Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
433
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya benar-benar mewujudkan tekatnya. Malam itu juga akan meninggalkan kasatrian Loring Pasar yang terletak di sebelah utara pasar Gede.
Darah mudanya menggelegak ketika disindir tak akan mampu mewujudkan Alas Mentaok menjadi sebuah negeri. Bahkan Raden Mas Danang Sutawijaya tidak membawa bekal yang berlebihan, hanya secukupnya saja. Terutama yang dibawa oleh Raden Mas Danang Sutawijaya adalah pakaian untuk ganti. Ia pun hanya berjalan kaki, tidak naik kuda atau kereta. Jika naik kuda atau kereta tentu tidak leluasa.
Ia telah berpamitan kepada ayah kandungnya, Ki Pemanahan bahwa ia akan mendahului menuju ke Alas Mentaok seorang diri. Namun kepada Ki Pemanahan, Raden Mas Danang Sutawijaya berterus terang bahwa akan menuju ke laut Selatan dahulu baru kemudian bergabung dengan rombongan dari Manahan.
“Berhati-hati-lah Ngger…..!” Pesan Ki Pemanahan
“Baik Bapa….!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya singkat.
Di malam hari, perjalanan Raden Mas Danang Sutawijaya bisa menjadi lebih cepat. Ia bisa mengerahkan ilmu untuk berlari cepat. Namun jika di tempat yang ramai, Raden Mas Danang Sutawijaya akan berjalan sewajarnya.
Namun demikian, Raden Mas Danang Sutawijaya juga perlu beristirahat untuk memulihkan kesegaran tubunya. Demikian pula ia juga perlu untuk makan dan minum selayaknya orang kebanyakan.
Ia memang tidak akan langsung masuk ke tengah hutan Alas Mentaok, tetapi ia ingin kembali ke pantai Laut Selatan yang telah beberapa hari ia tinggali.
Pagi itu, sekitar empat puluh orang tua muda bahkan anak-anak telah meninggalkan Manahan telatah keraton Pajang. Ki Pemanahan beserta keluarga besarnya telah meninggalkan kampung itu. Mereka telah diberi pengertian oleh Ki Pemanahan untuk babat alas. Mereka harus siap untuk hidup prihatin tidak seperti di dalam keraton yang serba berkecukupan. Keluarga besar itu pun menyadari kehidupan baru yang tentu tidak ringan.
Ki Ageng Giring masih ikut bersama rombongan itu. Namun demikian, Ki Ageng Giring tidak akan langsung ikut menuju Alas Mentaok, tetapi akan kembali ke Sada di pegunungan Sewu.
Ia pun berencana untuk ikut membantu saudara seperguruannya itu dalam babat Alas Mentaok. Namun demikian ia berpikiran untuk bertempat tinggal di Mentaok. Mungkin ada keluarga dari Sela yang bersedia bergabung dengan rombongan dari Manahan tersebut.
Namun demikian, Ki Pemanahan dan rombongan tidak akan langsung pula menuju ke Alas Mentaok. Mereka akan mampir ke Sela dan Pengging. Mereka akan mengajak warga Sela dan Pengging untuk bergabung dengan rombongan dari Manahan.
Sesampainya di Sela mereka disambut hujan abu gunung Merapi. Dedaunan pun tampak memutih karena tidak segera turun hujan. Sayur mayur yang subur itu dipastikan gagal panen karena tertutup abu gunung Merapi.
“Sudah tiga hari ini hujan abu tak henti di daerah ini…..!” Berkata tetua kampung kepada Ki Pemanahan yang telah mereka kenal dengan baik.
“Marilah kita songsong hari depan yang lebih baik namun perlu perjuangan dan keprihatinan…..!” Berkata Ki Pemanahan.
“Maksud Gusti Senopati…..?” Bertanya tetua kampung Sela yang tahu bahwa Ki Pemanahan adalah senopati agung negeri Pajang.
Mereka pun kemudian berbincang beberapa saat.
Jika mereka tetap bertahan di lereng gunung Merapi sebelah timur itu tentu sulit untuk berkembang dan maju.
Ki Pemanahan kemudian menerangkan tentang Alas Mentaok yang harus dibabat. Tanah datar yang subur yang terhindar dari hujan abu gunung Merapi. Tanah yang bisa dibangun menjadi sebuah negeri.
Lebih empat puluh orang dari Manahan yang termasuk kotaraja Pajang itu yang akan memulai. Jika nanti ditambah bersama warga dari Sela dan Pengging tentu pembangunan sebuah negari bukan sekedar mimpi.
Warga Sela yang saat itu dibayangi oleh gagal panen sayur mayur dengan senang hati menanggapi penawaran dari Ki Pemanahan.
Hari itu juga warga Sela akan bedol desa meninggalkan kampung halaman untuk bersama rombongan dari Manahan akan babat Alas Mentaok.
……………
Bersambung……….
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Matur nuwun pak Maswo salam sehat selalu