Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#96

gendhuk jinten

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.

Gendhuk Jinten.

Bayaputih tidak perlu lewat seberang sungai, tetapi lewat jalan biasa dan akan langsung menuju ke tepian sungai untuk menemui Gendhuk Jinten.

Sementara itu, Gendhuk Jinten dan inang yang membantu sudah berada di tepian sungai untuk mencuci dan berbersih diri.
Gendhuk Jinten tidak tergesa-gesa, karena sudah ada yang membantu pekerjaan yang sebelumnya ia kerjakan bersama sang ayah. Yang mengurusi sayur mayur sudah ada, yang mengurusi hewan piaraan dan kolam ikan juga sudah ada. Bahkan yang mengurusi kebun buah pun sudah ada pula.
Ki Demang sungguh-sungguh perhatian terhadap kegiatan yang telah dirintis dan dikembangkan oleh Ki Tanu. Bahkan Ki Demang akan mengembangkan sampai di seberang sungai yang lahannya cukup luas. Ki Demang berencana untuk melibatkan banyak warga kademangan sehingga kawasan itu semakin berkembang dan menambah kesejahteraan warga kademangan. Ia percaya bahwa Gendhuk Jinten tidak ingin mencari keuntungan dari kawasan itu.

Bayaputih tertegun ketika benar-benar telah sampai di tepian sungai dan melihat dari dekat Gendhuk Jinten yang sedang berbasah-basah. Beruntungnya, Gendhuk Jinten belum menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikannya. Bayaputih justru berhenti karena detak jantungnya berdebar-debar. Semakin berdebar ketika memperhatikan perut Gendhuk Jinten yang membuncit.
Walaupun sebelumnya Bayaputih telah direncanakan, namun ada kebimbangan pula. Tetapi Bayaputih tidak bisa mengelak ketika mbok inang menoleh kepadanya dan menegurnya.
“Eeee……., tidak pantas melihat orang mandi, apalagi seorang lelaki….!” tegur Mbok Inang.
Gendhuk Jinten pun terkejut ketika tahu ada seorang lelaki yang memperhatikannya. Ia pun segera membenahi pakaiannya yang melilit tubuhnya.
“Ooh…., maaf Mbok…..! Aku ingin bertemu dengan Gendhuk Jinten barang sejenak…..!” kata Bayaputih.
“Siapa kau…..? Tidak pantas seorang lelaki menemui seorang wanita di tepi sungai, apalagi sedang mandi….! Tunggu nanti di pondok….!” kata Mbok Inang.
“Aku sangat tergesa-gesa, Mbok. Dan ada sesuatu yang sangat penting yang harus aku katakan sebelum aku pergi…..! Benar Mbok, sangat penting bagi Nini Gendhuk Jinten terutama anak yang ada dalam kandungan itu…..!” kata Bayaputih.
Gendhuk Jinten-lah yang berdebar-debar karena kata orang itu bahwa yang akan dikatakan menyangkut dirinya dan bayi yang ada dalam kandungannya.
Gendhuk Jinten sempat memperhatikan orang yang datang itu. Sekilas orang itu berbeda dengan orang-orang kademangan Pengging pada umumnya. Ia berkulit lebih kuning, hidung sedikit mancung dan yang lebih berbeda adalah matanya yang lebih sipit.
“Bagaimana Nini…..?” bisik Mbok Inang kepada Gendhuk Jinten membuyarkan lamunan Gendhuk Jinten.
“Aku tidak kenal orang itu, namun sepertinya ada hal yang penting yang akan dikatakannya…..!” kata Gendhuk Jinten.
“Yaaa…., benar…., sangat penting….!” Bayaputih-lah yang menyahut.
“Apakah harus sekarang, Kisanak…..!” tanya Gendhuk Jinten.
“Yaaa…..! hanya beberapa kata saja, setelah itu aku akan pergi dan tidak tahu apakah akan kembali atau tidak….!” kata Bayaputih.
“Katakanlah……!” kata Gendhuk Jinten yang juga penasaran.
Bayaputih menghela nafas panjang untuk menata kata-kata yang akan disampaikan agar tidak salah dimengerti oleh Gendhuk Jinten.
Dengan kata-kata yang jelas dan tegas, Bayaputih menyampaikan maksudnya.
“Perkenalkan dahulu, namaku Bayaputih, aku seorang pangeran dari negeri seberang…..!” kata Bayaputih yang kemudian berhenti sejenak. Ia tidak mengatakan sebagai pangeran Demak.
“Aku berharap, tidak ada yang menyalahkan siapa-siapa, bukan Ki Tanu, bukan Nini Gendhuk Jinten yang bersalah, tetapi aku yang bersalah…..!” kata Bayaputih.
Gendhuk Jinten dan Mbok Inang belum tahu arah perkataan orang yang mengaku bernama Bayaputih itu.
“Nini…..! Akulah yang datang ke tempat ini beberapa bulan yang lalu. Saat itu Nini Gendhuk Jinten sedang tertidur di bawah pohon nyamplung itu seorang diri…..!” Bayaputih berhenti sejenak.
……………
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Berkata berterus terang akan membuat beban menjadi ringan dan beroleh kelegaan.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *