Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1188
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.
Dan bahkan, di kandang itu terdengar berisik dan lenguhan kijang-kijang. Sepertinya mereka tidak tahan harus terkurung dan bahkan masih ada yang terikat tali. Terutama kijang-kijang jantan. Termasuk pula kijang jantan yang paling besar. Kijang-kijang itu masih berusaha berontak untuk melepaskan diri. Meskipun demikian, para prajurit bisa beristirahat dengan tenang, tidak merasa terganggu oleh ulah kijang-kijang itu.
Di dini hari itu, Sinuhun Hanyakrawati telah terbangun. Ia tergelitik untuk melihat kijang yang paling besar. Karena ia mendengar di kandang itu selalu berisik. Ia pun berjalan seorang diri menuju ke kandang tersebut. Mereka yang sempat melihat, membiarkan Sinuhun Hanyakrawati berjalan seorang diri.
Terdengar ayam hutan berkokok bersahut-sahutan. Burung-burung berkicau menyambut pagi. Masih terdengar jengkerik berderit bersahutan dengan deritan belalang.
Di ufuk timur telah semburat merah, pertanda sang mentari telah terbangun dari peraduannya. Kalong, kampret dan kelelawar telah kembali ke sarangnya. Namun udara dingin masih menusuk kulit.
Para prajurit dan para nayaka praja yang ikut dalam perburuan masih meringkuk di kemah masing-masing.
Namun demikian, para juru masak sudah sejak beberapa waktu yang lalu telah sibuk di dapur sementara. Dapur yang letaknya sedikit terpisah dengan barak-barak para prajurit dan para nayaka praja. Dan juga jauh dari bangsal yang diperuntukan bagi Sinuhun Hanyakrawati.
Ketika sudah terang tanah, ada beberapa yang telah terbangun. Terutama untuk keperluan ke sungai kecil yang berada tak jauh dari tempat mereka beristirahat.
Sebagian besar dari mereka telah terbangun, namun masih banyak yang berada di barak masing-masing. Ketika tiba-tiba terdengar teriakan minta tolong dari arah kandang kijang yang paling besar.
Mereka pun berlarian menuju ke arah sumber suara.
Betapa terkejutnya mereka ketika menyaksikan sesuatu yang sangat tidak mereka harapkan. Sinuhun Hanyakrawati tergeletak berlumuran darah di dalam kandang kijang yang tinggi besar dengan tanduk yang bercabang-cabang itu. Beberapa orang segera masuk ke dalam kandang untuk menolong Sinuhun Hanyakrawati. Dan beberapa orang yang lain mencoba menenangkan kijang yang selalu berontak. Mereka mengikatnya lebih kuat.
Namun betapa terkejutnya para prajurit yang menolong Sinuhun Hanyakrawati. Sinuhun Hanyakrawati telah tak terasa detak jantungnya. Dan juga tak terasa hembusan nafasnya.
“Sinuhun….. Sinuhun….. Sinuhun…..!” Seorang prajurit yang berada di samping tubuh Sinuhun Hanyakrawati mencoba memangil- manggil. Namun yang dipanggil tetap diam tak bergerak.
“Oooh….. Sinuhun telah mangkat….!” Keluh prajurit itu.
“Sinuhun mangkat…. Sinuhun mangkat….!” Geremang para prajurit yang merubung tubuh Sinuhun Hanyakrawati.
Mereka kemudian membopong tubuh yang sudah tak bernafas itu ke bangsal tempat tinggal Sinuhun Hanyakrawati.
Terjadi kegemparan di barak peristirahatan di hutan perburuan itu. Semua orang telah mendengar dan meyakini bahwa Sinuhun Hanyakrawati telah mangkat. Yang membuat mereka prihatin dan trenyuh adalah tubuh Sinuhun Hanyakrawati yang berlumuran darah. Dan tubuh Sinuhun Hanyakrawati yang diketemukan di dalam kandang kijang yang paling besar. Mereka sama sekali tidak ada yang melihat bagaimana itu terjadi. Sedangkan kijang yang tinggi besar dan bertanduk bercabang-cabang itu masih terikat tali dan di dalam kandang. Namun tali itu memang cukup panjang sehingga kijang itu masih leluasa bergerak. Sebagian besar dari mereka menduga, Sinuhun Hanyakrawati telah diserang oleh kijang yang terkurung itu. Kijang yang pasti tertekan karena dikurung dan diikat. Mungkin saja ketika ada orang yang masuk ke kandangnya, kijang itu marah dan menyerangnya. Namun memang tidak ada yang menyaksikan peristiwa itu.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
