Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#398

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(398)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Sebelum matahari semburat merah, Mas Tambak telah menyiapkan wedang jahe madu. Dengan meminum wedang jahe madu diharapkan tenaga dan tubuh Ki Pemanahan dan Ki Ageng Giring cepat pulih dan bugar.
Ki Pemanahan dan Ki Ageng Giring pun telah menyelesaikan laku tapa brata selama empat puluh hari empat puluh malam tanpa halangan apapun. Mas Tambak-lah yang melayani segala keperluan selama itu.
Mereka kemudian berbersih diri di belik yang tak jauh dari tempat bersamadi.
Wedang jahe madu sungguh membuat Ki Pemanahan dan Ki Ageng Giring.

Mereka telah kembali ke rumah Ki Ageng Giring. Mereka masing-masing tidak menceritakan apa yang dirasakan ketika bersamadi terutama di malam terakhir.
Nyi Ageng Giring menyambut mereka dengan senang hati. Ia telah menyiapkan bubur sungsum yang lunak untuk sarapan.
Mereka telah berbincang tentang berbagai hal. Namun Ki Pemanahan kemudian menyampaikan niatnya belum akan kembali ke Pajang. Bahkan Ki Pemanahan berniat untuk mengetahui Alas Mentaok secara langsung.
“Apakah Adi akan menjelajah hutan Alas Mentaok seorang diri….?” Bertanya Ki Ageng Giring.
“Apaboleh buat…..! Sudah menjadi tekatku, Kakang…..!Justru aku ingin mengetahui seberapa ganasnya Alas Mentaok itu…..!” Jawab Ki Pemanahan.
“Aku tahu bahwa Adi pasti akan mampu mengatasi, namun kurang baik jika pergi seorang diri. Aku ingin menyertaimu…..!” Berkata Ki Ageng Giring.
“Benarkah Kakang…..? Tentu dengan senang hati aku menerimanya…..!” Jawab Ki Pemanahan.
“Yaaa….., sudah lama sekali aku tidak mengembara. Iku sangat terikat dengan keluarga dan pertanian di tempat ini….!” Berkata Ki Ageng Giring.
“Kita akan mengulangi masa-masa muda dahulu….!” Jawab Ki Pemanahan.
“Rumah ini akan aku tinggal untuk beberapa waktu….! Biarlah Tambak dan istrinya atau anak-anaknya menemani ibunya di rumah ini…..!” Lanjut Ki Ageng Giring.
Ki Ageng Giring kemudian melanjutkan; “Dahulu kita baru sampai di Alas Tambakbaya. Dan ketika itu isteriku baru mbobot tua, dan ketika bayi itu lahir kemudian aku beri nama Tambakbaya….!”
“Dan anak itu sekarang sudah memiliki anak pula…..! Itu artinya sudah lama sekali……!” Sahut Ki Pemanahan.
“Saat itu hamparan pasir gunung Merapi masih menutupi sebagian besar lereng di sisi selatan, walau tidak sampai di jantung Alas Mentaok….!” Berkata Ki Ageng Giring.
“Besuk akan kita lewati lagi Alas Tambakbaya itu, juga sungai Tambakbaya yang banyak buayanya itu……!” Lanjut Ki Pemanahan.
Mereka berbincang mengenang masa-masa silam. Dan kini akan mereka ulangi lagi. Jiwa mengembara Ki Ageng Giring yang telah lama padam, kini terungkit kembali. Sedangkan Ki Pemanahan, walau dalam bentuk yang berbeda masih mengembara pula. Ia bersama Kanjeng Sultan Hadiwijaya dan Ki Juru Martani beberapa kali mengembara. Bahkan mereka sampai ke Hutan Danaraja tempat Kanjeng Ratu Kalinyamat menjalani tapa brata.

Sementara itu, Kanjeng Ratu Kalinyamat telah membuat Kadipaten Jepara semakin berkembang. Kerajinan ukir kayu menjadi andalan dari kadipaten itu. Kayu jati yang sangat baik tidak pernah kehabisan. Kayu jati bermutu tinggi tersedia di hutan Danaraja. Sebagian besar dari hutan Danaraja memang merupakan hutan jati yang tumbuh dengan sendirinya. Bahkan ada pohon jati yang besar lurus dan tinggi. Pohon yang coba dirangkul oleh rentangan tangan tepung gelang tiga orang belum cukup.
Tak heran jika bangsa Portugis sangat tertarik untuk menjalin kerjasama dengan Kadipaten Jepara. Kerajaan Portugis telah mengirim utusan untuk bertemu dengan Kanjeng Ratu Kalinyamat.
Sebagai seorang utusan, tentu diterima dengan baik. Dan jika ingin bekerjasama dalam bidang perdagangan tentu Kanjeng Ratu Kalinyamat tidak menolak. Karena selama ini telah banyak orang-orang kulit putih yang membeli kerajinan ukir kayu untuk dikirim ke negeri mereka.
………………
Bersambung……….
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

3 thoughts on “Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#398

  1. TRI Widodo 03/08/2023 at 20:13

    Matur nuwun mas wo, salam Sehat selalu, lanjut seri 400

    Balas
  2. Thomas T.Sumardi 05/08/2023 at 11:43

    siip mas, sy ttp setia mengikuti _’cerbung’_ Penerus trah Prabu Brawijaya ini.
    Maklum, kalau ada slh2-tulis, klmt yg kurang lengkap, dll.
    _. Saran,.. : kalau awalan *’di’* yg diikuti kt blkngnya *’kt-kerja’* .. awalan ‘di’ hrs disambung. Tetapi kalau *kt-keterangan/tempat* .. hrs *dipisah.* (Contoh,.. : dilihat, dipegang, dimakan, disambung, disamakan, dll. Lalu,.. : di Majapahit, di Demak, di Pajang, di sungai, di halaman, di meja, di blkng, di dapur, dll.

    Balas
    1. Sutanto Prabowo 08/08/2023 at 09:51

      Terimakasih sarannya.

      Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *