengan Jaka Tingkir.
Cara Mbok Emban ternyata manjur, mata Nimas Cempaka mulai sedikit terbuka.
“Gusti Putri….., ini gusti Lurah Tingkir setia menunggui Gusti Putri…..!” Bisik Mbok Emban lagi.
“Oooh Kamas Luraaah…..!” Isak Nimas Cempaka sambil mendekap Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir terkejut bukan kepalang, namun ia tidak mengelak. Ia tidak mengira bahwa Nimas Cempaka mendekap sedemikian erat. Tindakan yang belum pernah terjadi, bahkan untuk sekedar bersentuhan pun. Jaka Tingkir pun terkejut ketika Nimas Cempaka menyebutkan dengan panggilan Kangmas Lurah. Selama ini ia memanggil dengan sebutan Ki Lurah. Dengan demikian, Jaka Tingkir tak ragu lagi bahwa getaran hatinya tak bertepuk sebelah tangan.
Namun beberapa saat kemudian, sepertinya Nimas Cempaka menyadari tindakannya sehingga ia melepaskan dekapannya.
“Minum teh anget dulu Gusti Putri, biar cepat segar…..!” Kata Mbok Emban sambil menyodorkan gelas berisi wedang teh hangat.
“Ooh Mboook……, Ramanda Sultan telah meninggalkan akuu…, Mbok……!” Kata Nimas Cempaka tangisnya pecah kembali.
“Semua sudah menjadi suratan tangan, Gusti Putri……! Kita semua tidak ada yang bisa menolaknya…..! Bahkan menawar pun tidak…..!” Hibur Mbok Emban yang telah separuh baya itu.
“Benar kata Mbok Emban, Gusti Nimas……!” Kata Jaka Tingkir menegaskan kata-kata Mbok Emban.
Nimas Cempaka pun kini sudah mulai tenang.
Dengan telaten Mbok Emban dan Jaka Tingkir menghiburnya sehingga Nimas Cempaka sudah mulai menguasai perasaannya.

Tak kalah sedihnya adalah Sunan Prawoto yang kehilangan sosok ayah yang ia hormati dan banggakan. Namun demikian, Sunan Prawoto berusaha untuk tetap tegar mengingat ia memiliki tanggungjawab yang besar terhadap negeri Demak Bintara. Ia segera mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kedatangan jasad sang ayah. Ia pun segera pula mengirim utusan ke Jepara untuk memberi kabar kepada Ratu Kalinyamat beserta sang suami, Pangeran Hadiri.

Sementara itu, Adipati Jipang Panolan – Harya Penangsang telah terlebih dahulu mendengar kabar tentang gugurnya Kanjeng Sultan Trenggana. Letak Jipang Panolan memang lebih dekat dengan bang wetan daripada dengan Demak Bintara. Seorang prajurit sandi dari Kadipaten Jipang Panolan yang mendengar tentang gugurnya Kanjeng Sultan segera memberi kabar kepada Harya Penangsang.
“Ha ha ha ha……., Si perebut tahta akhirnya tewas juga…..! Bahkan tewas dengan mengenaskan……!” Kata Harya Penangsang dengan gembira.
………………
Bersambung…………….

Petuah Simbah: “Batas umur seseorang telah menjadi suratan tangan-Nya, siapa pun tak akan bisa menolak, bahkan menawar pun tidak.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *