Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1209
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.
Namun yang bisa menyaksikan ke arah dampar keraton hanya mereka yang berada di pendapa, terutama yang berada di bagian depan. Sedangkan yang berada di samping kiri kanan dan depan pendapa tidak bisa melihat. Saat itu Pangeran Martapura yang ditopang oleh dua orang senopati telah sampai di depan dampar kencana. Pangeran Martapura yang tak berdaya namun ia terlihat bisa melirik ke sana ke mari. Walau demikian, ia tak bisa berkata-kata.
Namun demikian suasana menjadi sangat hening. Tetapi hampir semuanya bisa mendengar kata-kata Ki Tumenggung Mandurareja.
“Dampar kencana akan segera dibuka selubung sutranya…..!” Ki Tumenggung Mandurareja berhenti sejenak untuk memberi kesempatan dua orang prajurit dalam istana yang telah dipercaya untuk berjalan dengan bersimpuh menuju ke belakang dampar kencana.
“Dipersilahkan untuk membuka selubung dampar kencana….!” Lanjut Ki Tumenggung Mandurareja.
Dua orang prajurit yang telah dipercaya itu kemudian berdiri di belakang dampar kencana. Dan sesaat kemudian, keduanya menarik dengan pelan selubung dampar kencana.
Hampir semuanya berdecak kagum.
“Wuooooo….!”
Dampar kencana yang bertereteskan mas intan permata sungguh agung dan indah. Gading gajah terukir indah mencuat di pegangan dampar kiri dan kanan.
Banyak di antara mereka yang belum pernah melihat dampar kencana.
Garwa Selir hanya bisa ternganga. Ia membayangkan bagaimana nanti putranya akan duduk di dampar itu. Angannya pun melayang jauh, suatu saat nanti ia sendiri yang akan duduk di dampar kencana itu. Ia yang akan menjadi ratu di negeri ini.
Pendapa keraton kembali hening. Ketika kemudian Ki Tumenggung Mandurareja melanjutkan.
“Sinuhun Martapura berkenan lenggah siniwaka….!”
Garwa Selir memandang tak berkedip putranya yang ditopang dua orang itu untuk duduk di dampar kencana. Sedangkan hampir seluruh yang hadir diliputi ketegangan. Mereka masih belum percaya, bagaimana mungkin Pangeran Martapura yang keadaannya seperti itu benar-benar akan duduk di dampar kencana dengan mahkota susun tiga. Namun kejadian yang sangat tidak diharapkan kembali terjadi. Pangeran Martapura benar-benar berhasil didudukkan dengan paksa di dampar kencana keraton Mataram. Namun demikian hampir tidak ada wajah yang tampak ceria. Mereka justru menunduk menahan kesedihan yang mendalam. Tetapi mereka kembali terkejut ketika Garwa Selir tiba-tiba berlari dan bersimpuh di depan putranya yang duduk di dampar kencana.
“Bakti kami Sinuhun Martapura…..!” Ucap Garwa Selir. Sedangkan Pangeran Martapura hanya bisa berkedip-kedip namun tak bisa apa-apa.
Ki Tumenggung Mandurareja dan Ki Patih Mandaraka tidak mencegah tindakan dari Garwa Selir tersebut. Dibiarkannya ia bersimpuh di depan dampar kencana.
Terlihat Ki Patih Mandaraka berjalan sedikit tertatih mendekati Ki Tumenggung Mandurareja. Ki Tumenggung Mandurareja pun paham maksud dari Ki Patih Mandaraka itu.
Kini peran Ki Tumenggung Mandurareja diambil alih oleh Ki Patih Mandaraka.
Ki Patih Mandaraka yang telah sepuh itu berdiri sudah tidak tegap lagi. Ia kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh sudut pendapa keraton.
Seluruh orang yang berada di pendapa dan sekitarnya hening menunggu apa yang akan dikatakan atau dilakukan oleh Ki Patih Mandaraka. Bahkan mereka yang berada di luar pendapa pun ikut terdiam pula.
Dengan suara berat namun jelas dan dilambari dengan sisa ilmunya, Ki Patih Mandaraka kemudian berkata; “Wasiat dari Sinuhun Hanyakrawati telah terlaksana sesuai dengan pesan beliau….!” Ki Patih Mandaraka berhenti sejenak, kemudian ia melanjutkan. “Negeri Mataram yang besar ini tidak mungkin akan diperintah oleh seseorang yang serba kekurangan jiwa dan raganya. Oleh karena itu, aku sebagai pepatih negeri ini mencopot kedudukan Sinuhun Martapura sebagai raja….!”
“Tidaaaak…. tidaaaak…. tidaaaak…!” Teriak Garwa Selir sambil berdiri seperti orang kesurupan.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.
