Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#453

penerus trah prabu brawijaya

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
453
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.

Ki Juru Martani merenung sejenak, timbul niatnya untuk membantu Adik iparnya itu dan Danang Sutawijaya dalam babat Alas Mentaok dan kemudian membangun sebuah negeri. Meskipun di Pajang ia sebagai pepatih – orang kedua setelah sang raja, namun ada tantangan yang lebih menggairahkan jika ikut babat Alas Mentaok dan merintis sebuah negeri.
Ki Juru Martani kemudian dengan pelan menyampaikan niatnya itu.
“Adi……! Aku akan mohon izin kepada Kanjeng Sultan untuk ikut menyusul ke Alas Mentaok…..!”
“Heee…., apakah itu mungkin, Kakang? Maksudku, apakah Kanjeng Sultan akan mengizinkan…..?” Bertanya Ki Pemanahan.
“Biarlah Nyi Juru yang akan aku jadikan dalih. Kakakmu perempuan itu yang ingin bergabung dengan saudara-saudaranya di Mentaok. Nanti seluruh keluargamu berangkatlah dahulu, baru kemudian kami akan menyusul….!” Berkata Ki Juru Martani.
“Baiklah Kakang…..! Tentu akan sangat membesarkan hati kami…..! Jebeng pasti akan sangat senang….!” Jawab Ki Pemanahan.
Masih beberapa saat keduanya berbincang, namun Ki Pemanahan kemudian mohon diri untuk mampir di Laweyan untuk menemui keluarganya yang belum tergabung dalam rombongan yang terdahulu. Di samping itu juga jangan sampai Kanjeng Sultan Hadiwijaya sudah tiba di Pajang. Jika Kanjeng Sultan tahu bahwa ia masih di kepatihan, tentu akan diminta untuk menghadap. Ki Pemanahan merasa lebih baik tidak menghadap Kanjeng Sultan.

Ki Pemanahan dengan berkuda segera meninggalkan kepatihan. Dengan hati yang gembira karena niat dari kakak iparnya itu untuk bergabung bersama babat Alas Mentaok.
Dengan berkuda tidak tergesa-gesa, ia menuju Manahan yang termasuk telatah Laweyan.
Nyi Pemanahan dan adik-adik Raden Mas Danang Sutawijaya memang belum sempat ikut berangkat. Dan kali ini akan dijemput beserta sanak keluarga yang lain.
Adik-adik Raden Mas Danang yang masih remaja pun belum ikut ke Alas Mentaok. Dan kesempatan nanti mereka dan para sanak saudara akan diboyong bersama. Namun demikian, mereka tidak akan dipaksa. Jika lebih memilih untuk tetap tinggal, biarlah tetap tinggal di Laweyan.

Sementara itu, Raden Mas Danang Sutawijaya telah kembali ke ringin tua.
Area tanah yang dibersihkan sudah semakin luas. Bahkan sampai di tepi sungai kecil yang airnya jernih. Namun bagi Raden Mas Danang Sutawijaya masih kurang luas. Ia menginginkan untuk diperluas lagi. Sampai saat itu belum ada satupun pohon besar yang ditebang.
Angin semilir sejuk di bawah pepohonan yang rindang membuat kerasan siapa pun yang tinggal di situ. Hal itu membuat Raden Mas Danang Sutawijaya semakin mantap untuk membangun pemukiman dan bangunan induk di area itu.

Di hari berikutnya, Raden Mas Danang Sutawijaya mulai membuat dan menanam patok-patok bambu. Patok-patok untuk menandai batas-batas bangunan maupun alun-alun seperti yang ia gambarkan.
Di luar rencana untuk alun-alun juga akan dibangun dahulu pondok-pondok sementara untuk tempat tinggal mereka yang sedang bergotongroyong itu.
Ketika Raden Mas Danang Sutawijaya sedang memasang patok-patok bersama beberapa orang, mereka dikejutkan oleh derap kaki kuda yang tidak terlalu kencang.
Sepertinya tidak hanya satu ekor kuda yang berderap ke arah ringin tua itu.
Raden Mas Danang Sutawijaya segera bangkit berdiri karena belum tahu siapa yang datang.
“Ooh Kakang Dhandhang dan Kakang Karep….!” Sapa Raden Mas Danang Sutawijaya sambil mengulurkan tangan menyambut sepupunya yang dari Laweyan.
“Mari kita ke pondok sederhana yang telah kami bangun…..!” Ajak Raden Mas Danang Sutawijaya.

Mereka kemudian ke pondok yang telah di bangun yang sedikit jauh dari ringin tua.
Setelah saling berkabar keselamatan, Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian bertanya.
“Apakah kakang hanya berdua saja….? Apakah sudah bertemu dengan Bapa Pemanahan…..?”
“Yaaa….., kami sudah bertemu Paman Pemanahan. Dan kami tidak hanya sendiri….! Ada beberapa keluarga yang bersama-sama kami termasuk bibi-bibi dan anak-anak. Mereka naik kereta bersama Paman Pemanahan. Dan kami diminta untuk mendahului untuk memberi tahu akan kedatangan mereka…….!” Berkata Ki Karep.
…………..
Bersambung……….
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *