Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(334)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Ada enam bregada yang dikirim untuk menghambat perjalanan pasukan Pajang yang besar. Menghambat namun tidak harus berhadapan langsung. Bahkan pasukan Pajang yang akan dihambat itu baru memulai perjalanan.
Di samping menghambat perjalanan musuh, mereka juga bertujuan untuk membuat lawan itu marah. Dan juga bertujuan menambah beban yang harus ditanggung oleh pasukan musuh itu karena terhambat perjalanannya.
Enam bregada prajurit Jipang telah berangkat menuju sasaran. Di antara prajurit dalam pasukan itu adalah dua orang prajurit sandi yang sebelumnya memberi laporan.
Mereka, pasukan itu lebih banyak membawa peralatan untuk menghancurkan jembatan dari pada peralatan perang. Demikian pula peralatan untuk membakar jembatan.
Alat pemantik api dan gambut gelugut enau mereka siapkan cukup banyak. Gambut itu akan mudah terbakar. Gergaji, kapak, pelancong mereka bawa pula, bahkan tali dadung juga mereka bawa. Tali untuk menarik kayu jika diperlukan. Mereka tidak mungkin akan sempat berhadapan langsung dengan pasukan Pajang yang berjalan kaki itu.
Kini mereka berhenti untuk membicarakan langkah mereka di sebuah warung di Watu Jago.
Sambil jajan, para pimpinan memperbincangkan rencana mereka. Jumlah prajurit yang cukup banyak itu membuat kewalahan bakul jajanan di Watu Jago itu. Walau di tempat itu ada beberapa warung, namun tetap kerepotan juga.
Bahkan beberapa prajurit yang tidak sabar mulai mengomel dan marah kepada para pelayan warung.
“Hee…. cepat Mbok…..! Kami ini para prajurit Jipang. Jangan sembarangan melayani kami…..!” Bentak seorang prajurit.
Namun kedatangan bregada prajurit yang cukup banyak itu tak luput dari perhatian dua orang yang telah terlebih dahulu berada di warung itu. Yang seorang sebagai seorang pedagang pisau dapur dan peralatan lainnya. Yang seorang sebagai pembantu di salah satu warung itu. Mereka berdua seakan belum saling mengenal, namun sebenarnya mereka berdua adalah prajurit sandi Pajang yang mengawasi jalan-jalan yang akan dilalui oleh pasukan Pajang.
“Heee….! Kebetulan ini ada penjual pisau dan berbagai peralatan…..! Kita borong saja, mungkin akan berguna di perjalanan…..!” Berkata salah seorang prajurit Jipang yang mengetahui ada penjual pisau dapur dan berbagai peralatan.
“Baik…..! Kita borong saja…..!” Sahut yang lain.
“Silahkan Deeen….., dilarisi…..!” Berkata penjual pisau itu.
Akhirnya beberapa prajurit berebut memilih peralatan yang dibawa oleh penjual pisau itu.
Hampir semua peralatan yang dibawa itu telah habis dibawa oleh para prajurit yang berebut.
“Siapa yang membayar semua ini Den…….?” Bertanya penjual pisau itu.
“Ha ha ha ha……, aku tidak mengambil. Tagih itu satu persatu para prajurit yang telah pergi……, ha ha ha ha…..!” Berkata salah seorang prajurit yang bergembira melihat penjual pisau itu bingung mau menagih kepada mereka yang mengambil peralatan yang dijual itu.
“Deeen….., tolong, aku ini orang kecil yang mengandalkan hidup dari jualan ini…..!” Penjual itu berkeluh.
“Ha ha ha ha….., percuma kau menangis di sini…..! Cepat pergi dari pada hilang kesabaran kami…..!” Bentak salah seorang dari para prajurit Jipang.
Dengan menangis, orang penjual pisau itu meninggalkan mereka. Namun tangisan orang itu hanyalah dibuat-buat, karena dia adalah prajurit sandi dari Pajang. Bahkan ia kemudian pergi dan mengawasi para prajurit Jipang tersebut dari tempat yang terlindung.
Dalam pembicaraan para pimpinan prajurit Jipang itu telah disepakati untuk mengirim lima orang prajurit mendahului mereka.
Tiga orang prajurit pilihan telah disepakati untuk mendahului. Menjadi lima orang ditambah dua prajurit sandi yang sebelumnya memberi laporan. Prajurit sandi itulah yang tahu persis tentang pasukan Pajang dan kira-kira jalur jalan yang akan dilalui.
Mereka diminta untuk memastikan pasukan lawan sampai di mana dan jalur mana kira-kira yang akan dilalui oleh pasukan Pajang itu.
…………..
Bersambung………..
(@SUN)