Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#111

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Sengara.

Menurut perkiraan Pangeran Pati Unus, korban paling banyak adalah pasukan perahu yang dipimpin oleh Pangeran Baya putih. Pasukan pimpinan Pangeran Bayaputih memang berada di barisan depan karena memang lebih berpengalaman. Namun akibatnya adalah pasukan itu yang mendapat berondongan senjata lontar yang bisa meledakkan kapal dan membakarnya. Pangeran Pati Unus belum mendapat kabar tentang nasib saudaranya lain ibu, Pangeran Bayaputih. Ia pun tidak melihat kapal dengan bendera bergambar buaya putih, kapal yang dipimpin oleh Pangeran Bayaputih.
Menyaksikan kepulan asap dari beberapa kapal di barisan depan itu, Pangeran Pati Unus memutuskan untuk menarik mundur, mundur bukan berarti kalah. Pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Pati Unus telah kehilangan dua buah kapalnya beserta para prajuritnya. Pangeran Pati Unus tidak ingin kehilangan kapal beserta para prajuritnya lebih banyak lagi.
Dalam kesempatan berikutnya ia akan memimpin kembali pasukannya dengan persiapan yang lebih matang untuk mengusir bangsa kulit putih itu.

Pangeran Pati Unus beserta pasukannya telah sampai di Demak Bintara. Namun kedatangan putra mahkota beserta pasukannya itu disambut suasana duka. Saat itu Sang Sultan sedang menderita sakit. Sakit Sang Sultan belum ada juru sembuh yang mampu mengobatinya.
Sang Sultan yang menerima kabar bahwa sang putra mahkota, Pangeran Pati Unus dan pasukannya belum berhasil mengusir bangsa kulit putih menjadi semakin bersedih. Sang Sultan menjadi semakin berduka karena belum jelasnya nasib dari putranya yang lain, Pangeran Bayaputih.
Pangeran Pati Unus kemudian dianugerahi gelar Pangeran Sabrang Lor. Sabrang artinya menyeberang dan lor artinya utara. Pangeran Pati Unus yang pernah menyeberang ke utara untuk mengusir bangsa kulit putih.
Sakitnya Sang Sultan sepertinya semakin parah, oleh karena itu, ia bermaksud ingin lengser keprabon.
Dalam keadaan sakit itu, Sang Sultan menyerahkan tahta kerajaan Demak Bintara kepada Pangeran Pati Unus, karena dialah sang putra mahkota. Para ulama pun telah memberi restu kepada Pangeran Pati Unus untuk menggantikan sang ayah sebagai raja yang kedua di keraton Demak Bintara. Demikian pula para sentana kerajaan menerima Pangeran Pati Unus sebagai raja Demak Bintara menggantikan sang ayah. Sultan Pati Unus didampingi oleh adik iparnya yang bijak dan berilmu tinggi pula, dia adalah Raden Trenggono. Hadir pula saat itu saudara ipar yang lain yang menjadi petinggi di telatah Kalimantan, dia adalah Pangeran Samodra. Pangeran Samodra adalah seorang pelaut ulung, dia pun memiliki pasukan laut yang handal.
Sultan Pati Unus telah berembug dengan Pangeran Samodra bahwa pada suatu saat akan kembali menyerbu Semenanjung Malaka untuk mengusir bangsa kulit putih.

Sementara itu, dalam percepatan kisah, Jaka Sengara telah berusia dua belas tahun. Ia telah berkembang menjadi seorang remaja yang kokoh kuat. Namun sang ibu, Gendhuk Jinten selalu khawatir, karena Jaka Sengara sering meninggalkan rumah sampai tengah malam dan ia tidak pernah memberi tahu kepergiannya untuk keperluan apa. Demikian pula Ki Demang Pengging yang telah semakin renta tak mampu mengawasi Jaka Sengara.

Cerita kilas baliknya adalah, Pemancing bercaping besar beberapa tahun yang lalu itu berhasil memikat Jaka Sengara untuk selalu datang di tengah hutan yang tak pernah dirambah oleh orang-orang Pengging. Di tengah hutan itu Jaka Sengara digembleng ilmu kanuragan dan ilmu jayakawijayan. Ilmu yang diajarkan oleh Pemancing bercaping lebar itu tentunya sesuai dengan umur dari Jaka Sengara.
Jaka Sengara senang mendapat ilmu dari orang yang tidak ia ketahui namanya sampai saat ini. Jaka Sengara cukup memanggil dengan sebutan embah kepada orang yang mengajarkan ilmu itu. Orang yang selalu bercaping lebar itu juga tidak ingin diketahui siapa dia sebenarnya. Bahkan ia selalu berpesan kepada Jaka Sengara agar jangan sampai ada orang yang tahu tempat di tengah hutan itu. Orang bercaping lebar itu selalu berpesan, jika sampai ada orang yang mengetahuinya, maka pengajaran ilmunya akan dihentikan.
…………
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Pati Unus adalah pejuang sejati yang tetap bertekad untuk mengusir bangsa kulit putih.”
(@SUN-aryo)

**Kunjungi stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

2 thoughts on “Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#111

  1. Lakshmi Marijanto 19/10/2022 at 00:19

    Raden Tranggono apa bukannya putra Raden Patah juga, pak? Maaf kalau saya salah

    Balas
    1. Sutanto Prabowo 19/10/2022 at 05:29

      Raden Tranggono itu Putra Mantu

      Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *