Penerus Trah Prabu Brawijaya-Ki Ageng Pengging-Part#134

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging.

Malam itu semua senopati Majapahit berusaha untuk bisa menambah prajurit di pasukan masing-masing. Pasukan cadangan dan mereka yang sedang tidak berjaga, semua dipanggilnya. Majapahit memang ingin mengerahkan pasukan sebanyak mungkin. Bahkan para prajurit yang ditempatkan di kademangan-kademangan dipanggil semua untuk memperkuat pasukan Majapahit.
Gugurnya Ki Ageng Pengging sungguh menyulut api perlawanan terhadap Demak Bintara. Mereka tak ingin ada lagi ada korban seperti halnya Ki Ageng Pengging tersebut.
Di pagi harinya, pasukan Majapahit telah berlipat dari sebelumnya. Mereka pun telah bersiaga untuk menghadapi pasukan Demak Bintara yang tak kalah jumlah.
Para muda taruna banyak pula yang bersedia untuk ambil bagian dalam pasukan Majapahit itu. Bahkan para lanjut usia yang masih merasa mampu mengangkat pedang bersedia untuk ikut dalam pasukan itu. Terlebih mereka yang merupakan mantan prajurit. Tak sedikit pula dari mereka yang memiliki ilmu jayakawijayan yang tinggi.
Perguruan-perguruan pencak yang banyak terdapat di Majapahit pun bersedia untuk melibatkan diri dalam pasukan itu.
Pasukan Majapahit yang telah siaga untuk menghadapi pasukan Demak Bintara semakin berlipat jumlahnya.
Mereka rela mengorbankan nyawa demi tanah tumpah darah mereka.
Para petinggi dan para pimpinan pasukan Majapahit memang belum rela jika Majapahit dibawah pemerintahan Demak Bintara.
Mereka ingin menunjukkan bahwa Majapahit tidak bisa dipandang rendah. Mereka yakin akan mampu melibas pasukan lawan yang telah berada di perbatasan negeri.

Sementara itu, para prajurit gabungan Demak Bintara bersorak sorai kegirangan. Mereka gatal untuk berperang, karena sejak keberangkatan dari kesatuan masing-masing di kadipaten-kadipaten mereka, mereka belum menunjukkan kemampuan mereka dalam bertempur. Untuk apa mereka menyiapkan pasukan yang besar dan kuat ini jika tidak pernah bertempur? Dan kini kesempatan untuk unjuk kemampuan itu pun tiba. Semangat bertempur yang semula meredup, kini kembali menyala, bahkan berkobar. Senjata-senjata mereka yang semula hanya di dalam sarung senjata, kini kembali ditimang-timang seakan diajak berbincang; ‘kau akan melindungi aku dan akan memakan korban lawan sebanyak mungkin.’ Mereka elus-elus senjata itu untuk meyakinkan bisa menjadi ‘sipat kandel’ dalam pertempuran nantinya.
Mereka yang semula lebih banyak bergerombol dan berbincang-bincang, kini menggerakkan badan untuk melemaskan otot-otot tubuh mereka.

Pasukan besar itu telah benar-benar berderap menuju ke kota raja Majapahit. Mereka ingin menunjukkan bahwa kemenangan Pasukan Demak Bintara terhadap pasukan Majapahit diwaktu zaman Raden Patah bukanlah sesuatu kebetulan, namun memang karena pasukan Demak Bintara yang tangguh tanggon.
Namun perjalanan itu bukanlah perjalanan yang terlalu pendek, mereka mesti harus bermalam di perjalanan sebelum mencapai kota raja Demak Bintara.

Dari arah selatan, pasukan yang tak kalah besar telah pula beriringan menggalkan alun-alun kota raja Majapahit untuk menyongsong pasukan lawan. Mereka tak ingin terjadi pertempuran di dalam kota raja, karena tak ingin membuat ketakutan kawula alit.
Para pimpinan pasukan telah menerima kabar bahwa pasukan lawan juga telah bergerak menuju arah kota raja Majapahit.
“Kita yang memiliki wilayah, kita harus lebih menguasai medan pertempuran…..!” kata salah seorang senopati.
“Kita harus bisa mengurangi jumlah prajurit lawan sebelum terjadi pertempuran yang sesungguhnya…..!” usul salah seorang senopati yang lain.
Para senopati kemudian saling berembug bagaimana bisa memanfaatkan medan untuk keuntungan mereka.
Setelah beberapa saat berembug, seorang senopati menyanggupkan diri untuk mendahului pasukan itu.
“Aku bersama tiga bregada prajurit akan berangkat lebih dahulu, nanti setiap ada perkembangan akan aku laporkan……!” kata senopati itu.
………….
Bersambung………

Petuah Simbah: “Akibat peperangan yang paling nyata adalah ‘korban’. Oleh karenanya lebih mulia menghindari peperangan daripada memenangkan sebuah pertempuran.”
(@SUN)

**Kunjungi stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *