Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(183)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Alun-alun pungkuran memang tidak seluas alun-alun depan. Namun alun-alun pungkuran lebih rindang dan tertutup untuk kawula pada umumnya.
Tempat itu biasa untuk gladi perang dan kegiatan lain untuk kalangan dalam. Di alun-alun itu juga terdapat peralatan latihan bagi para prajurit. Ada arena untuk belajar memanah, lempar lembing, halang rintang, loncat jauh maupun loncat tinggi, ada pula ayunan dan titihan, bahkan ada pula lintasan untuk lari, baik jarak dekat maupun jarak jauh.
“Inilah peralatan yang besuk bisa untuk mendadar mereka. Kau tidak asing, di padepokan Sela pasti juga ada…..!” Kata senopati Brajamusti.
“Ya ada, namun sangat sederhana…..!” Jawab Jaka Tingkir.
“Yang penting kegunaannya……!” Jawab senopati Brajamusti.
Jaka Tingkir telah kembali ke pondok Ki Ganjur. Setelah berbersih diri dan melaksanakan kewajiban agamanya, Jaka Tingkir sempat berbincang panjang lebar dengan Ki Ganjur.
“Kau telah mendapat kepercayaan yang tinggi dari Kanjeng Sultan. Kau harus mampu mengemban tugas yang tidak ringan itu. Ingat yang akan kau hadapi adalah orang-orang dari berbagai latar belakang……!” Nasehat Ki Ganjur.
“Baik Paman, mohon restunya…..!” Jawab Jaka Tingkir.
Malam itu Jaka Tingkir tidak segera bisa tidur. Ia masih membayangkan apa saja yang mesti ia lakukan. Ia sendiri belum pernah menjadi prajurit atau pun akrab dengan dunia keprajuritan. Namun kini ia dipercaya untuk menguji para calon prajurit.
Jaka Tingkir ingat akan petuah dari Ki Ageng Sela bahwa kemampuan tubuh seseorang itu ditentukan oleh kemampuan tubuh dalam hal; kecepatan, ketahanan, kelincahan, keseimbangan, kekuatan, ketepatan, seberapa tinggi dan jauh ia meloncat dan juga keuletan.
“Besuk akan aku uji kecepatan dan ketahanan mereka. Kalau waktu cukup, juga akan aku uji keseimbangan mereka…..!” Batin Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir juga berencana untuk minta bantuan tiga orang prajurit yang bisa mencatat nilai dari para calon prajurit.
Namun akhirnya Jaka Tingkir bisa terlelap tidur.
Sebelum matahari muncul dari balik cakrawala, Jaka Tingkir telah sampai di alun-alun pungkuran. Ia tak ingin keduluan para calon prajurit yang akan mengikuti pendadaran. Ia berjalan-jalan sambil memeriksa perlengkapan yang akan dipergunakan nantinya.
Beberapa saat kemudian, para prajurit yang diperbantukan telah datang pula. Mereka ditemui oleh Jaka Tingkir untuk membantu mencatat hasil pendadaran dari masing-masing calon prajurit.
Ketika matahari telah naik sejengkal, terlihat iring-iringan calon prajurit berbaris rapi menuju ke tengah alun-alun pungkuran. Mereka diiringi oleh dua orang prajurit. Mereka lebih dari dua ratus calon prajurit.
Sejenak kemudian telah hadir pula senopati Brajamusti.
Senopati Brajamusti kemudian memberikan sesorah panjang lebar tentang pendadaran itu. Ia kemudian juga memperkenalkan lurah wira tamtama yang akan memimpin pendadaran itu. “Namanya adalah Jaka Tingkir……!” Kata senopati Brajamusti.
Terdengar bergeremang para calon prajurit mengulangi nama Jaka Tingkir.
“Hee…., masih terlalu muda……! Apa yang bisa ia perbuat…..?” celetuk salah seorang calon prajurit.
“Benar……, masih terlalu muda…..!” sahut calon prajurit di sebelahnya.
“Diam……!” Tiba-tiba senopati Brajamusti berteriak lantang.
Mereka pun terdiam seketika.
“Laksanakan seluruh perintah dari lurah wira tamtama. Ia adalah kepanjangan tanganku di lapangan……!” Lanjut senopati Brajamusti.
“Ki Lurah wira tamtama, laksanakan segala rencana yang telah kita susun……!” Perintah senopati Brajamusti kepada Jaka Tingkir.
“Siap laksanakan, gusti senopati……!” Kata Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir tidak perlu sesorah lagi, karena yang disampaikan oleh senopati Brajamusti sudah panjang lebar dan jelas.
“Semuanya mengikuti aku berlari mengelilingi alun-alun ini…..!” Perintah Jaka Tingkir yang ingin mengetahui ketahanan dari para calon prajurit itu.
…………….
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Seorang pimpinan tetaplah seorang pemimpin, walaupun ia masih berusia muda.”
(@SUN).
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.