Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1129

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1129
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.

Setelah senjata lawan terpental, yang terdengar adalah jerit pilu. Senjata luwuk di tangan Ki Dadung Luwuk menghujam di dada lawannya. Hampir tak pernah ada lawan Ki Dadung Luwuk yang mampu bertahan untuk waktu yang lama. Dalam beberapa kejap lawan banyak yang telah terkapar dan tak mampu bangkit kembali. Namun para prajurit Mataram dari kesatuan lain segera berdatangan, dan yang datang semakin banyak dari beberapa arah.
“Ayo kepung para penyerang licik…..!” Teriak Nyi Gadung Wangi yang melengking tinggi yang dilandasi dengan ilmunya dan kemarahan. Ia yang merasa sangat bertanggungjawab atas keselamatan para pelaksana di dapur.
Para penyerang yang dipimpin oleh Kanjeng Adipati Demak sendiri itu menyadari. Lengkingan suara perempuan itu tentu dilandasi dengan ilmunya yang tinggi. Dan tentu saja ia pasti memiliki ilmu yang tinggi pula. Jika mereka yang datang adalah orang-orang yang berilmu tinggi tentu sangat berbahaya bagi para penyerang itu. Ki Patih Gending yang berada tak jauh dari Kanjeng Adipati Demak segera memberi aba-aba agar mereka mundur. Sejenak kemudian, para petinggi Mataram yang sebelumnya berembug bersama Sinuhun Hanyakrawati berdatangan di medan tempur. Namun para penyerang telah melarikan diri. Dan para prajurit Mataram dicegah agar tidak mengejar lawan di malam hari itu. Karena tentu saja orang-orang Demak lebih lebih menguasai medan di telatah mereka sendiri.
Yang tinggal adalah mereka yang bergelimpangan di sekitar dapur pasukan Mataram. Banyak dari mereka yang mengerang kesakitan, dan tak sedikit mereka yang tak bergerak. Beberapa gerobak perbekalan telah hangus terbakar karena mereka tak sempat memadamkan api. Sedikit beruntung karena beberapa gerobak belum tersentuh api.
Para prajurit Mataram segera merawat mereka yang sakit. Demikian pula mereka yang telah tak bergerak diamankan di tempat tersendiri. Nyi Gadung Wangi sangat bersedih, karena mereka yang menjadi korban paling banyak adalah para wanita. Namun itulah akibat dari sebuah peperangan.
Kanjeng Sinuhun Hanyakrawati sendiri juga telah tiba di tempat itu. Demikian pula para petinggi dari pasukan Mataram. Kanjeng Sinuhun Hanyakrawati segera memerintahkan agar seluruh pasukan bersiaga penuh. Ia pun menyadari dan tak menyalahkan cara para penyerang yang menyerbu di titik yang paling lemah itu. Karena sore tadi mereka pun menyerang secara dadakan ke alun-alun Demak.
Korban para prajurit wanita itu cukup banyak. Namun korban dari pihak Demak di sore tadi jauh lebih banyak. Korban dari pihak Demak tadi sore bisa mencapai lebih dari seribu orang termasuk yang luka-luka. Sedangkan di pihak Mataram malam itu sekitar likuran – duapuluhan lebih sedikit.

Para penyerang yang dipimpin oleh Kanjeng Adipati Demak sendiri telah kembali ke pendapa kadipaten. Ada sedikit kepuasan pada mereka. Mereka telah sedikit melepaskan dendam. Namun ternyata ada dua orang senopati Demak yang terluka. Dan malam itu tidak ada korban tewas di pihak Demak.

Sementara itu, pasukan dari Blora, dari Jipang dan dari Rembang yang sedang beristirahat malam itu telah menerima khabar yang terjadi sore tadi di alun-alun Demak. Mereka terkejut mendengar peristiwa itu. Mereka teringat peristiwa beberapa tahun yang lalu. Ketika itu, pasukan mereka juga diserang oleh pasukan berkuda dari Mataram saat akan bergabung dengan pasukan Pati. Sebelum pasukan bergabung, pasukan dari Rembang, dari Blora dan juga dari Jipang telah ditaklukkan oleh pasukan Mataram. Dan kini kejadian serupa menimpa pasukan Demak. Dan yang mereka dengar korban di pihak Demak sangat banyak.
Dan malam itu pasukan itu diminta untuk segera tiba di Demak. Sebelum matahari terbit sudah harus tiba di alun-alun Demak.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Exit mobile version