Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#158

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)


Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Pangeran Fatahillah banyak memberikan gambaran tentang benteng pertahanan pasukan Portugis. Pasukan itu memang kuat dan prajuritnya banyak, namun terpusat di dalam benteng. Benteng itu tak jauh dari bandar laut yang berjejer kapal-kapal yang siap berlabuh. Namun kapal-kapal itu telah dilengkapi dengan persenjataan lontar api yang kecepatannya bagai kilat. Senjata itu sulit untuk ditandingi dengan tombak dan pedang.
Sultan Trenggono, Pangeran Fatahillah dan para petinggi dari kadipaten serta para senopati itu kemudian berembug bagaimana cara yang paling baik untuk menyerbu benteng pertahanan Portugis tersebut. Namun yang pasti, jumlah prajurit dari pasukan gabungan itu jauh lebih banyak dari prajurit yang berada dalam benteng.
“Kita kepung dari segala penjuru…..!” kata seorang senopati dari Cirebon.
“Kita siapkan senjata panah api sebanyak-banyaknya…..!” usul seorang senopati dari Tegal.
“Yaaa….! Kita hujani panah api dari segala penjuru…..! Benteng itu kita bakar…..!” sahut yang lain.
“Panah api itu kita balut dengan kain berminyak buah jarak….!” imbuh yang lain.
Sultan Trenggono dan Pangeran Fatahillah kemudian memutuskan untuk menyerbu benteng pertahanan pasukan Portugis itu dengan lontaran anak panah api yang dibalut dengan kain yang basah oleh minyak buah jarak. Namun pasukan itu juga didukung oleh pasukan yang bersenjatakan berbagai jenis yang siap menyerbu berhadapan langsung. Tetapi juga dilengkapi dengan pasukan panah tajam yang siap menyerang musuh.
Pangeran Fatahillah harus mengerahkan prajurit Sunda Kelapa untuk mencari minyak buah jarak dan kain bekas sebanyak-banyaknya. Benteng Portugis harus dibakar habis. Pasukan yang berada di dalam benteng pasti akan berhamburan keluar, dan saat itu pasukan panah dan lembing akan ambil peran.
Sultan Trenggono dan Pangeran Fatahillah beserta para pimpinan pasukan segera mematangkan rencana itu.

Sementara itu di Sela, Ki Ageng Sela yang sudah sepuh tetap telaten membimbing para muridnya untuk mendalami ilmu. Mereka yang paling dewasa adalah Mas Juru yang lebih menguasai ilmu pengetahuan dan ilmu Pemerintahan. Kemudian Mas Manahan yang menguasai gelar-gelar perang. Ada lagi seorang murid yang sedang pulang ke tempat tinggalnya di pantai utara. Ia lebih muda dari Mas Manahan, dialah Mas Panjawi, ia lebih mendalami olah kanuragan dan jayakasantikan. Kemudian Mas Karebet yang jauh lebih muda dari mereka. Namun Mas Karebet atau Jaka Tingkir begitu mudah menangkap setiap ajaran yang disampaikan oleh sang guru. Ilmu pengetahuan, ilmu pemerintahan, ilmu kanuragan dan ilmu jayakasantikan dipelajari dengan tekun oleh Jaka Tingkir.
Atas izin dari Ki Ageng Sela, Jaka Tingkir juga berguru kepada seorang ulama untuk memperdalam ilmu agama yang ia anut.
Jaka Tingkir akan berkembang menjadi seorang perjaka yang mumpuni dalam berbagai bidang.
Ki Ageng Sela juga berpendapat, Jaka Tingkir harus mendapat kesempatan untuk menjadi seorang prajurit. Dengan cara itu, kemampuannya akan bisa dipersembahkan kepada negerinya. Ki Ageng Sela menilai, Jaka Tingkir yang masih muda itu tidak akan kalah dibandingkan dengan seorang lurah prajurit sekalipun.
Mas Juru, Mas Manahan dan Mas Panjawi ikut menggembleng Mas Karebet.
Mas Karebet atau Jaka Tingkir telah berkembang menjadi seorang remaja yang tangguh dan kuat, cerdas dan tangkas.
Tak lupa, Jaka Tingkir juga sering kembali ke Pengging untuk menengok sang ayah, Ki Ageng Pengging Anom. Ki Ageng Pengging Anom memang telah bersahabat lama dengan Ki Ageng Sela. Ia sangat gembira karena putranya mau menimba ilmu kepada seorang guru yang sungguh mumpuni dan berbudi luhur.
Ki Ageng Pengging berharap, suatu saat Mas Karebet bersedia untuk meneruskan memimpin pemerintah di Kadipaten Pengging.
Ki Ageng Pengging juga berharap agar putranya itu bisa bertemu dengan pamannya, Ki Kebo Kanigara yang jarang pulang ke Pengging. Ki Kebo Kanigara memang gemar berpeluang, bahkan ketika usia sudah tidak muda lagi.
……………..
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Tuntutlah ilmu selagi masih mampu.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *