Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#110

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Sengara.

Anak-anak itu mencegat dari berbagai arah, namun Pemancing itu selalu bisa berkelit. Bahkan suatu saat anak-anak itu mengepung lingkaran penuh. Anak-anak terkejut dan heran ketika Pemancing itu meloncat dan bergelantungan di dahan pohon ketepeng.
“Simbah curang….! turun Mbah…..!” teriak anak yang pemberani.
“Ayo naik, tangkap kepis ini…..!” teriak Pemancing itu menggoda.
“Turun Mbaaah…..!” teriak anak-anak.
Namun tak disangka-sangka, Pemancing itu meluncur turun dan jatuh berdiri di luar lingkaran anak-anak itu.
“Ayo kejar aku…..!” teriak Pemancing itu sambil berlari seakan tertatih-tatih.
Anak yang paling besar dan anak yang tadi menantang Jaka Sengara pun bergegas mengejarnya. Hampir saja anak yang menantang Jaka Sengara menggapai kepis, namun Pemancing itu berkelit dan berlari lagi. Demikian pula anak yang paling besar, hampir saja menangkap kepis, namun dikelelitkan oleh Pemancing itu dan ia pun gagal. Anak-anak yang lain ikut mengejar di belakang mereka. Mereka terus menguber Pemancing itu, namun satu-persatu anak-anak itu kelelahan. Satu persatu pula mereka kemudian duduk di rerumputan dengan nafas terengah-engah. Namun Pemancing yang seakan tertatih-tatih itu masih menggoda untuk dikejar. Kini tinggal tiga anak yang mengejarnya, mereka adalah anak yang paling besar, anak yang menantang Jaka Sengara dan Jaka Sengara sendiri. Pemancing itu pun seakan terengah-engah agar anak-anak itu terus mengejarnya. Tetapi akhirnya anak yang menantang Jaka Sengara pun kelelahan dan kemudian duduk di bawah pohon. Dan kemudian disusul oleh anak yang paling besar juga terduduk di rerumputan dengan nafas terengah-engah. Kini tinggal Jaka Sengara seorang diri. Jaka Sengara terus mengejar Pemancing itu. Pemancing bercaping lebar itu pun kagum kepada Jaka Sengara yang memiliki nafas yang panjang dan daya tahan yang kuat. Bukan kebetulan jika Jaka Sengara mampu memenangkan lomba menyelam.
Beberapa saat kemudian, Pemancing itu tahu bahwa Jaka Sengara pun sudah kelelahan. Dan ia tak ingin mengecewakan anak itu. Maka tiba-tiba ia meloncat ke atas dahan, namun seakan tidak disengaja kepis itu jatuh di depan Jaka Sengara. Maka dengan sisa tenaganya, Jaka Sengara mengambil kepis itu.
“Kena Mbah…..! Aku dapat….!” kata Jaka Sengara dengan terengah-engah.
“Ya ya……! kau pemenangnya…..!” kata Pemancing itu.
Anak-anak pun bertepuk tangan riuh ketika tahu bahwa Jaka Sengara telah bisa memegang kepis dan memenangkan perlombaan. Mereka, anak-anak itu kini tidak iri kepada Jaka Sengara karena tahu bahwa dialah pemenangnya.

Sementara itu, di laut selat Malaka terjadi pertempuran laut yang kurang seimbang. Pasukan penyerbu memang jumlahnya jauh lebih banyak dari pasukan Portugis. Namun para penyerbu tidak menduga bahwa lawan menggunakan senjata lontar yang bisa meledak dan membakar ketika menghantam kapal lawan. Beberapa kapal penyerbu telah meledak dan terbakar, para prajurit yang berada dalam kapal-kapal itu pun ikut hangus terbakar. Para penyerbu sudah menyiapkan panah api yang bisa membakar kapal lawan. Namun jarak jangkau panah api itu kalah dengan senjata lontar milik lawan. Maka kapal penyerbu telah banyak yang menjadi korban. Pangeran Pati Unus menyadari keadaan itu. Terlalu sulit bagi pasukannya untuk mendekati lawan. Sebaliknya, lawan lebih leluasa melontarkan serangan. Kapal yang dinaiki oleh Pangeran Pati Unus telah terpisah dengan kapal yang dinaiki oleh Pangeran Bayaputih. Ia belum tahu nasib dari saudaranya itu. Kobaran api dan kepulan asap terlihat di beberapa titik di lautan lepas itu. Pangeran Pati Unus geram karena ia tahu bahwa kobaran api dan kepulan asap itu berasal dari kapal-kapal pasukannya.
“Tarik mundur…….!” perintah Pangeran Pati Unus.
Pangeran Pati Unus sama sekali tidak menduga akan mendapat perlawanan yang sedemikian gencar dengan senjata lontar yang menggelegar yang menggetarkan setiap dada para prajuritnya.
…………..
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Untuk maju ke medan laga, disamping mengetahui kekuatannya sendiri, juga harus mengetahui kekuatan lawan.”
(@SUN)

**Kunjungi web stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *