Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1130
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.
Dengan memaksakan diri, pasukan dari timur itu berjalan di malam hari. Mereka adalah pasukan dari Rembang, dari Blora dan dari Jipang.
Pergerakan dari pasukan itu tak lepas dari pengamatan prajurit sandi Pajang yang ditempatkan di daerah itu. Prajurit sandi dari Pajang itu tahu bahwa pasukan Pajang sedang bergabung dengan Mataram. Maka prajurit sandi itu segera bergegas menghungi sejawatnya untuk mengabarkan kepada pasukan Pajang yang telah bergabung dengan pasukan Mataram di Demak. Mereka berdua segera memacu kudanya. Dengan berkuda pasti akan jauh lebih cepat dari pasukan dari timur yang berjalan kaki itu.
Dalam pada itu, kedua kubu pasukan, yakni kubu pasukan Demak dan kubu pasukan Mataram, malam itu keduanya bersiaga sepenuhnya. Mereka berjaga agar tidak mendapat serangan dadakan dari lawan. Karena bisa saja, tiba-tiba pasukan lawan menyerbu seperti yang dilakukan oleh Kanjeng Adipati Demak dan pengiringnya ke dapur pasukan Mataram tadi petang. Walau cara-cara seperti itu jauh dari watak ksatria, namun dalam peperangan amat sering terjadi. Bahkan dalam kisah perang Baratayuda pun bisa saja terjadi. Seperti kisah Raden Aswatama yang seorang diri menyerang kubu pasukan Pandawa di malam hari, dan konon berhasil membunuh banyak tokoh Pandawa saat itu. Dan kisah seperti itu jangan sampai terjadi pada pasukan mereka.
Dalam pada itu, prajurit sandi Pajang telah sampai di barak pasukan Pajang yang berada di sisi timur dari seluruh pasukan Mataram. Ia kemudian mengabarkan tentang pergerakan pasukan dari timur di malam hari, yakni pasukan dari Rembang, dari Blora dan dari Jipang.
“Terimakasih, pantau terus pergerakan mereka….!” Berkata murid orang bercambuk yang mewakili pimpinan dari pasukan Pajang. Ia kemudian bergegas mengabarkan kepada Kanjeng Sinuhun Hanyakrawati induk barak pasukan Matarm.
Beberapa petinggi pasukan Mataram pun kemudian berembug.
“Hambat pergerakan pasukan dari timur itu….! Cegah jangan sampai tiba di Demak sebelum matahari terbit. Tidak perlu dengan pasukan besar….!” Perintah Sinuhun Hanyakrawati.
Tidak membuang banyak waktu, murid orang bercambuk yang lebih tua itu bersama seorang senopati segera menemui pimpinan pasukan dari Blambangan yang berada di ujung paling timur dari seluruh pasukan Mataram. Kemudian segera diputuskan, satu bregada prajurit berkuda dari Blambangan akan menggangu dan menghambat pergerakan pasukan dari arah timur itu. “Tidak perlu terjadi pertempuran yang besar…..! Cukup dihambat saja agar pasukan itu tidak sempat bergabung dengan pasukan Demak pada saat pasukan Mataram menyerbu pasukan Demak….!” Pesan dari murid orang bercambuk itu.
“Apakah pasukan kami boleh ikut mengganggu, Kakang….?” Bertanya senopati pasukan dari barak prajurit dari Jatinom. Ia adalah juga merupakan murid dari orang bercambuk itu. Dan bahkan merupakan adik sepupunya.
“Boleh….! Silahkan dibicarakan dengan senopati dari Blambangan….!” Jawab murid orang bercambuk itu.
Dengan segera, dua bregada prajurit berkuda segera melaju ke arah timur. Mereka adalah satu bregada dari Blambangan yang di pimpin oleh seorang senopati. Mereka adalah para prajurit pilihan dari Blambangan. Dan satu bregada lagi dari pasukan berkuda dari barak prajurit dari Jatinom.
Dalam pada itu pula, seluruh pasukan Mataram akan melaksanakan penyerbuan seperti rencana semula. Walau sempat mendapat gangguan penyerangan di barak dapur dan menimbulkan beberapa korban, namun rencana besarnya tetap berjalan. Persiapan untuk pengadaan sarapan pagi pun telah dibantu oleh pasukan cadangan. Mereka yang terluka telah dirawat, sedangkan yang gugur telah diamankan di dalam beberapa kereta yang dijaga.
Sementara itu para pimpinan pasukan Demak, sedikit merasa puas. Mereka telah bisa sedikit melampiaskan dendam. Mereka juga sudah mengetahui bahwa pasukan Mataram telah bersiaga untuk menyerbu pasukan Demak.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
