Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(280)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Kanjeng Ratu Kalinyamat menyadari bahwa Demak Jipang adalah sebuah kadipaten dan sekarang menyatakan diri sebagai sebuah kasultanan yang kuat. Negeri itu sudah lama menyiapkan pasukan untuk mengimbangi Demak Bintara maupun Demak Prawata kemudian. Harya Penangsang sendiri adalah seorang yang sakti mandraguna, murid kesayangan Sunan Kudus. Ia didampingi oleh seorang pepatih yang tak kalah saktinya, Patih Mantaun.
“Baiklah Dimas Sultan, semua aku percayakan kepada Dimas……!” Berkata Kanjeng Ratu Kalinyamat.
“Kami tentu memerlukan waktu untuk menghimpun pasukan Pajang agar mampu mengimbangi Jipang Panolan. Dan bahkan harus bisa mengungguli…!” Berkata Sultan Hadiwijaya.
“Aku ulangi dan aku tegaskan, aku tidak akan menyudahi tapa brata ini sebelum Harya Penangsang tewas……!” Berkata Kanjeng Ratu Kalinyamat untuk menegaskan nazarnya.
Mereka heran dan kagum akan tekad dari Kanjeng Ratu Kalinyamat. Namun nazar itu memang sangat berat. Lagi pula, bagaimana jika dendam untuk membunuh Harya Penangsang tidak bisa terwujud? Apakah Kanjeng Ratu Kalinyamat tidak akan menyudahi tapa brata itu?
Waktu telah menjelang petang, namun Sultan Hadiwijaya beserta pengiringnya tidak memungkinkan untuk menginap di tempat itu. Mereka akan segera meninggalkan Kanjeng Ratu Kalinyamat beserta yang menyertainya.
Kanjeng Ratu Kalinyamat ditemani oleh tiga orang inang dan seorang mbok emban sepuh yang kesemuanya wanita. Namun mereka percaya bahwa tempat itu akan aman dari gangguan apapun.
“Dengan berat hati kami akan meninggalkan Kangmbok di tempat ini, semoga apa yang diinginkan oleh Kangmbok bisa segera terwujud……!” Berkata Sultan Hadiwijaya.
“Aku benar-benar mohon bantuan Dimas Sultan! Harya Penangsang berhutang nyawa kepadaku dan kepada seluruh kawula Jepara……!” Jawab Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Kanjeng Ratu Cempaka berpamitan pula kepada sang kakak. Mereka, kakak – adik putra mendiang Sultan Trenggana saling berangkulan dan tak mampu membendung air mata yang deras mengalir.
Namun perpisahan tak bisa dielakkan. Sultan Hadiwijaya beserta yang menyertainya dengan berat hati meninggalkan Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Pangeran Timur akan langsung pulang ke Demak Bintara. Sedangkan Sultan Hadiwijaya beserta Kanjeng Ratu Cempaka serta Ki Juru Martani akan kembali ke Pajang. Perjalanan yang panjang dari alas Danaraja ke Pajang.
Kanjeng Ratu Kalinyamat dengan tekad yang bulat ingin mewujudkan nazarnya. Para wanita yang menyertainya akan setia melayani Kanjeng Ratu Kalinyamat segala keperluan bertapanya. Cara bertapa Kanjeng Ratu Kalinyamat yang tidak lumrah.
Sementara itu, di Demak Jipang, Sultan Harya Penangsang sedang mengadakan pertemuan. Kanjeng Sunan Kudus selalu mendampingi Sultan Harya Penangsang. Ki Patih Mantaun dan Raden Harya Mataram serta beberapa senopati sedang menghadap pula. Dua orang senopati andalannya pun telah menghadap pula, senopati Soreng Pati dan senopati Soreng Rana. Dua orang senopati tunggal guru yang sakti berilmu tinggi.
Mereka, para senopati itu telah melaporkan kesiapan pasukan yang dipimpinnya. Para senopati itu membawahi sekitar sepuluh orang lurah wira tamtama. Sedangkan para lurah wira tamtama itu membawahi sekitar sepuluh orang lurah prajurit. Seorang lurah prajurit memimpin satu bregada prajurit. Sedangkan satu bregada prajurit terdiri dari enam puluh sampai dengan seratus prajurit.
Mendengar laporan dari para senopati itu, Sultan Harya Penangsang bangga dan berbesar hati. Pasukan Demak Jipang menjadi sebuah pasukan yang besar dan kuat.
Sedangkan Raden Harya Mataram telah melaporkan pula dalam usahanya untuk menghimpun para adipati, terutama para adipati bang wetan yang selama ini dikecewakan oleh Sultan Trenggana dan kemudian juga oleh Sunan Prawoto.
Sedangkan Ki Patih Mantaun yang menggembleng para senopati, terutama dalam ilmu berperang dalam peperangan besar.
………………..
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Persiapan perang adalah persiapan untuk saling membunuh.”
(@SUN)