Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
436
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Lambat tetapi pasti, jalan yang semula hanya memuat satu pedati, kini telah menjadi lebar dan rata. Jembatan yang sempit, kini telah diperlebar juga. Mereka mengerjakan dengan gembira.
Dalam pada itu, Raden Mas Danang Sutawijaya telah merasa cukup dalam bersamadi di tepi laut Selatan. Ia telah mendapatkan pengalaman batin yang tak terbayangkan sebelumnya. Dengan pengalaman batin itu, Raden Mas Danang Sutawijaya semakin mantap untuk mewujudkan Alas Mentaok menjadi sebuah negeri.
Pagi hari itu ia kembali menyusur sungai Opak ke arah hulu seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya. Ia akan sampai ke Prambanan dan menyeberangi jembatan kali Opak. Ia telah pernah mendengar rencana dari ayah kandungnya, Ki Pemanahan tentang ke arah mana babat Alas Mentaok dimulai.
Sore hari ia telah sampai di Prambanan. Dengan pakaiannya yang sederhana dan rambut tertutup udeng, tidak ada orang yang mengenalinya.
Ia kemudian berbelok ke arah barat mengikuti jalan yang telah ada seperti yang pernah diceritakan oleh sang ayah kandung, Ki Pemanahan.
Sebelum petang ia telah sampai di jembatan kali Kuning yang lebar dan kokoh. Ia tahu bahwa jembatan itu masih terlihat sehabis diperbaiki.
“Paman….! Boleh saya bertanya….? Apakah babat Alas Mentaok telah dimulai….?” Bertanya Raden Mas Danang Sutawijaya ketika berpapasan dengan dua orang di jembatan kali Kuning.
“Ooh benar Ngger…..! Babat Alas Mentaok dimulai dari jembatan ini. Dan sekarang sudah sampai di kali Tambakbaya…..!” Jawab salah seorang yang berpapasan itu.
“Adakah di antara mereka Bapa Pemanahan….?” Bertanya Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Tentu saja ada, beliau-lah yang menjadi pimpinan kami….!” Berkata orang itu lagi.
“Apakah Paman sekalian juga menjadi bagian yang membabat Alas Mentaok ini…..?” Bertanya Raden Mas Danang Sutawijaya kembali.
“Benar…..! Kami datang dari Sela untuk membangun sebuah negeri di tengah Alas Mentaok…..!” Lanjut orang itu.
“Ooh…., bagus sekali. Aku juga ingin bergabung untuk ikut babat Alas Mentaok.
” Ooh silahkan, tentu Gusti Pemanahan akan menerima dengan senang hati…..!” Berkata orang dari Sela yang akan kembali ke barak tempat istirahat mereka.
Raden Mas Danang segera bergegas mengikuti arah jalan yang telah lebar dan rata itu. Ia yakin akan bertemu dengan orang-orang yang sedang babat hutan dan terutama bertemu dengan sang ayah, Ki Pemanahan.
Dalam perjalanan Raden Mas Danang Sutawijaya kagum karena telah banyak yang dikerjakan oleh rombongan ayahnya. Dengan demikian ia yakin bahwa Alas Mentaok benar-benar akan terbuka menjadi sebuah permukiman.
Ki Pemanahan dan Ki Ageng Giring begitu gembira dengan kedatangan Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Maaf Uwa….., maaf Bapa…., Danang baru bergabung…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Aku mengerti kau pasti masih menjalani lelaku seperti ceritamu dahulu…..!” Berkata Ki Pemanahan.
“Benar Bapa…..!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Lihatlah….., mereka dengan tekat dan bersemangat tinggi membabat hutan ini…..! Hari telah menjelang petang, tetapi mereka banyak yang belum beristirahat, sebagian kecil memang telah beristirahat…..!” Sela Ki Ageng Giring.
“Sudah aku minta untuk beristirahat, namun dengan gembira mereka meneruskan pekerjaan…..!” Imbuh Ki Pemanahan.
Mereka bertiga masih berbincang tentang berbagai hal. Namun harapan besar untuk bisa mewujudkan sebuah negeri di hutan Alas Mentaok semakin tinggi.
Sementara itu, Pangeran Timur telah meninggalkan Kadipaten Demak Bintara menuju ke Madiun. Hati Pangeran Timur sesungguhnya belum rela untuk meninggalkan Demak Bintara yang damai dan tenteram. Dan kini ia harus ke Madiun yang masih bergejolak. Kadipaten-kadipaten di Sekitar Madiun pun belum sepenuhnya setia kepada pemerintahan Pajang. Tentu tugas yang berat yang harus ia hadapi.
…………….
Bersambung………
(@SUN)
Matur nuwun pak Maswo salam sehat selalu dan terus berkembang hingga nanti
Bagus jalan ceritanya…..tuntaskan sampai tamat