Penerus Trah Prabu Brawijaya-Ki Ageng Pengging-Part#155

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging Anom.

Dengan meninggalnya Ki Dalang Ki Ageng Tingkir, banyak orang yang merasa kehilangan. Siang menjelang sore hari itu kademangan Tingkir dipenuhi oleh para pelayat dari berbagai kademangan di sekitarnya. Mereka ingin ikut memberi penghormatan terakhir kepada Ki Dalang Tingkir yang memang telah kondang. Demikian pula Ki Ageng Pengging beserta banyak perangkatnya. Tak sedikit pula orang biasa yang turut melayat ke Tingkir. Orang yang dikagumi dan dicintai banyak orang, maka ketika meninggal akan mendapat penghormatan banyak orang pula.

Sementara itu, pasukan Demak Bintara telah benar-benar menguasai negeri Majapahit. Sang Adipati Girindhawardana untuk sementara meninggalkan istana Majapahit bersama pasukannya. Sedangkan Sultan Trenggono memerintahkan kepada seluruh prajuritnya agar tidak melakukan penjarahan dan perampasan harta benda di Majapahit, baik di keraton maupun di rumah-rumah warga. Bahkan tidak diperkenankan pula untuk memboyong putri boyongan dari gadis-gadis Majapahit. Jika terjadi penjarahan, perampasan dan paksakan untuk memboyong putri Majapahit, maka dendam kesumat kawula dan para nayaka praja serta para prajurit tidak akan berkesudahan.
Kanjeng Sunan Kudus menyarankan kepada Kanjeng Sultan Trenggono untuk meninggalkan kesan yang baik di Majapahit. Dengan demikian di kemudian hari tentu akan lebih mudah untuk merengkuh para petinggi Majapahit menjadi bagian pemerintah dari Demak Bintara. Kanjeng Sultan Trenggono telah berhasil menunjukkan bahwa Demak Bintara memiliki kekuatan yang besar untuk menjadi penguasa tunggal di tanah pulau ini.

Namun akhirnya Kanjeng Sultan Trenggono beserta pasukan besarnya telah meninggalkan Majapahit dengan kesan yang baik. Kanjeng Sultan hanya meninggalkan seorang senopati sepuh yang penuh wibawa beserta sepasukan kecil dan beberapa ulama yang siap untuk berunding dengan Adipati Girindhawardana dalam kesempatan berikutnya.

Namun akhirnya pasukan gabungan dari berbagai kadipaten itu telah meninggalkan Majapahit. Mereka menganggap tujuannya untuk menguasai kadipaten-kadipaten di bang wetan telah berhasil. Kanjeng Sultan juga sudah menerima laporan bahwa kadipaten Kediri tidak akan mengadakan perlawanan dan akan mengakui kekuasaan tunggak pemerintahan negeri Demak Bintara. Namun demikian, Sultan Trenggono masih meragukan kesetiaan kadipaten Panarukan dan kadipaten Blambangan kepada Demak Bintara. Walau demikian Sultan Trenggono belum ingin melurug ke telatah paling timur pulau ini. Sultan Trenggono ingin menarik mundur seluruh pasukan kembali ke Demak Bintara.

Sementara itu, setelah beberapa pekan melahirkan bayi Mas Karebet, Nyi Ageng Pengging jatuh sakit yang belum diketahui penyebabnya.
Sakitnya Nyi Ageng Pengging bukannya semakin mereda, namun semakin mengkhawatirkan. Berbagai juru sembuh dari seluruh penjuru kadipaten Pengging telah berusaha untuk menolong Nyi Ageng Pengging, namun belum berhasil pula.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, lakon seseorang tak ada yang tahu. Demikian pula yang terjadi pada Nyi Ageng Pengging. Segala usaha telah diupayakan, namun kenyataan tak dapat ditolak, Nyi Ageng Pengging mangkat.
Belum hilang rasa sedih kehilangan sahabat dan saudara dekat yakni meninggalnya Ki Ageng Tingkir, kini Ki Ageng Pengging harus kehilangan sang istri tercinta. Lebih memilukan karena Nyi Ageng Pengging meninggalkan seorang bayi mungil yang masih harus butuh seorang ibu.
Kademangan Pengging hari itu sungguh berduka kehilangan seseorang sosok ibu yang dihormati di kademangan itu.
Dikisahkan, dalam lakon selanjutnya, bayi mungil Mas Karebet kemudian dititipkan kepada Nyi Ageng Tingkir untuk dirawat. Karena pada saat dahulu Ki Ageng Tingkir pernah berujar bahwa ia ingin ikut mengaku bahwa Mas Karebet akan dianggap sebagai anaknya pula. Dan pernyataan itu pernah terucap kepada Nyi Tingkir pula.
Ki Ageng Pengging tidak berkeberatan, bahkan ia telah mengirim beberapa inang untuk membantu Nyi Tingkir merawat Mas Karebet.
…………..
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak.”
(@SUN).

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *