Penerus Trah Prabu Brawijaya-Ki Ageng Pengging Anom-Part#150

penerus trah prabu brawijaya

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Ki Ageng Pengging Anom.

Namun jumlah pasukan Demak Bintara secara keseluruhan memang lebih banyak dari pasukan Majapahit. Sayap gelar itu segera mendapat bala bantuan dari para prajurit Demak Bintara yang belum mendapat lawan atau pun yang telah kehilangan lawan.
“Kami berdua akan bergabung membantu sang senopati……!” kata seorang prajurit Demak Bintara kepada senopati Adipati Lasem yang terdesak oleh gempuran dua orang lawannya.
“Ayo agar kita cepat melumpuhkan pasukan lawan……!” kata senopati Adipati Lasem yang tidak menolak bantuan.

Kini gantian senopati Glagah Curing dan seorang senopati pengapitnya yang harus menghadapi senopati Adipati Lasem berserta dua orang prajurit Demak Bintara. Dua orang prajurit pilihan dari Demak Bintara itu segera melibas senopati pengapit dari pasukan sayap Majapahit. Dua orang prajurit Demak Bintara itu berpasangan bermain pedang cukup serasi saling mengisi. Senopati pengapit sayap pasukan Majapahit itu pun segera terdesak. Keduanya menyerang dari arah yang berlawanan. Ketika salah seorang sedang menangkis serangan lawan, yang lainnya segera melibas dengan serangan dari arah yang berlawanan. Sebuah goresan panjang menganga di punggung senopati dari Majapahit. Baju yang ia kenakan tak mampu menahan tajamnya pedang lawan. Ketika ia sedang mengaduh menahan sakit, lawan yang seorang lagi telah menusukan ujung pedangnya di lambung kirinya. Ia terhuyung dan kemudian terjerembab di rerumputan hutan. Darah kembali tercurah membasahi ibu pertiwi.
Hampir berbarengan, senopati Glagah Curing yang melawan senopati Adipati Lasem seorang diri juga terhuyung dan kemudian jatuh terlentang. Darah segar seorang senopati Majapahit yang tangguh telah muncrat, pakaian sang senopati telah berubah menjadi merah basah. Dada kirinya telah tertembus pedang senopati Adipati Lasem. Mungkin sekali pedang itu telah tembus ke jantung, karena senopati Glagah Curing tak mampu bangkit kembali, gugur membela tanah tumpah darah.
Para murid perguruan pencak yang banyak di sayap gelar ini juga tak sedikit yang gugur. Banyak pula yang terluka, dan yang masih bugar memilih untuk ikut melarikan diri. Bahkan guru mereka pun ikut mundur pula.
Arena pertempuran di tempat itu telah terhenti. Banyak prajurit Majapahit yang gugur, dan tak sedikit pula yang mengerang kesakitan tak mampu melarikan diri. Sedangkan yang lain lari masuk hutan atau kembali ke kota raja. Senopati Adipati Lasem pun tidak memerintahkan untuk mengejar para prajurit Majapahit yang melarikan diri. Namun Adipati Lasem justru meminta para prajuritnya untuk menolong para prajurit Majapahit yang terluka. Dan mereka juga menolong beberapa prajurit Demak Bintara yang terluka pula. Bahkan ada satu dua prajurit Demak Bintara yang gugur juga. Para prajurit yang merangkap sebagai tabib itu tak membedakan kawan atau lawan. Siapa pun yang perlu pertolongan pasti ditolong. Bahkan senopati Adipati Lasem sendiri ikut menolong para prajuritnya yang terluka. Di arena ini, walau pasukan Demak Bintara unggul dalam pertempuran, namun tidak ada sorak sorai.

Sementara itu, pasukan Adipati Girindhawardana di induk gelar sangat berat untuk bertahan dari gempuran pasukan lawan. Pasukan lawan bagai air bah menerjang. Sang Adipati hanya bisa menarik mundur pasukannya. Senopati agung Adipati Bagelen belum sempat berhadapan langsung dengan senopati agung pasukan Majapahit, Adipati Girindhawardana. Namun pasukannya yang besar dan kuat yang terdiri dari para prajurit pilihan dari berbagai Kadipaten di bang kulon dan bang tengah telah berhasil mendesak pasukan lawan. Bahkan mundurnya pasukan Majapahit telah sampai di pemukiman warga. Namun warga di daerah itu telah mengungsi ke tempat yang dianggapnya aman.
Senopati agung Adipati Bagelen melarang para prajuritnya untuk memasuki rumah-rumah warga. Dan juga menghentikan pengejaran terhadap pasukan Majapahit. Ia juga tak berniat untuk menangkap Adipati Girindhawardana.

Sementara itu, matahari telah jauh condong ke barat. Kanjeng Sultan Trenggono memerintahkan seluruh pasukan untuk menghentikan pertempuran. Hari itu pasukan Demak Bintara unggul sepenuhnya atas pasukan Majapahit.
…………..
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Para tabib dan para juru sembuh tak akan membedakan kawan atau lawan untuk menolong.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *