Penerus Trah Prabu Brawijaya-Ki Ageng Pengging-Part#144

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging Anom.

Adipati Girindhawardana merasa sedikit terobati atas gugurnya Ki Ageng Pengging beberapa waktu yang lalu. Dan kini telah mendapat tebusan tujuh jasad pendukung pasukan Demak Bintara. Satu diantara ketujuh jasad itu adalah yang telah membunuh Ki Ageng Pengging yakni Sunan Ngudung. Sedangkan Sunan Ngudung sendiri adalah seorang ulama yang sangat dihormati oleh Sultan Trenggana. Adipati Girindhawardana tak mau menyelenggarakan tata upacara untuk jasad-jasad tersebut karena ingat bahwa jasad Ki Ageng Pengging juga diterlantarkan begitu saja di hutan perbatasan. Oleh karena itu, Adipati Girindhawardana bermaksud ingin mengirim jasad itu ke tempat pasukan Demak Bintara. Namun jika jasad-jasad itu dikirim sampai ke tempat beradanya pasukan Demak Bintara, tentu akan sangat berbahaya bagi para prajurit yang mengantarkannya.

Di pagi buta itu, para prajurit Majapahit telah meletakkan tujuh jasad di tempat yang mungkin sekali pagi nanti akan dilewati oleh pasukan Demak Bintara yang akan menyerbu pasukan Majapahit. Jasad-jasad itu digeletakkan berserakan di rerumputan. Namun tidak terlalu dekat dengan keberadaan pasukan Demak Bintara berkemah. Para prajurit Majapahit pun cukup berhati-hati agar mereka tidak justru terjebak dalam wilayah pengawasan pasukan lawan.

Di pagi buta itu, dua orang prajurit Demak Bintara yang sedang merintis jalan penyerangan terkejut bukan kepalang. Betapa tidak, mereka mendapatkan tujuh jasad yang berserakan di rerumputan. Jasad-jasad yang pakaiannya berwarna merah karena darah yang telah mengering. Namun ada satu jasad yang mudah dikenali karena pakaiannya yang berbeda dengan yang lain. Keduanya pun kemudian mengamati jasad yang berbeda dengan yang lain itu.
“Bukankah yang satu ini adalah jasad Sunan Ngudung…..?” kata salah seorang dari kedua prajurit itu.
“Ooh…..! benar….., beliau ini adalah Sunan Ngudung…..!” sahut yang lain.
“Heemm…..! Kau yang akan kembali ke pasukan, atau kau yang akan menunggu di sini…..?” tanya prajurit yang lain.
“Baiklah, tunggulah di sini, aku akan melapor kepada Kanjeng Sultan…..!” kata prajurit itu yang kemudian berlari cepat agar segera bisa menghadap Kanjeng Sultan Trenggana.

Kanjeng Sultan Trenggana dan Kanjeng Sunan Kudus bersedih setelah mengetahui bahwa seorang ulama yang mereka hormati dan segani telah gugur dalam menjalankan kwajiban. Semakin bersedih setelah tahu keenam pengikutnya pun telah gugur pula.
“Kita serbu sekarang pasukan kecil itu, Kanjeng Sunan……!” kata Kanjeng Sultan Trenggana yang marah.
Kanjeng Sunan Kudus tidak segera menjawab, karena beliau sendiri juga sedang bersedih atas gugurnya seorang ulama yang dihormati dan diseganinya.
Karena Kanjeng Sunan Kudus tidak segera menanggapinya, Sultan Trenggana segera memerintahkan kepada senopati agung Adipati Bagelen untuk menyerbu pasukan Majapahit sekarang juga.
“Paman senopati agung…..! Berangkatkan sekarang juga pasukan ini untuk menyerbu pasukan musuh….!” kata Kanjeng Sultan Trenggana yang masih diliputi kemarahan.
“Segera menjalankan perintah, Kanjeng Sultan…..!” kata Adipati Bagelen selaku senopati agung dalam pasukan besar itu.
Kanjeng Sunan Kudus tertegun sejenak mendengar perintah dari Kanjeng Sultan Trenggana tersebut. Namun Kanjeng Sunan Kudus tak sempat mencegahnya karena Adipati Bagelen segera meninggalkan mereka.

Terjadi kesibukan luar biasa dalam pasukan Demak Bintara yang besar itu. Mereka segera bersiap setelah menerima perintah dari senopati agung, Adipati Bagelen. Namun demikian, Adipati Bagelen masih memberi kesempatan secukupnya bagi para prajurit untuk sarapan pagi. Karena jika para prajurit itu tidak sempat sarapan, tentu akan melemahkan ketahanan para prajurit jika harus bertempur sampai sore hari. Beruntungnya, para prajurit wanita yang menyiapkan sarapan pagi telah siap sebagian besar.

Para prajurit yang terlatih untuk selalu siaga itu pun tak mengalami kesulitan untuk segera menempati gelar perang yang telah diperintahkan.
…………..
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Sebuah peperangan besar, bisa jadi dipicu oleh permasalahan kecil saja.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *