Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#406

penerus trah prabu brawijaya

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
406
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Orang itu kemudian bertanya lagi; “Maaf Ki….., boleh tahu nama aki berdua….?”
“Namaku Giring…..!” Berkata Ki Ageng Giring jujur.
“Kalau namaku Bagus Kacung….!” Berkata Ki Pemanahan yang juga jujur. Nama kecil Ki Pemanahan memang Bagus Kacung.
“Oooh ya terimakasih….!” Berkata orang itu.

Hampir tengah hari ketika Ki Ageng Giring dan Ki Pemanahan sampai di pasar Prambanan. Namun pasar itu sudah mulai sepi.
Ki Ageng Giring dan Ki Pemanahan memang tidak ingin singgah di pasar Prambanan. Mereka ingin melanjutkan perjalanan dengan melewati jembatan kali Opak. Saat itu arus kali Opak tidak terlalu deras. Yang tampak lebih banyak pasir kali dan batu-batu besar kecil.

Di seberang kali Opak kedua petualang setengah baya itu untuk beberapa saat beristirahat di bawah rindangnya pepohonan. Matahari tengah hari memang terasa menyengat ubun-ubun.
“Biasanya orang per orang tidak akan berani menyeberangi Alas Tambakbaya dan sungai Tambakbaya…..!” Berkata Ki Ageng Giring.
“Apakah sampai sekarang masih seperti dahulu….?” Bertanya Ki Pemanahan yang dahulu pernah mendengar cerita bahwa jika akan menyeberang hutan Tambakbaya harus menyewa beberapa orang pengawal.
“Yang aku tahu memang masih harus menyewa beberapa pengawal……!” Jawab Ki Ageng Giring.
“Apakah masih ada begal rampok yang mengganggu perjalanan…..?” Bertanya Ki Pemanahan.
“Yang aku dengar, para perampok itu bersarang di lereng gunung Merapi. Mereka tidak sekedar untuk mencari makan, tetapi kabarnya juga untuk menghimpun harta benda dan menghimpun kekuatan pula….!” Lanjut Ki Ageng Giring.
“Menghimpun kekuatan…..? Untuk tujuan apakah mereka…..?” Bertanya Ki Pemanahan.
“Yang aku dengar pula, mereka berseteru dengan gerombolan Tidar. Mereka saling bersaing dalam mendukung perebutan kekuasaan di telatah Kedu…..!” Lanjut Ki Ageng Giring.
“Jika demikian, kita pun akan bersama beberapa rombongan dan ikut menyewa pengawal itu….! Aku ingin tahu dan ikut merasakan di kawal oleh para pengawal…..!” Berkata Ki Pemanahan.
“Yang paling berbahaya memang di Alas Tambakbaya itu karena jauh dari pemukiman penduduk dan belum masuk ke kademangan manapun…..!” Lanjut Ki Ageng Giring.
Ki Pemanahan ingin bersama mereka dengan para pengawal bukan karena takut terhadap gerombolan perampok manapun. Namun ia ingin ikut merasakan bagaimana bersama rombongan dan dikawal.
“Alas Tambakbaya itu juga bagian dari telatah Alas Mentaok semestinya…..!” Gumam Ki Pemanahan.
“Semestinya memang demikian, walau Tambakbaya itu merupakan hutan tersendiri, namun bagian dari telatah Alas Mentaok…..!” Tanggapan dari Ki Ageng Giring.

Ketika matahari sudah tidak menyengat lagi, kedua petualang setengah baya itu melanjutkan perjalanan. Jalan dari Prambanan ke Kalasan yang cukup ramai. Beberapa orang saling berpapasan dan saling bertegur sapa di jalan yang mereka lalui. Demikian pula Ki Ageng Giring dan Ki Pemanahan juga saling bertegur sapa dengan mereka.
Mereka telah melihat pohon Benda yang rimbun dan sudah cukup tua di ujung jalan sehingga dusun itu dinamakan dusun Bendan. Di dusun itu berdiri dengan anggun candi Sari.
“Kita mampir ke candi Sari, candi yang masih tetap kokoh walau mengalami guncangan gempa seperti candi-candi yang lain…..!” Ajak Ki Ageng Giring.
“Baiklah….! Aku memang belum pernah ke candi Sari dan juga candi Kalasan…!”
Jawab Ki Pemanahan.
Ki Ageng Giring yang pernah ke candi Sari banyak bercerita kepada Ki Pemanahan. Warga di sekitar candi Sari pun ramah terhadap setiap pengunjung candi itu. Bahkan warga sekitar dengan suka rela membersihkan rerumputan dan sampah dedaunan di pelataran candi itu.
“Konon cerita dari mereka yang telah sepuh, dari tempat ini ke arah gunung merapi dahulu ada beberapa candi, tetapi sekarang banyak yang telah tertimbun pasir ketika meletusnya gunung Merapi……!” Berkata Ki Ageng Giring.
“Tidak ada yang mampu melawan murka alam…..!” Sahut Ki Pemanahan.
………….
Bersambung………..
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *