Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(332)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Barisan berikutnya cukup besar yakni pasukan dari Banyumas dan sekitarnya. Mereka mengusung panji-panji bergambar sepasang singa yang sedang mengaum. Panji-panji yang terlihat garang. Yang menarik, setiap bregada prajurit membawa dua buah bende untuk memberi aba-aba jalannya pasukan. Langkah para prajurit mengikuti irama dua bende yang berbeda.
Kawula Pajang yang berjubel di pinggir jalan tertarik dengan bregada prajurit dari Banyumas ini. Bahkan mereka memberikan tepuk tangan untuk mereka. Para prajurit pun menyambut dengan gembira atas sambutan kawula Pajang.
Pasukan yang jauh lebih besar menyusul berikutnya.
Pasukan Jepara dan pasukan Keling bergabung dengan pasukan Demak Bintara dan Demak Prawata serta pasukan yang ditarik dari Bandar Semarang.
Pasukan gabungan itu adalah pasukan yang telah berpengalaman bertempur dalam peperangan yang sesungguhnya.
Banyak diantara mereka yang pernah ikut bertempur di Semenanjung Malaka, banyak pula yang pernah ikut bertempur di Sunda Kelapa. Tak sedikit pula dari mereka yang pernah ikut bertempur di Bang Wetan.
Beberapa kadipaten dari Bang Wetan yang kecewa terhadap Sultan Trenggana dahulu, bisa jadi akan menjadi lawan jika mereka bergabung dengan pasukan Jipang.
Setelah beberapa waktu gelora pertempuran telah mengendap, kini terungkit kembali. Banyak dari mereka yang telah menjelang purna tugas, namun semangat mereka masih tetap membara. Mereka ingin memberi contoh yang baik bagi para prajurit muda.
Pasukan dari perbukitan Sewu tidak terlalu banyak, namun perawakan mereka kencang-kencang karena ditempa alam yang keras.
Mereka bergabung dengan pasukan yang berdatangan dari kademangan-kademangan di sekitar Pajang.
Pasukan berikutnya adalah gabungan pasukan Jatinom dan Sangkal Putung. Pasukan yang dari Jatinom adalah pasukan yang telah teruji mengatasi gerombolan perampok yang bersarang di sekitar lereng Merapi. Melawan para perampok tak ubahnya melawan para prajurit dalam peperangan. Karena banyak pula lurah perampok yang berilmu tinggi.
Di paling belakang adalah pasukan Pajang. Pasukan yang belum lama terbentuk namun banyak dari kalangan muda yang memili semangat membara. Mereka telah digembleng oleh Mas Manca dan Mas Wila.
Dalam pasukan itu ikut bergabung pasukan dari Sela. Namun nanti, pasukan dari Sela itu akan digabung dengan pasukan Pengging. Biarlah nanti mereka memperkuat pasukan Pengging yang jumlahnya tidak terlalu banyak.
Dalam pasukan Sela itu ikut bergabung pula para muda yang berasal dari Tingkir. Walau mereka belum sebagai prajurit, namun mereka telah miliki bekal dari beberapa perguruan. Mereka tergugah tekatnya untuk bergabung karena tahu bahwa Sultan Hadiwijaya berasal dari Tingkir. Bahkan sampai kini, Sultan Hadiwijaya lebih dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir.
Sementara itu Ki Juru Martani dan Ki Pemanahan berada di paling belakang dengan berjalan kaki.
Iring-iring pasukan yang besar itu semuanya telah meninggalkan padang rumput di tepi Bengawan.
Raden Mas Danang Sutawijaya yang berkuda di paling depan berdampingan dengan Ki Penjawi.
Banyak dari kawula Pajang yang telah mengenal atau paling tidak tahu tentang Raden Mas Danang Sutawijaya. Mereka banyak yang melambai-lambaikan tangan sambil menyebut nama Raden Mas Danang Sutawijaya, terutama para wanita.
“Mas Danaaang….., Mas Danaaang….. Mas Danaaaang……!” Mereka bersahut-sahutan.
Raden Mas Danang Sutawijaya pun menyambut dengan lambaian tangan dan senyuman yang lebar. Ia dan Ki Penjawi berkuda lambat karena pasukan di belakangnya berjalan kaki. Kadang Raden Mas Danang mendahului namun kemudian berbalik lagi.
Iring-iringan yang panjang itu mendapat sambutan yang meriah di sepanjang jalan oleh kawula Pajang.
Kawula Pajang bangga kepada para pejuang mereka. Mereka yakin pasukan itu akan mampu mengalahkan pasukan Jipang.
……………
Bersambung…………
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.