Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1161
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.
Bahkan, pasukan yang dari Blambangan yang telah berbulan-bulan meninggalkan negerinya menerima bekal yang lebih dari cukup untuk keluarga yang ditinggal.
Juga untuk perawatan kuda-kuda mereka. Demikian pula pasukan berkuda dari jarak prajurit di Jatinom pun menerima penghargaan pula. Mereka senang dan bangga karena perjuangan mereka di hargai
Dalam pada itu, ketika para prajurit sedang beristirahat, para pimpinan pasukan sedang berkumpul. Banyak hal yang mereka perbincangan, namun yang kemudian menjadi perhatian adalah pesan dari Ki Patih Mandaraka. Yakni tentang Ponorogo dan sekitarnya yang akan berontak terhadap Mataram. Menurut prajurit sandi yang bisa dipercaya, Pangeran Jayaraga telah menghubungi beberapa kadipaten untuk bergabung dengan Ponorogo untuk menyerang Mataram. Sinuhun Hanyakrawati menyadari bahwa keberhasilan pasukan Mataram selama ini juga berkat laporan para prajurit sandi. Oleh karena itu, Sinuhun Hanyakrawati tidak mengabaikan hal tersebut. Keberhasilan juga ditentukan oleh gelar perang sebelum perang yang sesungguhnya terjadi. Yakni menyerbu lawan sebelum lawan bersiap. Itulah yang terjadi selama ini. Walau yang sering terjadi, pasukan Mataram jauh lebih sedikit dibanding pasukan lawan, namun pasukan Mataram hampir selalu bisa unggul. Karena lawan yang belum bersiaga sepenuhnya. Demikian pula kali ini. Mataram ingin menyerang terlebih dahulu sebelum pasukan lawan, yakni pasukan Ponorogo bersiaga sepenuhnya.
“Kami pasukan dari Blambangan siap untuk menyerbu Ponorogo….!” Berkata Menak Jayeng salah seorang senopati dari Blambangan.
“Kami pasukan dari Jatinom juga bersedia untuk melanjutkan perjuangan ini….!” Berkata senopati muda namun ber-ilmu tinggi itu.
“Pasukan berkuda dari Pajang juga bersedia untuk bergabung dengan pasukan yang akan ke Ponorogo….!” Berkata Raden Prabajati salah seorang senopati dari Pajang.
“Terimakasih…..! Kami dari Mataram akan mengerahkan pasukan berkuda sebanyak mungkin…..!” Berkata Sinuhun Hanyakrawati.
“Mohon perkenan Rama Sinuhun, Mas Rangsang akan ikut dalam pasukan Mataram….!” Pinta Raden Mas Rangsang.
“Yaaa…., aku perkenankan. Tetapi peperangan itu bukan permainan. Nyawa adalah taruhannya….!” Berkata Sinuhun Hanyakrawati.
“Mas Rangsang menyadari hal itu, Rama Sinuhun….!” Berkata Raden Mas Rangsang.
Pada akhirnya, telah disepakati bahwa pasukan berkuda dalam jumlah yang besar, besuk pagi-pagi sekali akan berangkat menuju ke Ponorogo. Tidak ditunda-tunda agar pasukan lawan belum bersiap sepenuhnya. Dan rencana itu jangan sampai bocor sehingga didengar telik sandi lawan.
Raden Mas Rangsang segera berembug dengan senopati Kudanarpada, senopati pasukan berkuda dari Mataram. Malam itu juga Senopati Kudanarpada segera mengutus tiga orang prajurit untuk pergi ke Lipura. Di Lipura tempat penggemblengan prajurit berkuda sejak zaman Panembahan Senopati dahulu. Di sana juga dikembangkan pemeliharaan dan peternakan kuda.
Senopati Kudanarpada memerintahkan, seluruh kuda yang telah terlatih agar dibawa ke Mataram malam ini juga. Demikian pula para prajurit yang telah menjalani penggemblengan agar ikut bergabung dengan pasukan Mataram. Pasukan berkuda yang baru kembali dari Demak pun semuanya akan berangkat ke Ponorogo.
Tiga orang prajurit itu pun segera memacu kudanya di malam hari itu juga menuju ke Lipura. Tiga orang prajurit yang memang telah sering wira-wiri dari Mataram ke Lipura dan sebaliknya. Dengan demikian, mereka tidak mengalami hambatan di perjalanan.
Benar seperti yang direncanakan, sebelum matahari semburat merah, pasukan berkuda dari berbagai kesatuan telah berkumpul di alun-alun. Ratusan, bahkan ribuan kuda memenuhi alun-alun Mataram. Pasukan yang masih segar dari Lipura pun telah bergabung dengan pasukan itu.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
