Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(289)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Sementara itu, prajurit sandi yang berada di dekat Pasar Gede juga melihat bahwa Ki Juru Martani, Ki Pemanahan dan Ki Penjawi telah kembali ke tempat tinggal mereka yang tak jauh dari pasar itu. Prajurit itu ingin meyakinkan bahwa ketiga orang itu tidak kembali lagi ke keraton pada tengah malam nanti. Jika mereka kembali lagi, tentu akan mengacaukan rencana mereka.
Tak lama kemudian, prajurit itu melihat Ki Soreng Rana berjalan seorang diri ke arahnya. Prajurit itu memang telah bersepakat untuk menunggu Ki Soreng Ranu dan Ki Soreng Pati di dekat warung yang tidak buka di malam hari. Warung itu pun kosong tidak ditunggui pemiliknya karena yang ada hanyalah bangku dan dingklik kayu yang sederhana.
“Marilah Ki Ranu…..! Belum lama tiga orang kepercayaan Sultan Pajang itu pulang dari keraton. Dan saya tidak melihat bahwa ketiganya kembali ke keraton lagi…..!” Berkata prajurit sandi itu.
“Baiklah jika demikian, tugas kita menjadi semakin ringan…..!” Berkata Ki Soreng Ranu.
Ketika mereka sedang berbincang, tak lama kemudian datanglah Ki Soreng Pati.
“Marilah kita berbincang sambil berjalan menuju ke alun-alun……!” Ajak prajurit sandi.
Dalam perjalanan, prajurit sandi itu menceritakan apa yang ia ketahui, terutama tentang tiga orang kepercayaan Sultan Pajang. Mereka sama sekali tidak memperhitungkan Raden Mas Danang Sutawijaya yang masih muda.
Mereka yakin bahwa semua akan berlangsung sesuai rencana.
“Malam ini akan putus cerita tentang Jaka Tingkir yang banyak dikagumi orang itu. Sultan Pajang akan tewas di tangan para soreng……!” Sesumbar Ki Soreng Rana.
Di pojok alun-alun, di bawah pohon beringin yang belum terlalu besar, prajurit sandi dan Ki Soreng Singaparna serta Ki Satru sedang menunggu kedatangan Ki Soreng Pati dan Ki Soreng Rana serta prajurit sandi.
Berenam mereka berbincang dengan hati-hati dan bahkan kadang dengan berbisik.
Mereka mematangkan rencana besar yang akan menentukan kejayaan Demak Jipang.
Sebelum tengah malam, mereka sudah harus memulai melakukan rencananya.
Ki Soreng Pati yang kemudian memutuskan; “Kalian prajurit sandi tetaplah di sini, awasi keadaan. Jika kalian dekat dengan Ki Satru, kalian pasti akan tertidur pula. Di sini pun jika kalian tidak bertahan pasti akan tertidur pula…..! Nanti Ki Singaparna akan menemani Ki Satru agar tidak ada yang sempat mengganggu. Sedangkan Aku dan adi Rana yang akan memasuki bangsal Sultan Pajang…..!”
Mereka telah paham dengan yang dikatakan oleh Ki Soreng Pati.
Ki Soreng Singaparna dan Ki Soreng Satru telah mendahului mereka. Mereka telah memiliki gambaran tempat yang akan dituju seperti yang digambarkan oleh prajurit sandi. Bahkan beteng yang harus diloncati dan lorong yang harus dilalui telah jelas tergambar.
Menurut pengamatan prajurit sandi, yang akan mereka lalui akan aman dari pengawasan prajurit jaga. Namun demikian, Ki Soreng Singaparna dan Ki Satru harus sangat berhati-hati. Jika mereka gegabah, tentu akan buyar rencana yang telah matang disusun.
Gelapnya malam sangat menguntungkan Ki Soreng Singaparna dan Ki Satru. Walau mereka harus mengendap-endap dan beberapa kali harus berhenti, sampai juga di beteng yang mesti harus mereka loncati.
Kedua orang kepercayaan Sultan Harya Penangsang itu tak mengalami kesulitan untuk meloncat dan kemudian bertengger di atas beteng. Beteng yang terlindung oleh pohon kantil yang menjulang tinggi. Kelopak bunga kantil yang banyak berserakan di bawah pohon menebarkan aroma wangi yang tajam. Aroma bunga kantil di malam hari membuat orang sungkan untuk mendekati pohon itu.
Mereka berdua, Ki Soreng Singaparna dan Ki Soreng Satru beberapa saat berhenti di bawah pohon kantil itu. Mereka mengamati keadaan. Sayup-sayup mereka masih mendengar orang berbincang. Mungkin prajurit jaga yang memang masih terjaga.
Dengan masih terdengarnya orang berbincang, pertanda kehadiran kedua orang itu tidak diketahui.
……………..
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Jika bertugas jaga, jangan sampai lengah.”
(@SUN)