Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(350)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Mereka yang menyaksikan tak ada yang berkata sepatah katapun, bahkan tak bergerak karena dilanda ketegangan yang amat sangat.
Sultan Harya Penangsang memegang surat yang basah oleh darah, matanya pun merah karena amarah, gigi gemeretak, tangan gemetar.
Surat dibuka dengan tidak sabar.
Surat kemudian dibaca dengan cermat karena basah oleh darah pekatik.
Tanpa sepatah kata surat tantangan diejanya.
Surat tantangan yang singkat namun menyulut amarah yang memuncak.
“Heee… Harya Penangsang…..! Jika kau seorang laki-laki, hadapi aku; Sultan Pajang – Jaka Tingkir Hadiwijaya. Kau tidak pernah berani beradu dada dengan aku, beraninya suruhan soreng yang tanpa ilmu. Jangan hanya bersembunyi di ketiak Kanjeng Sunan Kudus. Aku tunggu di seberang kali Bengawan Sore. Sekarang…..!”
“Keparat Jaka Tingkir……!” Umpat Sultan Harya Penangsang sambil menggebrak meja yang penuh dengan sajian pesta.
Meja pun hancur berantakan, sajian berhamburan di lantai, piring dan berbagai perlengkapan hancur seketika.
Mereka yang menyaksikan ternganga dibuatnya.
“Sabaar Ngger…., sabaaar…..!” Kanjeng Sunan Kudus berusaha meredakan amarah Sultan Harya Penangsang.
Namun Sultan Harya Penangsang tak menghiraukannya. Bahkan ia kemudian berteriak yang membuat khawatir setiap orang di panti andrawina tesebut.
“Siapkan Gagak Rimaaang……!” Teriak Sultan Harya Penangsang menggetarkan panti andrawina.
Pekatik yang sangat takut kepada Sultan Harya Penangsang itu lupa akan sakit telinga yang putus. Ia segera menjawab seperti kebiasaannya.
“Daulat Gustiiii…….!” Ia segera berlari menuju kandang kuda.
Namun tiba-tiba Pangeran Harya Mataram menubruk kaki Sultan Harya Penangsang yang telah melangkah untuk berlari.
“Kangmas Sultan…..! Tahan dahulu Kangmas. Jangan tersulut amarah…..!” Pangeran Harya Mataram memegang erat kaki kakandanya, Sultan Harya Penangsang.
“Tidaaaak……! Lepaskan Dimas…..!” Berkata Sultan Harya Penangsang dengan keras.
Namun Pangeran Harya Mataram semakin erat memegangi kaki Sultan Harya Penangsang.
Kanjeng Sunan Kudus sendiri kewalahan meredakan amarah Sultan Harya Penangsang.
Tiba-tiba semua orang yang menyaksikan terhenyak. Pangeran Harya Mataram dikibaskan oleh Sultan Harya Penangsang yang berilmu sangat tinggi itu. Pangeran Harya Mataram pun tersungkur menghantam kursi di panti andrawina itu.
“Sultan Harya Penangsang adalah seorang lelaki yang pantang lari dari tantangan…..!” Berkata Sultan Harya Penangsang yang kemudian berlari keluar dari panti andrawina.
Semua terperangah menjumpai lelakon yang diluar perhitungan itu.
Tidak ada yang mampu menahan Sultan Harya Penangsang.
Ki Patih Mentahun yang sejak tadi diam menunggu perkembangan, kini tidak tinggal diam. Ia tidak mungkin membiarkan Sultan Harya Penangsang maju perang seorang diri. Sesakti apapun seseorang, namun jika dikeroyok oleh sepasukan prajurit tentu sangat berbahaya.
Tiba-tiba Ki Patih Mentahun berteriak nyaring; “Semua adipati dan senopati, siapkan pasukan sekarang juga…..! Jangan biarkan Kanjeng Sultan Harya Penangsang maju perang seorang diri. Sekarang…..!” Perintah Ki Patih Mentahun menggelegar menggetarkan panti andrawina.
Terjadi kegaduhan yang luar biasa di panti andrawina tersebut. Beberapa orang ragu untuk segera bertindak, mereka masih menunggu para adipati atau pun para senopati yang lain untuk menentukan langkah.
Pesta belum juga dimulai namun sudah harus meninggalkan panti andrawina untuk menyiapkan pasukan.
Namun sebagai seorang adipati atau pun seorang senopati, mereka tidak bisa menolak perintah senopati agung, Ki Patih Mentahun.
Mereka pun segera bergegas menuju ke pasukan mereka masing-masing. Walau dengan perasaan kecewa yang amat sangat, namun tanggung jawab yang lebih besar mengalahkan perasaan itu.
…………….
Bersambung……….
(@SUN)