Penerus Trah Prabu Brawijaya-Ki Ageng Pengging-Part#133

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging.

Sunan Ngudung dan para pengikutnya segera melanjutkan perjalanan menuju ke Kadipaten Kediri. Namun Sunan Ngudung minta dua orang senopati untuk melaporkan kejadian itu kepada Sultan Trenggono di pasnggrahan di luar perbatasan negeri Majapahit. Dua orang prajurit itu segera memacu kuda-kuda mereka.

Sementara itu, prajurit sandi yang menyaksikan pertarungan itu telah meloncat ke punggung kuda.
Prajurit sandi itu dengan kecepatan tinggi memacu kudanya menuju keraton Majapahit. Ia tahu siapakah Ki Ageng Pengging itu dalam hubungannya dengan Majapahit. Ia pun sering melihat Ki Ageng Pengging wira-wiri Pengging – Majapahit melewati jalan itu. Istri Ki Ageng Pengging pun seorang kerabat keraton Majapahit pula.

Pejabat keraton Majapahit yang tak lagi disebut seorang raja, tetapi seorang Adipati terkejut menerima laporan dari prajurit sandi tentang kejadian yang menimpa Ki Ageng Pengging. Ia marah bukan buatan atas perbuatan pengeroyokan terhadap Ki Ageng Pengging. Itu bukanlah tindakan ksatria dari para pengeroyok.
“Kita wajib menuntut balas atas gugurnya saudara kita, Ki Ageng Pengging…….!” kata Adipati Majapahit.
Adipati Majapahit kemudian mengumpulkan para senopati untuk membicarakan tindakan yang akan segera dilakukan dengan gugurnya Ki Ageng Pengging.
“Sebregada prajurit segera berangkat untuk menyelenggarakan tata upacara pemakaman jasad Ki Ageng Pengging sekarang juga. Biarlah kalian berangkat bersama prajurit sandi ini…….!” perintah Adipati Majapahit.
Sebregada prajurit segera berangkat menuju perbatasan tempat jasad Ki Ageng Pengging disembunyikan.

Adipati Majapahit segera pula memerintahkan untuk mensiagakan pasukan prajurit sebanyak mungkin. Pasukan prajurit itu tidak hanya sekedar menunggu di perbatasan kota raja Majapahit, namun akan menyongsong prajurit gabungan Demak Bintara di luar perbatasan negeri.
“Majapahit adalah negeri besar yang mampu menyatukan Nuswantara…..! Kita pasti mampu melibas pasukan Demak itu…..! Kejayaan Prabu Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada kita ulang kembali……!” Seru Adipati Majapahit membakar semangat prajurit yang telah bersiap menyongsong pasukan gabungan Demak Bintara. Namun demikian hari telah menjelang malam, sehingga tidak bisa berangkat malam itu juga. Paling cepat besuk pagi pasukan besar itu baru bisa berangkat. Namun Adipati Majapahit segera mengirim beberapa prajurit sandi untuk memastikan keberadaan pasukan Demak Bintara saat itu.

Sultan Trenggono terkejut mendengar laporan tentang tewasnya Ki Ageng Pengging. Ia menyayangkan atas kejadian itu. Namun demikian, Sultan Trenggono tidak menyalahkan Sunan Ngudung dan para senopati yang menyertainya.
Senopati itu juga melaporkan bahwa, kemungkinan sekali keraton Majapahit belum mengetahui peristiwa itu. Karena senopati itu tidak mengetahui bahwa ada seseorang yang mengawasi pertempuran tadi.
“Tetapi cepat atau lambat akan tahu juga mereka……!” Kata Sultan Trenggono.
Sultan Trenggono kemudian minta nasehat kepada Sunan Kudus, apakah yang sebaiknya dilakukan setelah kematian dari Ki Ageng Pengging.
“Sebaiknya seluruh pasukan bersiap menghadapi segala kemungkinan. Pasukan ini tetap berada di sini sambil menunggu kembalinya Sunan Ngudung dari Kediri…..!” kata Sunan Kudus.
“Bagaimana jika Adipati Kediri juga tidak mau diajak kompromi? Atau bahkan pasukan Kediri nanti bergabung dengan pasukan Majapahit…..?” tanya Sultan Trenggono.
“Untuk menggabungkan pasukan Kediri dengan pasukan Majapahit tentu me memerlukan waktu yang lama….!” kata Sunan Kudus.
“Jika demikian, apakah tidak sebaiknya pasukan ini menyerbu ke Majapahit secepatnya agar tidak ada kesempatan bergabungnya pasukan Majapahit dengan pasukan Kediri…..!” kata Sultan Trenggono.
“Hal itu bisa saja Kanjeng Sultan lakukan segera. Pasukan ini tidak menunggu di tempat ini, namun justru menyerbu ke kota raja Majapahit. Pasukan ini cukup besar untuk menghadapi pasukan prajurit kadipaten manapun……!” saran Sunan Kudus dengan berbagai pertimbangan.
……………
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Sebelum melaksanakan pekerjaan, pertimbangan segala resiko dan akibatnya.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *