Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#392

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(392)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Ki Pemanahan kemudian berjalan-jalan di pekarangan Ki Ageng Giring. Walau pada umumnya tanah di pegunungan Sewu tidak subur, namun pekarangan Ki Ki Ageng Giring terlihat ijo royo-royo. Ini pasti karena ketelatenan Ki Ageng Giring dalam mengolah tanah. Di sudut pekarangan yang agak jauh dari rumah, terlihat kandang kambing. Dan sesekali terdengar kambing mengembik. Kandang dan kambing itu sudah ada sejak Ki Pemanahan sering berkunjung ke rumah Ki Ageng Giring ini. Ki Pemanahan berjalan mendekati kandang kambing itu. Kandang yang terlihat bersih, pasti setiap hari dibersihkan. Kotoran kambing dan sisa pakan itulah yang dimanfaatkan oleh Ki Ageng Giring sebagai pupuk tanaman di pekarangannya. Pantas saja kebun Ki Ageng menjadi subur.
Ki Pemanahan sejenak berhenti di bawah pohon kelapa yang tidak ada buahnya, bahkan manggar dan beluluk – pentil kelapa pun tak tampak.
“Mengapa pohon ini tidak ditebang saja…..?” Batin Ki Pemanahan.
Ki Pemanahan tidak tahu bahwa dari pohon kelapa itulah ia baru saja menenggak air kelapa muda sampai habis. Ia pun tidak tahu bahwa air kelapa muda itu bertuah menurut wecan – ramalan dari seorang ulama.

Hampir tengah hari yang ditunggu datang juga.
“Kakang…..!” Tegur Ki Pemanahan yang melihat kedatangan Ki Ageng Giring yang membawa setundun pisang.
“Ooh Adi…! Sudah lama datang-kah…?” Ki Ageng Giring balik bertanya.
“Sudah semetara waktu, Kakang….! Lha Mbakyu di mana…..?” Ki Pemanahan balik bertanya pula.
“Baru ngunduh kacang gleyor, besuk mau dijual ke pasar…..!” Jawab Ki Ageng Giring.
“Silahkan tunggu, aku mau membawa pisang ini ke dapur…..!” Berkata Ki Ageng Giring.
“Baik Kakang…..!” Jawab Ki Pemanahan.

Ki Ageng Giring segera ke dapur untuk segera minum degan kelapa muda yang telah ia siapkan di paga dapur.
Namun hatinya terkesiap ketika melihat degan yang ia letakkan sudah berpindah tempat. Jantung Ki Ageng Giring berdetak keras ketika ia mengangkat degan itu sudah berlobang ujungnya. Kaki Ki Ageng Giring tergetar lemas ketika mengetahui bahwa air kelapanya telah habis sama sekali. Hampir saja ia jatuh terduduk mendapat kenyataan yang sama sekali tidak ia duga.
“Oooh…., Pemanahan…..!” Hanya itu yang terucap lirih oleh Ki Ageng Giring.
Ia ingin marah kepada saudara seperguruannya itu yang telah mengambil dan meminum air degan yang sangat berharga. Sangat berharga melebihi apapun yang ia miliki saat itu.
Kalau perlu bertaruh nyawa, batin Ki Ageng Giring. Tetapi watak rendah hati dan bijak dari Ki Ageng Giring mencegah kemungkinan itu. Hati kecilnya mengatakan bahwa Pemanahan tidak bersalah. Itu adalah kebiasaan lumrah yang tanpa maksud apa-apa.
Apalagi ketika ia melihat buah kelapa lain yang ada di tempat buah kelapa sebelumnya.
“Heeem….., Pemanahan pasti tadi kehausan dan langsung meminum degan tadi. Dan ia telah mengganti dengan yang lain….!” Batin Ki Ageng Giring yang masih sangat kecewa.
Ki Ageng Giring sungguh galau antara perasaan kecewa yang sangat besar, ingin marah namun juga mencoba memahami sebuah kewajaran yang terjadi.
Untuk beberapa saat ia menahan gejolak hatinya. Beberapa kali ia menarik nafas panjang dan melepaskan secara perlahan.
Pada dasarnya Ki Ageng Giring adalah orang yang sabar dan bijak. Perlahan ia mampu menguasai dirinya.
“Mungkin pulung – rahmat keberuntungan ini bukan milikku, Adi Pemanahan-lah yang beruntung. Ini pasti bukan suatu kebetulan…..!” Batin Ki Ageng Giring setelah reda gejolak hatinya.
Ia kemudian menarik nafas panjang dan kemudian melepaskan dengan kuat. Ia seakan ingin membuang kepepatan hatinya.

Ki Pemanahan yang berada di teras samping sedikit heran karena saudara seperguruannya itu tidak segera keluar dari dapur.
“Mungkin ia kehausan dan sedang meminum air degan yang telah aku siapkan sebagai ganti…..!” Batin Ki Pemanahan yang sama sekali tidak merasa bersalah.
……………
Bersambung……..
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *