Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1187
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.
Sorak sorai yang lebih gempita terdengar dari para prajurit yang berhasil menjerat kijang menjangan yang tanduknya besar dan bercabang-cabang. Kijang itu pun jauh lebih besar dari kijang yang lain.
Bahkan Sinuhun Hanyakrawati pun berkenan berlari-lari kecil menuju ke tempat kijang besar itu terjerat. Beberapa orang lain pun berlari mengikuti Sinuhun Hanyakrawati. Kijang itu pun masih meronta-ronta ketika Sinuhun Hanyakrawati tiba. Namun jaring penjerat itu memang telah membungkus kijang itu dari ujung kaki sampai ujung tanduk.
Beberapa prajurit kemudian mengikat kedua kaki belakang menjadi satu, demikian pula kaki depannya. Beberapa prajurit memegangi tanduknya yang besar dan bercabang-cabang itu. Tanduk yang terlihat indah dan kokoh. Sinuhun Hanyakrawati sangat berkenan dengan penangkapan kijang yang besar serta tanduknya yang indah dan kokoh itu.
“Jangan sampai terluka kijang ini. Akan kami pelihara di belakang kaputren…..!” Berkata Sinuhun Hanyakrawati.
Para prajurit pun kemudian menggotong kijang yang besar itu dengan berhati-hati. Perlu delapan orang untuk memikul kijang yang dibaringkan di tatanan bambu. Mereka pun harus bergantian dengan prajurit yang lain untuk sampai di krapyak yang telah dibangun.
Namun di jaring perangkap yang lain juga telah ditangkap beberapa kijang pula, baik yang jantan maupun yang betina. Sinuhun Hanyakrawati berpesan agar tidak ada seekor pun kijang yang dibunuh. Semua akan dipelihara. Untuk sementara kijang-kijang itu dikandangkan di petak-petak yang telah dibuat di krapyak yang cukup besar itu.
Matahari telah jauh condong ke barat ketika kijang-kijang itu telah dimasukkan ke petak di krapyak. Sedangkan kijang besar yang tanduknya bercabang-cabang itu di kandangkan di tempat tersendiri dan cukup luas. Mereka yang menyaksikan hasil tangkapan hari itu tidak akan melewatkan untuk melihat kijang yang besar tadi.
Malam hari itu, seluruh prajurit yang ikut berburu bermalam di hutan di sekitar krapyak. Demikian pula Sinuhun Hanyakrawati dibuatkan bilik tersendiri.
Sinuhun Hanyakrawati berpesan, untuk besuk pagi tidak lagi berburu kijang. Karena tangkapan hari itu sudah cukup banyak. Jangan sampai di hutan itu kijangnya habis. Jika sampai habis tentu akan sulit untuk memulihkan keseimbangan kehidupan di hutan itu.
Hari besuk perburuan diperbolehkan untuk menangkap hewan yang akan diambil dagingnya. Hewan apapun yang layak untuk dimasak. Syukur jika bisa menangkap kerbau liar. Dagingnya tentu cukup banyak. Bahkan mereka diperbolehkan untuk menangkap ikan di rawa-rawa di sekitar hutan perburuan itu. Tentu di sana banyak ikan.
Malam hari itu pun lauk utamanya adalah ikan, karena banyak terdapat di sungai kecil yang mengalir di tepi hutan perburuan itu.
Mereka pun bergembira karena tangkapan yang hampir semuanya adalah kijang yang cukup banyak. Bahkan penangkapannya tidak terlalu sulit. Setelah makan malam bersama Sinuhun Hanyakrawati, mereka tidak langsung tidur. Namun masih berbincang bergerombol- gerombol. Mereka begitu kagum dengan kijang yang cukup besar yang bisa ditangkap. Mereka memang belum pernah melihat kijang sebesar itu dan tanduknya yang indah. Jika kijang itu dipelihara di samping kaputren, tentu akan menarik perhatian para putri keraton.
Bahkan Sinuhun Hanyakrawati kemudian mengutus dia orang prajurit untuk kembali ke keraton. Maksudnya adalah agar ada yang membenahi kandang kijang yang telah ada di samping kaputren. Supaya memperkokoh kandang yang telah ada. Dan ketika besuk kijang-kijang tangkapan itu dimasukkan kandang tidak akan kerepotan lagi.
Setelah larut malam, semuanya bisa beristirahat dengan tenang. Hutan perburuan pun terasa sunyi.
Namun sepertinya kijang-kijang itu belum bisa menyesuaikan dengan kandang. Biasanya kijang-kijang itu bebas berkeliaran, namun kini harus terkurung dan terikat.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
