Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
460
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Ki Prengga telah berdiri di atas panggung. Ia telah mulai menyapa mereka yang hadir dengan suara yang gandem – mantap.
Ki Prengga memang fasih mengolah kata yang kadang dibumbui canda ria. Mereka yang hadir kadang tersenyum tipis, tetapi kadang tertawa lepas.
Ki Prengga kemudian menyampaikan urutan acara yang telah disusun.
Acara yang pertama adalah doa pembukaan yang akan dipimpin oleh Kiai Kasan Kariyo. Ia seorang penghulu sejak dari Manahan.
Acara yang kedua adalah sambutan dari Ki Demang Karanglo yang mewakili penyelenggara syukuran tersebut.
Acara ketiga, pelaporan pengerjaan pembuatan jalan sejak dari jembatan kali Kuning sampai Papringan dan kemudian berbelok ke selatan. Pelaporan yang akan disampaikan oleh Ki Ageng Giring.
Acara yang keempat akan disampaikan oleh Raden Mas Danang Sutawijaya yang akan menyampaikan rencana besar pembuatan alun-alun, bangunan di sekeliling alun-alun, pendapa dan bangunan induk yang cukup besar, dan tentu juga pondok-pondok pemukiman bagi mereka yang turut babat hutan Alas Mentaok ini.
Dan yang kelima adalah syukuran dan penetapan nama untuk tempat itu. Demikian juga pengukuhan bagi Ki Pemanahan sebagai tetua dan penguasa seluruh hutan Alas Mentaok.
Dan acara yang terakhir adalah pesta andrawina bersama-sama.
Ki Prengga yang menyampaikan urutan acara tersebut.
Mereka kini tak semuanya berdiri, banyak dari mereka yang duduk-duduk di tanah kering tetapi bersih.
Dua orang tamu Raden Mas Danang Sutawijaya yang terdahulu heran, namun juga beruntung bisa mengikuti acara yang sangat penting ini.
Ki Demang Karanglo tengah menyampaikan selamat datang kepada seluruh yang hadir di tempat itu. Orang-orang yang rela bergotong royong dari berbagai asal. Ki Demang Karanglo sempat menyebutkan masing-masing asal mereka. Ada yang dari Pengging, ada yang dari Sela, ada yang dari Laweyan, ada yang dari Sada pegunungan Sewu, ada yang dari Taji, ada yang dari Karanglo sendiri. Dan masih dalam perjalanan keluarga kepatihan Pajang.
Mereka yang datang sekarang inilah yang akan menjadi cikal bakal penghuni Alas Mentaok ini.
“Pengorbanan saudara-saudaraku sangat-lah besar…..!” Berkata Ki Demang Karanglo mengakhiri sambutannya.
Ki Prengga kemudian mengajak mereka semua untuk bertepuk tangan.
Tepuk tangan pun menggema di bawah pohon beringin tua itu.
“Kita yakin bahwa pengorbanan kita tidak akan sia-sia…..!” Ki Prengga menegaskan.
Kesempatan berikutnya sambutan dari Ki Ageng Giring.
Ki Ageng Giring membuka kembali ketika dimulainya membuat jembatan di kali Kuning.
“Lihatlah…..! Sepertinya hal yang mustahil bahwa kita telah berhasil melebarkan jembatan dan jalan dari Karanglo sampai Papringan. Dan kemudian dari Papringan berbelok ke arah selatan. Tak lama lagi jalan itu akan tembus ke tempat ini…..!” Berkata Ki Ageng Giring.
Tepuk tangan kembali menggema di bawah beringin tua itu. Mereka baru menyadari bahwa gotongroyong mereka tidak sia-sia. Jembatan dan jalan sudah terwujud. Mereka berbesar hati dan bertekad untuk melanjutkannya.
Raden Mas Danang Sutawijaya yang naik panggung kemudian, kemudian menyampaikan gagasan besarnya. Gagasan itu sengaja disampaikan oleh Raden Mas Danang Sutawijaya agar mereka semakin giat dan semangat untuk mewujudkan impiannya.
“Beringin tua ini akan menjadi pusat dari pemukiman kita. Pohon ini akan berada di tengah alun-alun…..!”
Tepuk tangan kembali menggema.
“Di sekeliling alun-alun ini akan kita bangun bangsal-bangsal……!”
Kembali tepuk tangan menggema.
“Sedikit di belakang bangsal-bangsal itu akan kita bangun pemukiman bagi kalian semua…..!”
Tepuk tangan semakin menggema.
“Dan pemukiman itulah bangunan yang akan lebih didahulukan….!” Lanjut Raden Mas Danang Sutawijaya.
Tepuk tangan pun semakin menggema dan panjang.
Mereka merasa diperhatikan karena pemukiman bagi mereka akan didahulukan.
…………..
Bersambung…………
(@SUN)
Ada yang baru setiap hari.