Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
471
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Benar dugaan dari pemilik warung. Raden Mas Danang Sutawijaya mendengar Lurahe perampok memerintahkan tiga orang rekannya untuk menuju tiga ekor kuda ditambatkan.
“Cepat lepaskan kuda-kuda itu dan cepat dibawa pergi…..! Akan kita tahan tiga orang itu. Kalau perlu kita bantai di sini….!” Berkata Lurahe perampok.
Kali ini Raden Mas Danang Sutawijaya tidak mau didahului oleh tiga orang perampok yang akan melarikan kuda-kuda mereka.
“Kalian bertahan….! Akan aku terobos mereka….!” Berbisik demikian, Raden Mas Danang Sutawijaya langsung menerobos di antara para perampok yang masih duduk. Para perampok sama sekali tidak menduga akan tindakan dari tiga orang tamu yang paling muda.
Dengan kecepatan tinggi Raden Mas Danang Sutawijaya meloncat sampai halaman.
“Heee berhenti…..! Jangan lari…..!” Berteriak Lurahe perampok. Dan mereka pun berlarian keluar.
Namun sekejap kemudian terdengar jeritan tiga kali berurutan.
“Auuuch….. auuuch…… auuuch……!”
Dan tiga orang hampir bersamaan terjerembab di tanah kering.
Rupanya Raden Mas Danang Sutawijaya sempat mengambil tiga butir batu sebesar telur ayam dan dilemparkan tepat mengenai tengkuk tiga orang perampok itu. Raden Mas Danang Sutawijaya memang melempar dengan kencang walau belum dilandasi ilmunya yang tinggi. Namun akibatnya
ketiganya tersungkur dan tidak segera dapat bangkit.
Mereka yang tadi masih di dalam warung marah bukan buatan. Mereka mengira anak muda itu berbuat licik, bukan karena ilmunya yang tinggi. Beberapa orang segera menyerang Raden Mas Danang Sutawijaya termasuk lurah perampok. Dengan pedang dan ada yang bersenjata tombak segera menyerang Raden Mas Danang Sutawijaya dari segala arah.
Ki Dhandhang dan Ki Karep juga sudah menyiapkan diri dan keluar lewat pintu samping.
Namun lagi-lagi terdengar keluhan tertahan dua orang yang jatuh tersungkur. Yang pertama terhantam kepalanya oleh sabuk kulit yang diurai oleh Raden Mas Danang Sutawijaya. Raden Mas Danang Sutawijaya yang marah dan harus menghadapi beberapa orang itu tidak menahan diri.
Pada gebrakan yang pertama ia telah melumpuhkan dua orang. Kini ia melindungi diri dengan sabuk kulitnya. Sabuk diputar bagai baling-baling. Lawannya sangat kesulitan untuk menembus pertahanan Raden Mas Danang Sutawijaya.
Bahkan, dengan ilmunya yang tinggi, Raden Mas Danang dengan sabuknya berhasil menghantam pedang lurah perampok. Hantaman sabuk dengan kekuatan penuh dan dilambari ilmunya yang tinggi membuat pedang di tangan lurah perampok tak dapat dipertahankan. Bahkan tangan lurah perampok itu terasa kesemutan. Naas bagi perampok yang dekat dengan lurah perampok. Pedang yang semula di tangan lurah perampok, tiba-tiba meluncur ke arahnya. Yang kemudian terdengar keluhan tertahan.
“Ouuch……!” Pedang menancap di lambungnya. Ia kemudian tersungkur.
Lurah perampok yang masih ternganga, menerima tendangan kaki oleh Raden Mas Danang Sutawijaya. Tumit Raden Mas Danang Sutawijaya tepat mengenai ulu hati lurah perampok. Lurah perampok pun berguling-guling menahan sakit yang amat sangat.
Lima orang telah terkapar. Dua orang kemudian menyerang dua orang yang berada di samping warung.
Di samping warung Ki Dhandhang dan dan Ki Karep yang mendapat serangan dari dua orang perampok. Mereka telah bersiap dengan pisau belati yang tadi tersembunyi di balik kain. Ki Dhandhang dan Ki Karep bukanlah orang yang tak berilmu. Keduanya berasal dari Manahan yang telah terlatih olah kanuragan. Walau keduanya bukan prajurit, namun di Manahan dulu telah diadakan latihan olah kanuragan.
Sedangkan lawannya, keduanya bersenjatakan pedang.
Kedua perampok mengira akan dengan mudah menundukkan kedua orang yang bersenjatakan pisau belati. Namun ternyata pisau belati itu mampu mengatasi pedang yang lebih panjang.
Ki Dhandhang dan Ki Karep terampil memainkan pisau belati.
…………..
Bersambung…………
(@SUN)