Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-part#290

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(290)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.

Malam semakin larut, kini sudah tidak terdengar lagi orang berbincang. Kedua orang soreng masih berada di bawah pohon kantil. Semerbak bunga kantil membuat nyamuk-nyamuk pun enggan mendekat. Namun dari tempat itu, Ki Satru merasa masih terlalu jauh dari bangsal tempat peristirahatan Sultan Hadiwijaya. Jika ia melontarkan ilmu sirepnya dari tempat itu, mungkin saja Sultan Hadiwijaya masih mampu bertahan.
Ia telah mendapat ancar-ancar dari prajurit sandi bahwa ada pohon sawo kecik yang dekat dengan bangsal itu.
“Kau di sini…..! aku akan memanjat pohon sawo kecik itu…..!” Bisik Ki Soreng Satru nyaris tak terdengar.
Ki Soreng Singaparna hanya mengangguk kecil tidak menjawab.
Dengan berjingkat sangat berhati-hati, Ki Soreng Satru mendekati pohon sawo kecik yang rimbun dan daunnya lebat. Dari tempat yang lebih tinggi, maka sasaran ilmu sirepnya akan menjadi semakin luas.

Ki Soreng Singaparna sedikit terkejut ketika tiba-tiba Ki Soreng Pati dan Ki Soreng Rana sudah berada di sampingnya. Kedatangan kedua soreng yang berilmu tinggi itu sama sekali tidak menimbulkan bunyi.
Dengan gerakan tangannya, Ki Soreng Singaparna menunjukkan bahwa Ki Soreng Satru telah berada di dahan pohon sawo kecik seperti yang direncanakan.
Mereka merasa pekerjaannya berjalan dengan mulus tanpa hambatan apapun.
Sebentar lagi Ki Soreng Satru pasti akan melontarkan ilmu sirepnya yang sangat kuat dan tajam. Namun Ki Soreng Singaparna, Ki Soreng Pati dan Ki Soreng Rana tidak akan terpengaruh.

Sementara itu, dua orang prajurit sandi menunggu di alun-alun dengan berdebar-debar. Mereka belum merasakan lontaran ajian sirep dari Ki Soreng Satru dari tempat itu.
“Mungkin tidak akan mampu menjangkau tempat ini…..!” Bisik prajurit sandi yang seorang.
“Tempat ini cukup jauh dari pohon sawo kecik itu, atau mungkin Ki Satru belum melontarkan ilmunya…..!” Sahut prajurit sandi yang lain.
Namun keduanya merasakan malam itu terasa sangat sepi dan mencekam. Di alun-alun yang tadi banyak orang bergerombol dan berbincang, kini sunyi senyap tak terdengar suara apapun. Kedua orang prajurit sandi itu pun kemudian menguap menahan kantuk yang mendera.
“Uuuch….., aku tak tahan menahan kantuk….!” Bisik prajurit sandi. Tidak ada jawaban. Ia lirik kawannya justru telah tertidur dengan bersedeku kedua lututnya. Ia masih mampu sedikit bertahan karena ilmunya memang sedikit di atas sejawatnya itu.

Lebih mencekam lagi adalah di dalam keraton, tidak terdengar suara apapun.
Ki Soreng Pati kagum dengan ilmu yang dimiliki oleh kawannya itu. Ia yakin bahwa seluruh penghuni keraton pasti sudah tertidur nyenyak.
Untuk meyakinkan, Ki Soreng Pati menuju ke gardu jaga, apakah prajurit jaga masih terjaga. Sedangkan Ki Soreng Rana pergi ke dapur, apakah para wanita masih ada yang mampu bertahan tidak tertidur.
Ki Soreng Pati tersenyum puas melihat tiga orang prajurit jaga tertidur sembarangan di sekitar gardu jaga itu. Ia kemudian mencoba mendorong dengan kakinya ke prajurit jaga yang tergeletak. Namun prajurit itu menggeliat pun tidak. Bahkan ketika dibalik menjadi tengkurap, prajurit itu pun bagaikan orang pingsan.
Ki Soreng Pati masih berjalan ke tempat juru taman yang sedikit lebih jauh. Bahkan kemudian ia membuka pintu kamar juru taman yang tidak terkunci. Ia tertegun dan terkesiap, karena melihat juru taman itu sedang berpelukan dengan seorang wanita. Mungkin sekali wanita itu adalah istrinya. Ki Soreng Pati kemudian mengangkat tangan wanita itu untuk meyakinkan apakah ia benar-benar pulas tidurnya. Ternyata wanita itu bagaikan orang mati, demikian pula juru taman itu. Ia cepat-cepat keluar agar tidak tergoda untuk bertindak bodoh dan tak senonoh.
Ki Soreng Pati telah yakin bahwa lontaran ilmu sirep Ki Soreng Satru telah membuat seluruh isi keraton tertidur lelap.

Ki Soreng Rana hatinya berdegup kencang ketika ia masuk ke dapur untuk meyakinkan bahwa para wanita juga telah tertidur pulas.
……………
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Sering kali kita tidak mampu mengatasi masalah yang di luar kemampuan kita.”
(@SUN-aryo)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *