Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#608

penerus trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(608)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.

Mereka yang tak bernyali pasti bergidik bulu kuduknya mendengar tertawa dari Nyi Singa Dangsa. Tertawa yang tak ubahnya seperti ringkik iblis betina, karena dilambari dengan ilmunya yang tinggi.
“Hi hi hi hi hi hi hi……! Ayo ke luar ke halaman anak muda…..! Hi hi hi hi hi hi hi…..!” Tantang Nyi Singa Dangsa yang langsung mendahului Raden Mas Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya tak mungkin menghindar dari tantangan itu. Ia pun kemudian melangkah tegap ke luar dari pendapa sambil berkata;
“Maaf Ki Singa…..! Aku layani istrimu. Kau boleh membantu jika ia mengalami kesulitan…..!”
“Gila…..! Itu tidak mungkin…..! Jangan sombong kau anak muda…..!” Berkata Ki Singa Dangsa dengan keras.

Mereka semua kemudian mengikuti keluar dari pendapa. Namun betapa terkejutnya mereka yang datang bersama Ki Demang Mungkid. Di luar telah banyak orang yang mengepung halaman pendapa itu. Mereka semua bersenjata telanjang yang siap menerkam lawan. Dalam keadaan seperti itu mustahil seseorang akan bisa lolos dari kepungan. Kepungan yang berlapis-lapis melingkari halaman itu.
“Hi hi hi hi hi……! Kepung semua, jangan sampai ada yang polos….! Hi hi hi hi hi hi hi…..!” Teriak Nyi Singa Dangsa yang telah berdiri di tengah halaman yang cukup luas itu.
Ki Jagabaya mengepalkan tangannya menahan marah oleh tingkah Nyi Singa Dangsa. Seandainya ia yang ditantang oleh wanita itu, ia pun tidak akan mengelak. Demikian pula Ki Demang Mungkid, walau ia tidak menampakkan kemarahannya, namun penghinaan dari Nyi Singa Dangsa tersebut harus dihentikan. Jika nanti Raden Mas Danang Sutawijaya mengalami kesulitan, ia pun siap terjun ke gelanggang.
Yang tergetar hatinya adalah para murid dari perguruan Kaliangkrik. Mereka telah mengalami betapa ganasnya orang-orang dari perguruan Bukit Tidar itu. Seandainya orang banyak itu tahu bahwa mereka dari perguruan Kaliangkrik pasti sudah dibantai beramai-ramai. Namun mereka pun ikut melangkah keluar mengikuti Raden Mas Danang Sutawijaya.

Kini Nyi Singa Dangsa telah berdiri di tengah halaman dengan kain yang disingsingkan. Ia telah memakai celana sebatas di atas lutut yang memungkinkan untuk leluasa bergerak.
Kedua telapak tangan dan jari-jarinya telah diselubungi sarung tangan baja. Sepuluh jarinya menjadi tampak jauh lebih panjang dengan ujung yang runcing. Ujung-ujung kuku baja yang telah direndam warangan yang tajam. Seseorang yang tergores tipis sekalipun tak akan mampu bertahan dari tajamnya racun warangan. Ujung kuku baja itu telah banyak memakan korban selama dalam petualangannya.
Sarung tangan baja itu juga bisa untuk bertahan. Bahkan pedang ataupun keris mampu ditahan dengan sarung tangan baja itu dan kemudian direbutnya.
Ki Singa Dangsa senang jika sudah menyaksikan istrinya itu bertarung. Selama ini ia selalu bisa melumpuhkan lawan-lawan lelaki yang jauh lebih besar. Dan kini Ki Singa Dangsa ingin menyaksikan si pembunuh Harya Penangsang itu kejang-kejang tergores ujung kuku baja istrinya. Bahkan istrinya itu biasa akan merobek-robek lawannya dan kemudian menghisap darahnya.
Para murid perguruan Bukit Tidar juga ingin melihat kembali pertunjukan yang sering mereka saksikan jika Nyi Singa Dangsa sudah turun ke gelanggang. Mungkin semua tamunya itu akan dibantai di halaman itu.
Para murid dari perguruan Kaliangkrik memang pernah mendengar cerita itu namun belum pernah menyaksikannya. Mereka membayangkan bahwa mereka bisa saja menjadi korbannya. Karena dalam keadaan seperti itu mereka tidak mungkin bisa melarikan diri seperti di Kaliangkrik dahulu.
“Hi hi hi hi hi……! Kalau takut silahkan bertekuk lutut di hadapanku tanpa aku harus menyiksamu…..! Hi hi hi hi hi……!” Sesumbar Nyi Singa Dangsa.
Namun Raden Mas Danang Sutawijaya melangkah tenang ke tengah halaman tanpa senjata apa pun.
……………..
Bersambung……….
(@SUN-aryo)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *