Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#405

penerus trah prabu brawijaya

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
405
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Ketika terdengar kokok ayam jago, kedua pengembara separuh baya itu telah terjaga. Walau tidur tidak lama, namun bagi mereka sudah cukup. Namun karena tidak ada keperluan apapun, mereka belum bangun. Mereka benar-benar memanfaatkan untuk beristirahat. Mereka akan menempuh perjalanan yang belum tahu akan berapa lama. Namun ketika di ufuk timur telah semburat merah, mereka pun bangun dan kemudian membersihkan diri masing-masing. Ki Ageng Giring telah hafal di mana harus membersihkan diri dan keperluan lain di pagi yang sudah mulai terang tanah itu.

Ketika pagi telah terang, Ki Pemanahan semakin takjub. Betapa tidak, ia melihat banyak kolam yang indah di atas bukit itu. Kolam-kolam itupun airnya jernih.
Semestinya tidak mungkin ada sumber air di atas bukit. Atau mungkin air itu berasal dari air hujan? Batin Ki Pemanahan.
“Kolam yang besar itu kemungkinan sekali dahulu adalah sebagai tempat pemandian para putri…..!” Berkata Ki Ageng Giring.
“Sungguh menakjubkan, ada kolam pemandian yang indah di atas bukit….!” Sahut Ki Pemanahan.

Ki Ageng Giring kemudian mengajak Ki Pemanahan untuk menuju ke tempat yang lebih jauh. Ki Pemanahan semakin takjub. Teryata reruntuhan candi Ratu Baka tersebut luas dan terpencar. Di beberapa tempat terdapat gundukan besar batu-batu reruntuhan candi. Bahkan ada di tempat yang lebih tinggi lagi.
Ki Pemanahan masih belum menemukan jawabannya, bagaimana mungkin batu-batu raksasa itu bisa sampai di atas bukit ini. Batu-batu itu dari mana asalnya dan diangkut dengan apa dan lewat dari mana? Batu yang sebesar kerbau itu jika diangkat oleh dua puluh orang kebanyakan belum tentu kuat. Bagaimana puluhan ribu batu-batu besar itu bisa sampai di atas bukit.
“Sayang candi ini runtuh…..! Pasti terjadi lindu yang dahsyat saat itu…..!” Gumam Ki Pemanahan.
“Tetapi yang lebih menakjubkan adalah candi Prambanan. Bentuknya yang menjulang tinggi, namun yang runtuh hanya sebagian….!” Berkata Ki Ageng Giring.
“Para leluhur kita memang sungguh sangat mengagumkan…..!” Sahut Ki Pemanahan.
“Adakah suatu saat nanti ada yang mampu membenahi reruntuhan ini….?” Gumam Ki Pemanahan.
“Harapan kita tentu ada, entah kapan….!” Sahut Ki Ageng Giring.

Ketika sinar matahari telah menyengat kulit, mereka telah mengelilingi hampir semua reruntuhan candi Ratu Baka tersebut. Mereka tidak ingin berlama-lama di tempat itu. Di tempat itu tidak ada makanan yang bisa untuk sarapan. Bahkan buah-buahan pun tidak ada. Oleh karena itu mereka segera turun untuk menuju Prambanan. Di Prambanan tentu banyak warung yang bisa di singgahi.
“Sebelum sampai di candi Prambanan ada warung pecel yang pernah aku singgahi. Kita bisa sarapan di tempat itu. Orang sering menyebut warung itu Mbok Gumuk….!” Berkata Ki Ageng Giring.
“Baiklah nanti kita singgah di sana, sarapan sega pecel memang cocok….!” Sahut Ki Pemanahan.

Mereka akhirnya benar-benar mampir di warung Mbok Gumuk. Ada beberapa orang yang jajan pula di tempat itu. Mungkin mereka baru saja pulang dari pasar Prambanan. Namun Ki Ageng Giring dan Ki Pemanahan tidak mendapat cerita apapun di tempat itu. Mereka yang jajan hanya bercerita tentang keseharian mereka. Dan mereka pun bersenda gurau dengan akrab.
“Mau pergi ke mana, dari mana Ki…..?” Sapaan akrab pengunjung kepada Ki Pemanahan dan Ki Ageng Giring. Sapaan yang lumrah bagi mereka.
“Kami dari Paliyan dan akan ke Kalasan untuk tengok paman yang sakit….!” Jawab Ki Ageng Giring sekenanya.
“Apakah Paliyan itu di pegunungan Sewu…..? Yang tak jauh dari tempat pertapaan Kembanglampir….?” Sahut pengunjung yang lain.
“Benar, rumah kami tak jauh dari pertapaan itu. Apakah Kisanak pernah berkunjung ke pertapaan Kembanglampir….?” Bertanya Ki Ageng Giring. Ki Ageng Giring tidak mengira bahwa pertapaan Kembanglampir sudah dikenal pula sampai di tempat ini.
“Saya belum pernah datang ke tempat itu, namun sudah kami rencanakan bersama beberapa teman untuk datang ke pertapaan Kembanglampir itu….!” Jawab orang yang bertanya tadi.
………..
Bersambung……..
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

5 thoughts on “Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#405

  1. Grat Surahman 09/08/2023 at 08:38

    Terima kasih telah boleh menikmati kisah panjang yang menguak masa lalu sejarah nenek moyang di masa lalu ini. Kisah ini dapat melengkapi sekaligus merangkai kembali informasi tentang masa lalu yang selama ini hanya kami dapatkan sepotong-2.

    Balas
  2. TRI Widodo 09/08/2023 at 23:28

    Terimakasih pak Mas wo, salam sehat selalu……lanjut

    Balas
  3. Fahri Farghiz 13/08/2023 at 17:45

    Saya kesulitan membaca cerbung ini dari Part 1. Saya gunakan menu pencarian,.ternyata langsung mengarah ke episode 100-an….

    Maaf, saya begitu awam….

    Balas
  4. Fahri Farghiz 13/08/2023 at 17:46

    Bagaimana cara agar saya bisa membacanya dari episode pertama…???

    Balas
    1. Sutanto Prabowo 14/08/2023 at 11:18

      Klik menu “Cerbung”. Akan muncul daftar cerbung dengan tampilan paling atas yang terbaru.
      Anda bisa scroll ke bawah untuk menemukan nomor halaman dengan tampilan kurang lebih seperti ini :
      1 2 3 … 52 >> . Silahkan anda klik hal 52. Akan muncul tulisan pertamanya.

      Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *